19
BAB II KIPRAH ORGANISASI ETNIS BETAWI DALAM PILKADA DKI
JAKARTA 2007 A. Latar Belakang Berdirinya Bamus Betawi
Sejarah mencatat pada tahun 1923 berdiri Perkoempoelan Kaoem Betawi, tercatat pula dalam sejarah bahwa Pemoeda Kaoem Betawi adalah salah satu
eksponen pemuda yang menyatukan diri dengan organisasi dan eksponen pemuda lainnya untuk menyatu dalam cita-cita dan citra kemerdekaan dalam kesatuan
yang utuh dalam: Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa ialah Indonesia. Tahun 1928, tepatnya pada tanggal 28 Oktober itulah yang memberi makna bahwa
Pemoeda Kaoem Betawi berdampingan dengan Jong Java dan Seka Roekoen di tanah jawa, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tanah air Indonesia.
1
Dasar pemikiran itulah yang mendorong dan memberikan semangat kepada kaum Betawi pada kurun waktu tahun berikutnya, dengan bersatu untuk
menampilkan citra kebetawian dalam berbagai versi dan permik budaya, diantaranya: Yayasan Mohammad Husni Thamrin dan Lembaga kebudayaan
Betawi LKB. Pada dekade 1970 sampai 1980an, makin banyak organisasi kebetawian yang tumbuh dan berkembang, diantaranya: Ikatan Warga Betawi
IWARDA, Persatuan Masyarakat Jakarta Muhammad Husni Thamrin PERMAT, Ikatan Keluarga Besar Anak Jakarta LKB ANDA, Ikatan Keluarga
Jakarta IKEDA, Ikatan Keluarga Jakarta Sejahtera IKRAR, Keluarga Mahasiswa Betawi KMB, Keluarga Pelajar Betawi KPB, Yayasan Jakarta,
Yayasan Rumah Sakit MH Thamrin, Ikatan Keluarga Jakarta IKAB, Kerukunan
1
Wawancara dengan Ketua 1 BAMUS BETAWI, M. Arsani. Pada tanggal 1 Desember 2010.
Masyarakat Jakarta
Asli BETAWI
KETIMUN, Pemangku
Adat MANGKURAT.
2
Didorong oleh keinginan luhur untuk mempersatukan masyarakat Betawi, maka pada tanggal 22 Juni 1982 organisasi Bamus Betawi
3
menyatakan kesepakatan diantara lainnya sebagai berikut:
1. Membentuk dan mensahkan berdirinya Badan Musyawarah Masyarakat Betawi disingkat Bamus Betawi, yang menggunakan identitas ke-Betawian
sebagai siasat untuk meraih ambisi perekonomian dan kuasa politik. “Ke- Betawian”, sebagai entitas “ke-aslian” penduduk DKI Jakarta. Hal ini sebagai alat
survival bagi orang Betawi ditengah kontestasi perekonomian yang membuat mereka tergusur dan terkempas. Bamus Betawi berkantor di lantai 6 enam
Gedung Prasada Sasana Karya, yang beralamat di Jl. Suryo Pranoto No. 8 Jakarta Pusat.
2. Menyetujui dan mengangkat 3 tiga orang fungsionaris yaitu: a.
Effendi Yusuf, sebagai Ketua Umum. b.
Djabir Chaidir Fadhli, sebagai Ketua Harian c.
Arsani, sebagai Sekretaris Umum 3. Menetapkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta
memberikan tugas kepada pengurus untuk lebih memyempurnakannya. Naskah sejarah pendirian dan keberadaan Badan Musyawarah Masyarakat Betawi dibuat
dan ditanda tangani oleh nama-nama sebagai berikut: a.
Effendi Yusuf. b.
Djabir Chaidir Fadhli.
2
Arsip Jilid 1 Badan Musyawarah Masyarakat Betawi BAMUS BETAWI, h. 3.
3
ADART Badan Musyawarah Masyarakat Betawi BAMUS BETAWI ditetapkan di DKI Jakarta pada tanggal 13 Januari 2008, h. 7.
c. Arsani.
1. Struktur Bamus Betawi Bagan 1
Struktur Bamus Betawi
Sumber: ADART Badan Musyawarah Masyarakat Betawi BAMUS BETAWI
ditetapkan di DKI Jakarta pada tanggal 13 Januari 2008.
a. Kepengurusan Bamus Betawi
1. Ketua Umum dipilih dan melalui Musyawarah Besar MUBES dan ditetapkan dalam Rapat Pleno MUBES.
4
2. Wakil Ketua Umum dengan fungsi tugas Ketua Harian, Ketua-ketua, Sekretaris Jendral, Wakil-wakil Sekretaris Jendral, Bendahara Umum,
4
ADART Badan Musyawarah Masyarakat Betawi BAMUS BETAWI ditetapkan di DKI Jakarta pada tanggal 13 Januari 2008, h. 14.
Ketua Umum
Nachrowi Ramli
Wakil Ketua Umum
Amarullah Asbah
Ketua I Arsani
Ketua II Agus Asenie
Ketua III Becky Mardani
Ketua IV Zamakhsari
Ketua V Ida Suprida
Sekretaris Umum Lulung Abraham
Lunggana Wakil Sekum I
Amirullah Wakil Sekum II
Abdul Azis Khaia Wakil Sekum III
Edi Susilo Bendahara Umum
Sibroh Malisi Wakil Bendahara I
M. Natsir Wakil Bendahara II
Priya Djan Farid Wakil Bendahara III
Henkky L. Danan
Wakil-wakil Bendahara, dan Personalia Komite-komite dipilih dan ditetapkan oleh Ketua Umum yang juga adalah Formatur sebagai
Mandataris MUBES.
b. Pimpinan Bamus Betawi
1. Organisasi BAMUS Betawi dipimpin oleh Badan Pengurus. 2. Badan Pengurus adalah Lembaga Eksekutif tertinggi dan bertanggung jawab
kepada Musyawarah Besar MUBES.
2. Keanggotaan Bamus Betawi a. Anggota Bamus Betawi
1. Anggota Muda BAMUS Betawi adalah organisasi Kemasyarakatan Betawi, dapat
berbentuk Organisasi Massa, organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan, Yayasan, Lembaga dan segenap potensi Masyarakat Betawi yang mengakui dan
menerima ADART BAMUS Betawi dan mendaftarkan diri menjadi anggota sebelum dilantik atau disahkan menjadi anggota Biasa.
2. Anggota Biasa Anggota Biasa BAMUS Betawi adalah organisasi Kemasyarakatan
Betawi, dapat berbentuk Organisasi Massa, organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan, Yayasan, Lembaga dan segenap potensi Masyarakat Betawi yang
mengakui dan menerima ADART BAMUS Betawi dan terdaftar dalam BAMUS Betawi.
5
5
ADART Badan Musyawarah Masyarakat Betawi BAMUS BETAWI ditetapkan di DKI Jakarta pada tanggal 13 Januari 2008, h. 19.
3. Anggota Luar Biasa Anggota Luar Biasa BAMUS Betawi adalah organisasi atau kelompok
warga negara Indonesia yang memiliki kemampuan dan keahlian dibidang tertentu yang bermanfaat bagi Masyarakat Betawi serta menerima Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga BAMUS Betawi. 4. Anggota Kehormatan
Anggota Kehormatan adalah organisasi atau kelompok masyarakat yang berjasa terhadap pembinaan dan pengembangan Masyarakat Betawi, atau
organisasi, instansi, kelompok, Warga Negara Indonesia yang berkedudukan di luar Negeri yang memiliki kemampuan dan keahlian dibidang tertentu yang
bermanfaat bagi Masyarakat Betawi serta menerima Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BAMUS Betawi.
b. Syarat Anggota Bamus Betawi
Setiap Organisasi, Yayasan, Lembaga dan kelompok Masyarakat Betawi yang mengakui dan menerima ADART BAMUS Betawi pada hakekatnya dapat
menjadi Anggota BAMUS Betawi dengan cara mendaftarkan diri sebagai Anggota dan memenuhi Kriteria Anggota yang ditetapkan.
6
c. Kewajiban Anggota Bamus Betawi
1. Anggota Muda BAMUS Betawi mempunyai kewajiban sebagai berikut:
6
ADART Badan Musyawarah Masyarakat Betawi BAMUS BETAWI ditetapkan di DKI Jakarta pada tanggal 13 Januari 2008, h. 20.
a. Menyampaikan usulan, saran dan pemikiran kepada Dewan
Pembina, Dewan Penasehat dan Badan Pengurus BAMUS Betawi, baik secara lisan maupun tertulis.
b. Memelihara keberadaan dan kehormatan BAMUS Betawi.
c. Menerima dan mentaati ketentuan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga serta peraturan Organisasi BAMUS Betawi.
2. Anggota Biasa BAMUS Betawi mempunyai kewajiban sebagai berikut: a.
Menyampaikan usulan, saran dan pemikiran kepada Dewan Pembina, Dewan Penasehat dan Badan Pengurus BAMUS
Betawi, baik secara lisan maupun tertulis baik diminta ataupun tidak.
b. Memelihara keberadaan dan kehormatan BAMUS Betawi.
c. Menerima dan mentaati ketentuan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga serta peraturan Organisasi BAMUS Betawi.
d. Melaksanakan ketetapan Musyawarah Besar BAMUS Betawi.
3. Anggota Luar Biasa BAMUS Betawi mempunyai kewajiban sebagai berikut:
a. Menyampaikan usulan, saran dan pemikiran kepada Dewan
Pembina, Dewan Penasehat dan Badan Pengurus BAMUS Betawi, baik secara lisan maupun tertulis.
b. Memelihara keberadaan dan kehormatan BAMUS Betawi.
c. Menerima dan mentaati ketentuan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga serta peraturan Organisasi BAMUS Betawi.
7
4. Anggota Kehormatan BAMUS Betawi mempunyai kewajiban sebagai berikut:
a. Menyampaikan usulan, saran dan pemikiran kepada Dewan
Pembina, Dewan Penasehat dan Badan Pengurus BAMUS Betawi, baik secara lisan maupun tertulis.
b. Memelihara keberadaan dan kehormatan BAMUS Betawi.
c. Menerima dan mentaati ketentuan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga serta peraturan Organisasi BAMUS Betawi.
d. Hak-hak Anggota Bamus Betawi
1. Anggota Muda BAMUS Betawi mempunyai hak sebagai berikut: a.
Mendapat bantuan perlindungan hukum atas tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kegiatan Organisasi.
b. Mendapat pembinaan Organisasi.
c. Mendapat Informasi.
d. Anggota Muda hanya memiliki hak bicara, tidak punya hak
suara. Mengajukan usul atau saran yang bertujuan untuk kemajuan masyarakat Betawi, baik lisan maupun tertulis.
2. Anggota Biasa BAMUS Betawi mempunyai hak sebagai berikut:
7
ADART Badan Musyawarah Masyarakat Betawi BAMUS BETAWI ditetapkan di DKI Jakarta pada tanggal 13 Januari 2008, h. 25.
a. Mendapat bantuan perlindungan hukum atas tindakan-tindakan
yang berhubungan dengan kegiatan Organisasi. b.
Mendapat pembinaan Organisasi. c.
Mendapat Informasi. d.
Anggota Biasa memiliki hak suara dan hak bicara. e.
Mempunyai hak untuk memilih dan dipilih. f.
Mengajukan usul atau saran yang bertujuan untuk kemajuan masyarakat Betawi, baik lisan maupun tertulis.
8
3. Anggota Luar Biasa BAMUS Betawi mempunyai hak sebagai berikut: a.
Menghadiri rapat atau pertemuan Organisasi dan Musyawarah Besar BAMUS Betawi atas undangan Badan Pengurus.
b. Mendapat bantuan perlindungan hukum atas tindakan-tindakan
yang berhubungan dengan kegiatan organisasi. c.
Mendapat informasi. d.
Hanya memiliki hak bicara, tidak punya hak suara. e.
Mengajukan usul atau saran yang bertujuan untuk kemajuan masyarakat Betawi, baik lisan maupun tertulis.
4. Anggota Kehormatan BAMUS Betawi mempunyai hak sebagai berikut: a.
Menghadiri rapat atau pertemuan Organisasi dan Musyawarah Besar BAMUS Betawi atas undangan Badan Pengurus.
b. Mendapat bantuan perlindungan hukum atas tindakan-tindakan
yang berhubungan dengan kegiatan organisasi. c.
Mendapat pembinaan organisasi.
8
ADART Badan Musyawarah Masyarakat Betawi BAMUS BETAWI ditetapkan di DKI Jakarta pada tanggal 13 Januari 2008, h. 23.
e. Kriteria Masyarakat Betawi
Kriteria Masyarakat Betawi dapat dikategorikan berdasarkan: 1. Genetis
: Berdasarkan garis keturunan Bapak dan Ibunya Betawi atau salah satunya Betawi.
2. Sosiologis : Orang
yang berperilaku
budaya Betawi
atau menyandang kebudayaan Betawi dalam kesehariannya.
3. Antropologis : Seseorang yang peduli dan memiliki kepedulian terhadap budaya Betawi.
4. Geografis : Masyarakat yang hidup dalam teritori budaya Betawi, yaitu: Jakarta, sebagian daerah Bogor, sebagian aerah
Depok, sebagian daerah Tanggerang dan sebagian daerah Bekasi.
9
B. Latar Belakang Berdirinya Forkabi
Forum Komunikasi Anak Betawi Forkabi adalah salah satu ormas Betawi di DKI Jakarta yang menggunakan identitas ke-Betawian untuk
memajukan masyarakat Betawi dibidang perekonomian yang semakin terpuruk, ormas tersebut berkantor di Jl. Kramat Sentiong Raya No 49 B, Jakarta Pusat.
Berawal berdirinya Forkabi dari insitiatif Husain Sani yang sekarang menjabat menjadi Ketua Umum Ormas Forkabi 2005-2010 dan sebelumnya ia menjabat
sebagai Ketua II Bamus Betawi 2000-2005. Pada awal terbentuknya Forkabi ialah terjadinya keributan antar etnis yaitu
etnis Betawi dengan etnis Madura, yang terjadi di Pasar Kebayoran Jakarta
9
ADART Badan Musyawarah Masyarakat Betawi BAMUS BETAWI ditetapkan di DKI Jakarta pada tanggal 13 Januari 2008, h. 12.
Selatan. Karena etnis Betawi sebagai masyarakat asli Jakarta tidak terima saudara- saudaranya ditindas oleh masyarakat pendatang pada saat itu Madura.
Dilanjutkan dengan perbincangan kecil diantara tokoh muda masyarakat Betawi seperti, Husain Sani, Asmuni Muchtar, A. Latif HM, Djuli Zulkarnaen,
dikediaman Husain Sani Tanggal 11 Maret 2001. Diantara para tokoh tersebut, adanya kerinduan yang mendalam untuk mempererat tali silaturrahmi dan
memperkokoh tali komunikasi yang kondusif diantara sesama masyarakat Betawi, akhirnya perbincangan itupun menghasilkan arti dan makna yang positif. Dari
hasil perbincangan diatas, kemudian ditindak lanjuti dan dikembangkan secara mendasar melalui kontribusi Husain Sani. Kemudian tercetuslah sebuah langkah
pemikiran segera memperluas kearah terbentuknya suatu wadah silaturrahmi masyarakat Betawi yang formal atau lembaga.
10
Untuk mewujudkannya pada 18 April 2001, akhirnya di undanglah beberapa potensi pemuda yang diharapakan
dapat memperluas visi dan orientasi, untuk lebih memperjatam pemikiran kearah yang lebih efektif dalam mengawali langka pembentukan. Proses pembentukan
wadah silaturrahmi masyarakat Betawi, melalui sebuah pertemuan yang diadakan dikediaman Husain Sani. Segala sumbangan pemikiran, saran, pendapat dan
nasihat dijadikan sebagai bahan rujukan referensi bagi Husain Sani dan kawan- kawan, didalam mengiringi gerak dan langka berikutnya menuju kearah
pembentukan wadah silaturrahmi masyarakat Betawi. Berangkat dari dukungan moril yang sangat positif serta kontribusi
pemikiran tokoh masyarakat yang telah menjadi bahan referensi, maka Husain Sani dan kawan-kawanpun merasa perlu lebih cepat membentuk sebuah ormas
10
Wawancara dengan Ketua Umum FORKABI, Husain Sani. Pada tanggal 3 Agustus 2010.
untuk memperjuangkan masyarakat Betawi. Akhirnya selama 3 tiga bulan lamanya, Husain Sani dan kawan-kawan untuk membentuk sebuah ormas yang
dinamakan Forkabi dan didirikan pada 18 April 2001 dan sebagai akses pembuka jalan kearah terbentuknya wadah silahturrahmi masyarakat Betawi secara
melembaga yang formal, yang senantiasa telah lama dirindukan oleh masyarakat Betawi khususnya. Dari arti kata Forkabi menjadi 2 dua arti yaitu For ialah
perkumpulan dan Kabi ialah dari kata bahasa Betawi adalah pukulan, maksud dari kata pukulan ialah untuk memukul sebuah masalah yang berhubungan dengan
masyarakat Betawi dan menyelesaikan masalah dengan musyawarah terlebih dahulu.
11
Berangkat dari terbentuknya Forkabi dan arti dari kata Forkabi yang diuraikan diatas, Husain Sani mempunyai insitiatif untuk memperluas kedaerah-
daerah lainnya seperti Banten, Depok dan daerah lainnya, untuk menjadikan wadah silaturrahmi masyarakat Betawi. Untuk pemilihan ditingkat daerah melalui
Musyawarah Daerah MUSDA musyawarah tertinggi daerah yang dilakukan 5 lima tahun sekali yang dihadiri oleh peserta peninjau dan undangan Musyawarah
Daerah.
12
1. Peserta Musyawarah Daerah terdiri dari : a.
3 tiga orang utusan DPP FORKABI. b.
Seluruh Pengurus Harian dan Ketua-ketua Divisi DPD FORKABI.
c. Ketua, Sekretaris dan Bendahara DPC FORKABI.
11
Wawancara dengan Ketua Umum FORKABI, Husain Sani. Pada tanggal 3 Agustus 2010.
12
ADART Dewan Pimpinan Pusat FORKABI, ditetapkan di Cisarua Bogor pada tanggal 29 Juni 2002, h. 17.
2. Peninjau Musyawarah Daerah terdiri dari : a.
Seluruh Anggota Divisi DPD FORKABI. b.
Seluruh Pengurus Dewan Penasehat DPD FORKABI. c.
Seluruh Pengurus Dewan Penasehat DPC FORKABI. d.
Seluruh Pengurus Dewan Kehormatan DPD FORKABI. e.
Organisasi kemasyarakatan Betawi lain tingkat Daerah. 3. Hak Suara dan Bicara terdiri dari :
a. Hak Pengurus Dewan Pembina DPD FORKABI.
b. Undangan yang diundang oleh DPD FORKABI untuk
menghadiri acara tertentu di Musyawarah Daerah. Visi dan misi dari Forkabi pada awalnya sangat sederhana, kalau sudah
berkumpul dan terasa kompak, maka para anggota Forkabi harus punya kontribusi yang signifikan bagi proses pembagunan pemerintah DKI Jakarta, dan awal
berdirinya Forkabi adalah sebagai murni sebuah penghinaan terhadap martabat masyarakat Betawi karena masyarakat asli Jakarta. Sekarang masyarakat Betawi
tidak perlu hawatir terhadap martabatnya karena Forkabi mempunyai visi dan misinya jelas yaitu untuk mengangkat martabat masyarakat Betawi dan disamping
melestarikan, mengembangkan kebudayaan Betawi.
13
Forkabi yang didirikan berdasarkan pancasila yang dijiwai dengan ajaran- ajaran islam mempunyai tujuan yaitu:
1. Berupaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat
Betawi, agar orang Betawi dapat mempunyai rasa percaya diri yang tinggi.
13
ADART Dewan Pimpinan Pusat FORKABI, ditetapkan di Cisarua Bogor pada tanggal 29 Juni 2002, h. 2.
2. Masyarakat SDM masyarakat Betawi agar dapat mempunyai rasa percaya diri yang tinggi.
3. Memelihara, membina dan meningkatkan persatuan dan kesatuan masyarakat Betawi khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya.
4. Mengembangkan dan melestarikan budaya Betawi yang dapat dikagumi oleh masyarakat Indonesia, Internasional dan sekaligus
menjadi filter terhadap pengaruh buruk globalisasi budaya. 5. Ikut memelihara dan memperjuangkan keselamatan, keamanan dan
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang senantiasa mendapat Ridho Allah SWT.
1. Struktur Oranisasi Forkabi a. Kepengurusan Forkabi
1. Dewan Penasehat, terdiri dari sesepuh dan tokoh-tokoh masyarakat
Betawi yang berjasa dalam perjuangan. Dewan Penasehat juga mempunyai hak dan kewajiban memberikan saran dan nasehat kepada
Dewan Pengurus Forkabi. 2.
Para pengurus Forkabi mempunyai hak dan kewajibannya yaitu, menjalankan amanat dan ketetapan musyawarah besar Forkabi
menetapkan kebijakan ormas baik berupa pedoman ormas maupun keputusan-keputusan lainnya, serta memberikan laporan pertanggung
jawaban atas segala amanat yang dilaksanakan pada musyawarah besar Forkabi.
Bagan 2 Struktur Forkabi Periode 20052010
Sumber: ADART Dewan Pimpinan Pusat FORKABI, ditetapkan di Cisarua Bogor pada tanggal 29 Juni 2002.
b. Pimpinan Forkabi
1. Dewan Pimpinan Pusat DPP Forkabi: a.
DPP Forkabi adalah pimpinan tertinggi dalam memimpinan organisasi.
b. DPP Forkabi dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah Besar
MUBES untuk masa jabatan 5 lima tahun. c.
DPP Forkabi terdiri dari Pimpinan Harian, Dewan Penasehat dan Departemen.
14
14
ADART Dewan Pimpinan Pusat FORKABI, ditetapkan di Cisarua Bogor pada tanggal 29 Juni 2002, h. 5.
Ketua Umum
Husain Sani
Ketua I Asmuni Muchtar
Ketua II Komaruddin
Ketua III Rusdi
Ketua IV Marghani M. Mustar
Ketua V M. Ihsan
Ketua VI M. Asyrof Ali
Sekjen A. Latif HM
Wakil Sekjen I Maryadi
Wakil Sekjen II Somajaya
Wakil Sekjen III Maturidi Umar Said
Wakil Sekjen IV Lahyanto Nadie
Wakil Sekjen V Anas Syukron
Bendahara Umum Djuli Zulkarnaen
Bendahara I Herman Sani
Bendahara II Abdullah
Bendahara III Maah Setiawan
Bendahara IV Nur Ihsan Absani
2. Dewan Pimpinan Daerah DPD Forkabi: a.
DPD Forkabi
memimpin organisasi
ditingkat KotamadyaKabupaten dan melaksanakan kebijakan yang
digariskan oleh DPP Forkabi. b.
DPD Forkabi dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah Daerah MUSDA untuk masa jabatan 5 lima tahun.
c. DPD Forkabi disahkan oleh DPP Forkabi dengan Surat
Keputusan. d.
DPD Forkabi terdiri dari Pimpinan Harian, Dewan Penasehat, Divisi.
3. Dewan Pimpinan Cabang DPC Forkabi: a.
DPC Forkabi memimpin organisasi di tingkat Kecamatan dan melaksanakan kebijakan yang digariskan oleh organisasi.
b. DPC Forkabi dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah
Cabang MUSCAB untuk masa jabatan 5 lima tahun. c.
DPC Forkabi disahkan oleh DPD Forkabi dengan Surat Keputusan.
d. DPC Forkabi terdiri dari Pimpinan Harian, Dewan Penasehat,
Bagian. 4. Dewan Pimpinan Ranting DPRt Forkabi:
a. DPRt Forkabi memimpin organisasi di tingkat KelurahanDesa
dan melaksanakan kebijakan yang digariskan oleh organisasi. b.
DPRt Forkabi dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah Ranting MUSRAN untuk masa jabatan 5 lima tahun.
c. DPRt Forkabi disahkan oleh DPC Forkabi dengan Surat
Keputusan. d.
DPRt Forkabi terdiri dari Pimpinan Harian, Dewan Penasehat, Sub Seksi.
5. Dewan Pimpinan Sub Ranting DP Subran Forkabi: a.
DP Subran Forkabi memimpin organisasi di tingkat Rukun Warga RW dan melaksanakan kebijakan yang digariskan oleh
organisasi. b.
DP Subran Forkabi dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah Sub Ranting MUSSUBRAN untuk masa jabatan 5 lima
tahun. c.
DP Subran Forkabi disahkan oleh DPRt Forkabi dengan Surat Keputusan.
d. DP Subran Forkabi terdiri dari Pimpinan Harian, Dewan
Penasehat, Sub Seksi. 6. Koordinator Tetangga Korta Forkabi:
a. Pimpinan Koordinator Tetangga Korta Forkabi ditentukan
langsung oleh DP Subran Forkabi. b.
Pimpinan Koordinator Tetangga Korta Forkabi disesuaikan dengan kebutuhan setempat.
c. Pimpinan Koordinator Tetangga Korta Forkabi disahkan oleh
DPR Subran Forkabi dengan Surat Keputusan. 7. Dewan Pimpinan Luar Negeri DPLN Forkabi:
a. DPLN Forkabi memimpin organisasi di tingkat Luar Negeri
dan melaksanakan kebijakan yang digariskan oleh DPP Forkabi.
b. DPLN Forkabi dipilih dan ditetapkan dalam Musyawara
Pimpinan Luar Negeri MUSPILNEG untuk masa jabatan 5 lima tahun.
c. DPLN Forkabi disahkan oleh DPP Forkabi dengan Surat
Keputusan. d.
DPLN Forkabi terdiri dari Pimpinan Harian, Dewan Penasehat, Dewan Pembina, Departemen.
8. Pimpinan Oranisasi Forkabi pada tingkatan dilengkapi dengan:
a. Dewan Penasehat.
b. Dewan Kehormatan.
c. Dewan Pembina.
d. Dewan Pakar Hanya ada di DPP Forkabi.
e. Penjelasan mengenai Dewan Penasehat, Dewan Kehormatan,
Dewan Pembina serta Dewan Pakar diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
2. Keanggotaan Forkabi a. Penerimaan Anggota Forkabi
1. Anggota Biasa
Yang dapat diterima sebagai anggota biasa adalah masyarakat Betawi asli dan para keturunannya atau yang mempunyai hubungan famili secara langsung
atau tidak langsung. 2. Anggota Kader
Anggota kader adalah anggota biasa yang telah menjadi pimpinan atau pengurus atau biasa yang telah mengikuti jenjang kaderisasi yang terdiri dari :
a. Pratama
b. Madya
c. Utama
3. Anggota Kehormatan
Yang dapat diterima sebagai anggota kehormatan adalah para penduduk Jakarta yang telah menetap sekurang-kurangnya 10 sepuluh tahun atau
mengakui sebagai masyarakat Betawi dan telah memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat Betawi dengan sesungguhnya serta bertanggung jawab
menjaga citra Betawi.
15
b. Syarat dan Kewajiban Anggota Forkabi
1. Berakhlak mulia dengan melaksanakan ajaran islam. 2. Berkewajiban menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai perjuangan
masyarakat Betawi. 3. Berkewajiban mentaati dan mematuhi segala peraturan dan keputusan
organisasi. 4. Membayar iuran Anggota.
15
ADART Dewan Pimpinan Pusat FORKABI, ditetapkan di Cisarua Bogor pada tanggal 29 Juni 2002, h. 13.
c. Hak-hak Anggota Forkabi
1. Setiap Anggota mempunyai hak untuk mendapatkan perlakuan serta perlindungan hukum yang sama dari organisasi.
2. Setiap Anggota mempunyai hak untuk mengemukakan pendapat. 3. Setiap Anggota mempunyai hak untuk membela diri.
4. Anggota biasa berhak untuk memilih dan dipilih. 5. Anggota biasa mempunyai hak bicara dan suara.
6. Anggota kehormatan mempunyai hak bicara tetapi tidak mempunyai hak suara, dipilih dan memilih.
38
BAB III DESKRIPSI DKI JAKARTA DAN PELAKSANAAN PILKADA
A. Sejarah Betawi dan Bentuk Pemerintahannya.
Daerah Khusus Ibukota DKI Jakarta adalah Ibukota Negara Republik Indonesia. DKI Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki
status setingkat Propinsi.
1
DKI Jakarta terletak dibagian barat laut Pulau Jawa, dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa 1527, Jayakarta 1527-1619,
Batavia, 1619-1942, dan Djakarta 1942-1972. sesuai dengan ejaan yang sekarang huruf D menjadi J.
1. Sunda Kelapa 1527.
DKI Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan kerajaan Sunda yang bernama Sunda Kelapa, berlokasi di muara sungai Ciliwung. Ibukota
kerajaan Sunda yang dikenal sebagai Dayeuh Pakuan Pajajaran atau Pajajaran sekarang Bogor. Sunda Kelapa merupakan salah satu pelabuhan yang dimiliki
kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tarumanagara dan Cimanuk. Kerajaan Sunda sendiri merupakan kelanjutan dari kerajaan
Tarumanagara pada abad ke-5 lima sehingga pelabuhan ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-5 lima dan diperkirakan merupakan Ibukota Tarumanagara
yang disebut Sundapura.
1
Lihat UUD 45 Pasal 18A yang menyebutkan bahwa, kekhususannya dan keistimewaan daerah di Indonesia, seperti halnya DKI Jakarta yang disebut sebagai daerah yang berpredikat
kekhususan. Hal ini dikarenakan DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia dan disamping itu menjadikan ia sebagai barometer perpolitikan di Negara Republik Indonesia
Yogyakarta: Penerbit New Merah Putih, 2009, h. 22. Lihat juga http:www.Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Go.id, diakses pada tanggal 27 Desember 2010.
Pada abad ke-12, pelabuhan tersebut dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk. Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan
Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan Sunda Kelapa membawa barang- barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat
warna untuk ditukar dengan rempah-rempah yang menjadi komunitas dagang saat itu.
2. Jayakarta 1527 –1619.
Orang Portugis merupakan orang Eropa pertama yang datang ke DKI Jakarta. Pada abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda meminta bantuan Portugis yang
ada di Malaka untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa sebagai perlindungan dari kemungkinan serangan Cirebon yang akan memisahkan diri dari kerajaan
Sunda.
2
Upaya permintaan bantuan Surawisesa kepada Portugis di Malaka tersebut diabadikan oleh masyarakat Sunda dalam cerita Pantun Seloka
Mundinglaya Dikusumah, dimana Surawisesa diselokakan dengan nama gelarnya yaitu Mundinglaya. Namun sebelum pendirian benteng tersebut terlaksana,
Cirebon yang dibantu Demak langsung menyerang pelabuhan tersebut. Masyarakat Sunda menyebut peristiwa ini tragedi, karena penyerangan
tersebut membungihanguskan kota pelabuhan tersebut dan membunuh banyak rakyat Sunda disana termasuk Syahbandar pelabuhannya. Penetapan hari jadi DKI
Jakarta tanggal 22 Juni oleh Sudiro, walikota DKI Jakarta, pada tahun 1956 adalah berdasarkan tragedi pendudukan pelabuhan Sunda Kelapa oleh Fatahillah
2
http:www.Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Go.id, diakses pada tanggal 27 Desember 2010.
pada tahun 1527. Fatahillah mengganti nama kota tersebut menjadi Jayakarta yang berarti kota kemenangan.
3. Batavia 1619 –1942.
Orang Belanda datang ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16, setelah singgah di Banten pada tahun 1596. Jayakarta pada awal abad ke-17 diperintah
oleh pangeran Jayakarta, salah seorang kerabat kesultanan Banten. Pada 1619, VOC dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen menduduki Jayakarta setelah
mengalahkan pasukan Kesultanan Banten dan kemudian mengubah namanya menjadi Batavia.
3
Selama kolonialisasi Belanda, Batavia berkembang menjadi kota yang besar dan penting. Untuk pembangunan kota, Belanda banyak
mengimpor budak-budak sebagai pekerja. Kebanyakan dari mereka berasal dari Bali, Sulawesi, Maluku, Tiongkok, dan pesisir Malabar, India. Sebagian
berpendapat bahwa mereka inilah yang kemudian membentuk komunitas yang dikenal dengan nama etnis Betawi.
Waktu itu luas Batavia hanya mencakup daerah yang saat ini dikenal sebagai Kota Tua di DKI Jakarta Utara. Sebelum kedatangan para budak tersebut,
sudah ada masyarakat Sunda yang tinggal di wilayah Jayakarta seperti masyarakat Jatinegara Kaum. Sedangkan dari etnis pendatang, pada zaman kolonialisme
Belanda, membentuk wilayah komunitasnya masing-masing. Maka di DKI Jakarta ada wilayah-wilayah bekas komunitas itu seperti Pecinan, Pekojan, Kampung
Melayu, Kampung Bandan, Kampung Ambon, Kampung Bali, dan Manggarai.
3
Muhajir. Bahasa Betawi, Sejarah dan Perkembangannya Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000, h. 48.
4. Djakarta 1942 –1972.
Penjajahan oleh Jepang dimulai pada tahun 1942 dan mengganti nama Batavia menjadi Djakarta untuk menarik hati penduduk pada Perang Dunia II.
Kota ini juga merupakan tempat dilangsungkannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, kemudian Belanda menduduki DKI
Jakarta sampai pengakuan kedaulatan tahun 1949. Akibatnya kedudukan peran Ibukota Republik Indonesia pindah ke Yogyakarta pada tanggal 03 Januari 1946.
Hingga tahun 1959, Djakarta merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Namun pada tahun 1959, status Kota Djakarta mengalami perubahan dari sebuah
kotapraja dibawah walikota ditingkatkan menjadi daerah tingkat satu yang dipimpin oleh gubernur, yang menjadi gubernur pertama ialah Suwiryo.
Pengangkatan Gubernur DKI Jakarta pada waktu itu dilakukan langsung oleh Presiden Republik Indonesia Pertama Soekarno, pada tahun 1961.
Semenjak dinyatakan sebagai Ibukota Negara pada tanggal 31 Agustus 1964,
4
penduduk DKI Jakarta melonjak sangat pesat dengan berimigrasinya penduduk dari luar DKI Jakarta untuk bekerja. Mereka memperoleh kehidupan
yang baru sebagai tenaga kerja di Ibukota Negara tersebut. Dalam kurun waktu 5 tahun penduduknya berlipat lebih dari 2 dua kali banyaknya dari 110.669 jiwa
sampai 653.400 jiwa.
5
Berbagai pemukiman kelas menengah baru kemudian berkembang, seperti Kebayoran Baru, Cempaka Putih, Rawamangun, dan
Pejompongan. Pusat-pusat pemukiman juga banyak dibangun secara mandiri oleh berbagai kementerian dan institusi milik negara seperti Perum Perumnas.
4
Lihat juga http:kodepos.nomor.net, diakses pada tanggal 5 Februari 2011.
5
Muhajir. Bahasa Betawi, sejarah dan perkembangannya Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000, h. 54.
Pada masa pemerintahan Soekarno 1961, DKI Jakarta melakukan pembangunan proyek besar, antara lain Gedung Olahraga Gelora Bung Karno,
Mesjid Istiqlal, dan Monumen Nasional. Perkembangan berikutnya jalan raya Poros Medan Merdeka-Thamrin-Sudirman mulai dikembangkan sebagai pusat
bisnis kota, menggantikan poros Medan Merdeka-Senen-Salemba-Jatinegara. Pusat pemukiman besar pertama yang dibuat oleh pihak pengembang swasta
adalah Pondok Indah oleh PT Pembangunan Jaya pada akhir dekade 1970-an, pada saat gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin di wilayah Jakarta Selatan, wilayah
lainnya ialah Taman Mini Indonesia Indah TMII yang berada di wilayah Jakarta Timur, sedangkan di daerah Jakarta Utara ialah Taman Impian Jaya Ancol,
kemudian Gedung Arsip Nasional di daerah Jakarta Barat, dan di Jakarta Pusat
Monumen Nasional Monas. Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta DKI Jakarta adalah Propinsi
yang mempunyai kekhususan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah karena kedudukannya sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal tersebut
mengacu pada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18A yang berbunyi.
6
“Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota atau antara Provinsi dan Kabupaten
dan Kota, diatur dengan Undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah
”. Dengan melihat ketentuan diatas, maka dapat dikatakan adanya
kekhususan yang diemban oleh Propinsi DKI Jakarta yang diatur didalam UUD 45 tersebut. Hal ini dikarenakan kekhususan DKI Jakarta adalah sebagai Ibukota
6
Lihat UUD 45 Pasal 18A, tentang khususan dan keistimewaan daerah Yogyakarta: Penerbit New Merah Putih, 2009, h. 22.
Negara Republik Indonesia dan menjadikan barometer perpolitikan di Negara Republik
Indonesia, disamping itu DKI Jakarta menjadikan daerah yang mempengaruhi kebijakan-kebijakan politik bagi daerah-daerah lainnya.
Sebagai penyelenggaraan urusan pemerintahan dilakukan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Propinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta menurut asas otonomi dan tugas yang berwujud dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
B. Kedudukan dan Fungsi DKI Jakarta.
Kedudukan DKI Jakarta sebagai daerah khusus, berfungsi juga sebagai Ibukota Negara dan sekaligus sebagai daerah otonom pada tingkat Propinsi.
Sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia DKI Jakarta yang memiliki kekhususan daerah, disamping daerah-daerah lain didalam penyelenggaraan
pemerintah, seperti halnya didalam kebijakan-kebijakan pemerintah daerah berada di DKI Jakarta. Disamping itu kedudukan DKI Jakarta, merupakan tempat
berdomisili lembaga-lembaga pemerintahan seperti, Istana Presiden Republik Indonesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR, Dewan Perwakilan Rakyat
DPR, Mahkamah Agung MA, Mahkamah Konstitusi MK dan Badan Pemeriksa Keuangan BPK. Disamping itu terdapat pula, banyaknya ormas-
ormas etnis dan keagamaan yang berdomisili di daerah tersebut, salah satunya ormas etnis yaitu Forkabi dan ormas keagamaan Forum Pembela Islam FPI.
1. Geografis DKI Jakarta.
DKI Jakarta terdiri dari dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 tujuh meter di
atas permukaan laut, terletak pada posisi 6°12’ Lintang Selatan dan 106°48’ Bujur Timur. Berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 1227 Tahun
1989, luas wilayah DKI Jakarta adalah 7.659,02 km², terdiri dari daratan seluas 661,52 km², termasuk 110 pulau di Kepulauan Seribu, dan lautan seluas 6.997,50
km².
7
Batas wilayah DKI Jakarta, Sebelah Utara dengan Laut Jawa, kemudian Sebelah Timur dengan Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi, Sebelah Selatan
dengan Kota Depok, dan selanjutnya Sebelah Barat dengan Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang.
DKI Jakarta terbagi menjadi 5 lima wilayah Kotamadya dan 1 satu Kabupaten administratif, yakni: Kotamadya DKI Jakarta Pusat dengan luas 47,90
km² dan kependuduk sekitar 920.399 jiwa.
8
DKI Jakarta Utara dengan luas 142,20 km²
dan kependuduk sekitar 1.372.190 jiwa. DKI Jakarta Barat dengan luas 126,15 km², dan kependuduk sekitar 1.584.686 jiwa. DKI Jakarta Selatan dengan
luas 145,73 km², dan kependuduk sekitar 1.843.274 jiwa dan Kotamadya DKI Jakarta Timur dengan luas 187,73 km², dan kependuduk sekitar 2.582.134 jiwa,
serta Kotamadya Kepulauan Seribu dengan luas 11,81 km² dan
kependuduk sekitar 22.024 jiwa.
C. Peta Sosial Politik DKI Jakarta.
Momentum reformasi yang bergulir secara nasional tampaknya juga memiliki impilikasi yang cukup signifikan dalam perkembangan politik di daerah-
7
http:www.jakarta.go.id, diakses pada tanggal 15 Desember 2010.
8
http:www.bps.co.id, berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2000, diakses pada tanggal 10 November 2010.
daerah khususnya di DKI Jakarta. Membicarakan perihal DKI Jakarta sebagai pusat perpolitikan bagi politik Indonesia, dimana kegiatan politik didaerah-daerah
berkaitan dengan peta politik di DKI Jakarta. Uraian diatas menunjukan banyaknya partai politik yang menjadikan DKI
Jakarta sebagai pusat kegiatan misalnya, terdapat Dewan Pimpinan Pusat DPP partai politik seperti tergambar dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1 Nama Partai Politik dan Alamat Sekretaris di Tingkat Pusat.
No Urut Nama Partai Politik
Alamat Dewan Pimpinan Pusat 1.
Partai Demokrat PD Jl. Pemuda No. 712 Jakarta Timur.
Telp. 021 4755146. 2.
Partai Golkar Jl. Anggrek Neli Murni, Slipi,
Jakarta Barat. Telp 021 5481618. 3.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDI P
Jl . Lenteng Agung Jakarta Selatan. Telp 021 5416713.
4. Partai Persatuan Pembangunan
PPP Jl. Anggrek Nelly Murni XI A
Slipi Jakarta Barat. Telp 0215302222.
5. Partai Kebangkitan Bangsa
PKB Jl. Sukabumi No.23 Menteng
Jakarta Pusat. Telp : 021 3155138. 6.
Partai Keadilan Sejahtera PKS Jl. Mampang Prapatan Raya No.98 D, E, F Jakarta 12720.
7. Partai Amanat Nasional PAN
Jl. Warung Buncit Raya No.17. Jakarta Selatan. Telp : 021
7975588.
8. Partai Hanura
Jl. Proklamasi 69 Menteng, Jakarta Pusat. Telp. 021 3921785.
9. Partai Gerindra
Jl. Brawijaya IX No.1 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
10. Partai Damai Sejahtera PDS
Jl. Tirtayasa Raya No. 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
Telp: 021- 7220725.
Sumber: http:kabarbebas.wordpress.com.