Pengertian Stigma Stigmatisasi Stigma

18 mengenali atau mengetahui objek-objek serta kejadian-kejadian. Proses tersebut dalam kenyataannya terjadi secara kurang lebih serentak, karena pada dasarnya keseluruhan proses ini berjalan dalam waktu yang relatif singkat dan segera.

2.2. Stigma

2.2.1. Pengertian Stigma

Stigma adalah fenomena yang sangat kuat yang terjadi di masyarakat, dan terkait erat dengan nilai yang ditempatkan pada beragam identitas sosial Heatherton; 2003. Menurut Chaplin 2004 stigma adalah suatu cacat atau cela pada karakter seseorang. Sedangkan menurut Green dalam Cholil; 1997 stigma adalah suatu ciri negatif yang menempel pada diri pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya. Menurut Goffman dalam Heatherton; 2003 mendefinisikan stigma sebagai suatu isyarat atau pertanda yang dianggap sebagai “ganggguan” dan karenanya dinilai kurang dibanding orang-orang normal. Individu-individu yang diberi stigma dianggap sebagai individu yang cacat, membahayakan, dan agak kurang dibandingkan orang lain pada umumnya. Menurut Jones, dkk dalam Heatherton; 2003 proses stigmatisasi terkait dengan kondisi pelabelan karena kurang dipercaya atau menyimpang pada seseorang yang dianggap aneh oleh orang lain. Sedangkan Crocker dkk dalam Hatherton; 2003 mendefinisikan stigma “menempatkan beberapa sifat atau ciri 19 khas, yang menyampaikan identitas sosial yang bertujuan merendahkan diri seseorang dalam konteks sosial tertentu. Dari beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan stigma adalah ciri negatif yang diberikan masyarakat dan dipengaruhi oleh lingkungan. Ciri negatif ini diberikan kepada seseorang yang dianggap cacat, membahayakan, dan agak kurang dibandingkan dengan orang lain pada umumnya.

2.2.2. Stigmatisasi

Stigma adalah satu cacat atau cela pada karakter seseorang, stigma merupakan kata benda yang artinya noda, cacat. Sedangkan stigmatisasi adalah kata keterangan yang artinya merupakan noda, menodai. Jadi perbedaan antara stigma dan stigmatisasi adalah stigma kata benda sedangkan stigmatisasi kata keterangan. Menurut Pfuhl dalam Simajuntak; 2005 proses pemberian stigma yang dilakukan masyarakat terjadi melalui tiga tahap yaitu; 1 Proses interpretasi, pelanggaran norma yang terjadi dalam masyarakat tidak semuanya mendapatkan stigma dari masyarakat, tetapi hanya pelanggaran norma yang diinterpretasikan oleh masyarakat sebagai suatu penyimpangan perilaku yang dapat menimbulkan stigma. 2 Proses pendefinisian orang yang dianggap berperilaku menyimpang, setelah pada tahap pertama dilakukan dimana terjadinya interpretasi terhadap perilaku yang menyimpang, maka tahap selanjutnya adalah proses pendefinisian orang yang dianggap berperilaku menyimpang oleh masyarakat. 20 3 Perilaku diskriminasi, tahap selanjutnya setelah proses kedua dilakukan, maka masyarakat memberikan perlakuan yang bersifat membedakan diskriminasi. Melakukan stigmatisasi kepada orang lain dapat memberikan beberapa fungsi bagi individu termasuk meningkatkan harga diri, meningkatkan kendali sosial, menahan kecemasan. Stigmatisasi dapat meningkatkan harga diri melalui proses pembandingan ke bawah menahan kelemahan orang lain Will, dalam Heatherton; 2003. Mengacu pada teori perbandingan ke bawah, yaitu membandingkan diri sendiri dengan orang lain dapat meningkatkan perasaan berharga seseorang dan karenanya dapat meningkatkan harga dirinya. Pembandingan ke bawah dapat berlangsung dalam bentuk pasif seperti mencari kekurangan orang lain dalam bidang-bidang tertentu atau juga berlangsung dalam bentuk aktif seperti membentuk kondisi yang tidak menguntungkan orang lain melalui diskriminasi. Dari definisi di atas penulis menyimpulkan proses pemberian stigma yang dilakukan masyarakat ada tiga tahap, Pertama, proses interpretasi; Kedua, proses pendefinisian pada seseorang yang dianggap berperilaku menyimpang; Ketiga, perilaku diskriminasi.

2.2.3. Tipe-tipe dan Dimensi Stigma