Sejarah Hisab Rukyat secara Umum

19 Berdasarkan hadits-hadits di atas, sebagian Fuqoha menetapkan bahwa melaksanakan ru’yatul hilal untuk menentukan awal bulan Ramadhan dan Syawal adalah fardlu kifayah. Sedangkan sebagian Fuqoha lainnya menetapkan bahwa perihal penetapan awal bulan tidaklah demikian 16 . Disamping itu, sebagian Fuqoha memandang bahwa rukyah merupakan salah satu cara dalam penetapan awal bulan qomariyah, yang selain itu dapat ditempuh dengan cara hisab 17 . Berkaitan dengan landasan hukum hisab rukyat ini, selain riwayat Bukhari dan Muslim, juga terdapat riwayat lainnya, seperti yang terkumpul dalam kitab Kutubu Al-Sittah Abu Daud, Ibnu Majjah, At-Tirmidzi, dan An- Nasa’i dan beberapa kitab karangan Ulama lainnya.

B. Sejarah Hisab Rukyat, Aliran-aliran, dan Perkembangannya di Indonesia

1. Sejarah Hisab Rukyat secara Umum

Sebelum Islam datang orang-orang Arab Jahiliyah telah memiliki pengetahuan pengetahuan dasar tentang astronomi. Namun pengetahuan yang mereka miliki belum berbentuk rumusan-rumusan ilmiah sehingga belum pantas untuk disebut sebagai ilmu pengetahuan. Pada masa Bani Umayyah ilmu astronomi telah muncul, namun buku-buku tentang itu belum pernah ditemukan. 16 Departemen Agama RI, Pedoman Tekhnik Rukyat , h. 6. 17 Ibid. 20 Di dalam kitabnya “Taarikhul Hadlaarah al-Islamiyyah fil ‘Ushuuri al-Qushtha”, Abdul Mun’im Majid mengatakan , “prinsip-prinsip ilmu astronomi telah dimiliki oleh orang-orang Arab maju, seperti orang-orang Arab Yaman dan Kaldea. Pada orang-orang Arab Badawi pengembara, ilmu astronomi terbatas pada pengenalan terhadap peristiwa-peristiwa alam yang berpindah antara satu kepada yang lain melalui turun-temurun. Dalam kasidah-kasidah syiir Arab Jahiliyah, kita dapat membaca nama-nama bintang. Namun secara terumuskan, ilmu astronomi Arab baru muncul pada pertengahan abad ke-2 Hijriyah pada masa pemerintahan Bani Abbas. Hal itu terjadi berkat hubungan mereka dengan berbagai macam kebudayaan dunia yang mereka salin dari kitab-kitab klasik karangan orang-orang India dan Yunani 18 . Pada masa Abbasiyah, orang-orang Arab kaum Muslimin menjadi gudang ilmu pengetahuan se-dunia. Abul Abbas As Saffah, Si penumpah darah, memegang tampuk pimpinan hanya dua tahun. Penggantinya Al Mansur yang masih saudaranya, adalah seorang negarawan kelas satu. Ia pula pecinta ilmu yang memberikan kesempatan yang luas bagi para ilmuwan untuk berkembang maju. Dari pembahasan di atas, meskipun ilmu falak atau hisab baru terlihat setelah Islam ada, namun sebagaimana telah disebutkan dalam setiap 18 Ahmad Thoha, Astronomi dalam Islam, Surabaya, PT. Bina Ilmu, 1983, h.12. 21 muqaddimah kitab-kitab falak, bahwa penemu pertama ilmu hisab atau astronomi adalah Nabi Idris AS 19 ., hal ini menunjukkan bahwa wacana hisab rukyat sudah ada sejak waktu itu, atau bahkan lebih awal dari itu. Berkaitan dengan sejarah hisab ini, sejauh pelacakan Ahmad Izzudin didapatkan bahwa sekitar abad ke-28 SM, embrio ilmu falak mulai tampak. Pada waktu itu falak digunakan untuk menentukan waktu saat-saat penyembahan berhala. Keadaan seperti ini sudah tampak di beberapa negara seperti di Mesir untuk menyembah Dewa Orisis, Isis dan Amon, di Babilonia dan Mesopotania untuk menyembah Dewa Astoroth dan Baal 20 . Meskipun embrio falak tampak pada abad ke-28 SM, namun pengetahuan mengenai nama-nama hari dalam seminggu sudah ada sejak 5.000 tahun sebelum Masehi yang masing-masing diberi nama dengan nama- nama benda langit 21 . Pada abad XX SM, di negeri Tionghoa telah ditemukan alat untuk mengetahui gerak matahari dan benda-benda langit lainnya yang 19 Sebagaimana telah disebutkan oleh Zubair Umar al-Jailani dalam kitab Al-Khulasotul Wafiyyah yang dikuatkan oleh Al-Susy. Ahmad Izzudin, Fiqh Hisab Rukyat Di Indonesia ; upaya Penyatuan Madzhab Rukyat dengan Madzhab Hisab, Yogyakarta, Logung Pustaka, 2003, Cet. I, h.41. 20 Ibid, h. 42. 21 Rahmat Taufik Hidayat, dkk., Almanak Alam Islami : Sumber Rujukan Keluarga Muslim Milenium Baru, Jakarta, Pustaka Jaya, 2000, Cet. I, h.166. 22 sekaligus mereka pulalah yang mula-mula dapat menentukan terjadinya gerhana matahari 22 . Setelah berlanjut pada asumsi Pythagoras 580-500 SM, bahwa bumi berbentuk bulat bola, yang dilanjutkan Heraklius dari Pontus 388-315 SM mengemukakan bahwa bumi berputar pada sumbunya, merkurius dan venus mengelilingi matahari dan matahari mengelilingi bumi 23 . Penemuan ini diperkuat dengan hasil dari Aristarchus dari Samos 310-230 SM mengenai hasil pengukuran jarak antara bumi dan matahari, dan pernyataanya bumi beredar mengelilingi matahari. Selain itu juga dari Mesir bernama Eratosthenes telah mendapatkan perhitungan keliling bumi. Dari semua penemuan di atas, sebagaimana diungkapkan oleh Ahmad Izzudin bahwa dia menduga persoalan hisab rukyat telah nampak sejak sebelum Masehi, meskipun dalam kemasan yang berbeda. 24 Pada masa sesudah Masehi terlihat dengan penemuan Claudius Ptolomeus 140 M berupa catatan-catatan tentang bintang-bintang yang 22 Ahmad Izzudin, Fiqh Hisab Rukyat Di Indonesia ; upaya Penyatuan Madzhab Rukyat dengan Madzhab Hisab Yogyakarta : Logung Pustaka, 2003, cet.I; h. 42. 23 Ensiklopedi Islam, Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999, Cet. Ke-5, h.331. 24 Izzudin, Fiqh Hisab; h. 42. 23 diberi nama Tabril Magesthi, dan berasumsi bahwa semesta alam ini berbentuk geosentris 25 . Kemudian pada masa Islam datang masa Nabi Muhammad Saw, ilmu hisab memang belum masyhur di kalangan ummat Islam, meskipun sebenarnya ada juga yang mahir dalam perhitungan. Dengan demikian realitas persoalan hisab rukyat pada masa itu tentu saja sudah ada meskipun dari sisi hisabnya belum begitu masyhur. Hal ini ditandai dengan adanya penggunaan perhitungan tahun Hijriyah oleh Nabi sendiri ketika Beliau menulis surat pada kaum Nasrani Bani Najran, tertulis ke V Hijriyah, namun di dunia Arab lebih mengenal peristiwa-peristiwa yang terjadi dijadikan sebagai nama tahun atau tanggalan, seperti tahun Gajah, tahun Izin, tahun Amar, tahun Zilzal dan sebagainya 26 . Secara formal, pada masa itu wacana hisab rukyat baru tampak dengan adanya penetapan hijrah Nabi dari Mekkah ke Madinah, yang dijadikan sebagai fondasi dasar kalender Hijriyah yang dilakukan oleh sahabat Umar bin Khattab, yakni tepatnya pada tahun ketujuh belas Hijriyah. Dan dengan 25 Ibid. 26 Rahmat Taufik Hidayat, dkk., Almanak Alam Islami : Sumber Rujukan Keluarga Muslim Milenium Baru, Jakarta, Pustaka Jaya, 2000, Cet. I, h. 183. 24 berbagai pertimbangan yang matang bulan Muharram sebagai awal bulan Hijriyah 27 . Persoalan hisab rukyat ini, mulai mendapatkan masa keemasannya pada masa Dinasti Abbasiyah. Hal ini terlihat pada masa Khalifah Abu Ja’far al-Manshur, ilmu astronomi mendapat perhatian khusus, salah satunya adanya upaya menterjemahkan kitab Sindihind dari India 28 . Kemudian pada masa Khalifah al-Makmun, naskah Tabril Magesthi diterjemahkan dalam bahasa Arab. Dan dari sinilah lahir istilah ilmu hisab sebagai salah satu dari cabang ilmu ke-Islaman dan tumbuhnya ilmu hisab mengenai penetapan awal waktu shalat. Penentuan gerhana, awal bulan Qamariyah dan penentuan arah kiblat 29 . Selain itu pada masa Khalifah ini, observatorium telah didirikan di Sinyart dan Junde Shahfur Bagdad. Masa kejayaan hisab rukyat ditandai oleh lahirnya beberapa tokoh yaitu Al-Farghani seorang ahli falak, yang oleh barat dipanggil Farganus. Kemudian Maslamah Ibnu al-Marjiti di Andalusia telah mengubah tahun Persi dengan tahun Hijriyah. Disamping itu ada juga pakar ilmu falak kenamaan lainnya seperti; Mirza Ulugh bin Timur Lank yang terkenal dengan 27 Ibid, h. 184. 28 Izzudin, Fiqh Hisab; h. 44. 29 Ibid. 25 Ephemerisnya, Ibnu Yunus 9500-1000 M, Nasruddin 1201-1274 M, dan Ulugh Beik 1344-1449 M yang terkenal dengan landasan ijtima’ dalam penentuan awal bulan Qamariyah. 30 Di Bashrah, Abu Ali al-Hasan bin al-Haytam 965-1039 M seorang pakar falak yang terkenal dengan bukunya Kitabul Manadhir dan tahun 1572 diterjemahkan dengan nama Optics yang merupakan penemuan baru tentang refraksi sinar bias. Tokoh-tokoh tersebut sangat mempengaruhi ilmu falak di dunia Islam pada masanya masing-masing. Meskipun masih terkesan bernuansa Ptomoleus 31 . Pada pertengahan abad XIII M, setelah umat Islam menampakkan kemajuan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, maka ummat Islam mengadakan ekspansi intelektualitas ke Eropa melalui Spanyol. Pada waktu itu Eropa sedang dilanda oleh tumbuhnya isme-isme baru seperti Humanisme, Rasionalisme dan Renaisans yang merupakan reaksi dari filasafat Skolastik di masa itu, dimana adanya larangan penggunaan rasio atau berpaham kontradiksi dengan paham gereja. Kemudian muncul Nicolass Copernicus 1473-1543 M yang berupaya membongkar Teori Geosentris yang dikembangkan oleh Claudius Ptolomeus. Teori yang dikembangkannya adalah bukan bumi yang dikelilingi matahari, tetapi sebaliknya, serta planet- 30 Ibid. 31 Ibid, h. 45. 26 planet beserta satelit-satelit yang mengelilingi matahari. Teori ini kemudian dinamakan Teori Heliosentris 32 . Perdebatan mengenai teori tersebut berkembang sampai pada abad XVIII, dinamakan penyelidikan Galilleo Galilei dan John Keppler menyatakan pembenaran Teori Heliosentris. Mekipun antara John Keppler dan Copernicus berbeda dalam hal lintasan planet mengelilingi matahari , dimana menurut Copernicus berbentuk bulat, sedangkan menurut John Keppler berbentuk elips bulat telur. Hal ini pada masa sesudahnya banyak ditemukan penemuan-penemuan yang berkaitan dengan kosmografi 33 . Berkaitan dengan kedua teori di atas, dalam wawancara historitas hisab rukyat Islam, bahwa tokoh yang pertama kali melakukan kritik tajam terhadap teori Geosentris adalah al-Biruni dengan asumsi tidak masuk akal bila langit yang besar dan luas dengan bintang-bintangnya dinyatakan mengelilingi bumi sebagai pusat tata surya 34 . Dari penemuan ini dapat diambil kesimpulan bahwa al-Biruni lah peletak dasar Teori Heliosentris. Fenomena di atas menjadi pernyataan para peneliti modern, mereka berselisih pendapat mengenai orisinalitas kontribusi dan peranan orang-orang Islam. Bertrand Russel, sebagaimana dikutip Nurcholis Madjid misalnya, 32 Ensiklopedi Islam, h. 331. 33 Izzudin, Fiqh Hisab; h. 46. 34 Ibid. 27 cenderung meremehkan tingkat orisinalitas kontribusi Islam di bidang filasafat, namun tetap mengisyaratkan adanya tingkat orisinalitas yang tinggi di bidang matematika, termasuk di dalamnya astronomi 35 . Kembali kepada penemuan Ulughul Beik 1344-1449 berupa jadwal Ulughul Beik. Jadwal ini pada tahun 1650 M diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh J. Greaves dan Thyde, dan oleh Saddilet disalin dalam bahasa Perancis. Kemudian sekitar tahun 1857-1861 di Nautical Al-Manac Amerika, Simon New Comb 1835-1909 M berhasil membuat jadwal astronomi. Jadwal itu terkenal dengan nama Almanac Nautica 36 . Kedua jadwal itulah yang selama ini mewarnai tipologi metode hisab di Indonesia. Dimana tipologi hisab klasik dengan diwakili oleh kitab “Sullamun Nayyirain” sebagaimana telah diakui sendiri oleh Mansur al- Batawi dalam kitabnya, bahwa jadwal yang digunakan adalah bersumber kepada Ulughul Beik. Sedangkan tipologi hisab modern sebagai mana telah berkembang dalam wacana hisab rukyat dan tekhnik hisab, bahwa Almanac Nautica diklasifikasikan dalam tipologi hisab hakiki kontemporer 37 . Dengan demikian di Indonesia memiliki dua metode hisab rukyat yakni metode klasik dan metode modern. 35 Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta, Yayasan Wakaf Paramadina, 1992, Cet. I, h.135-136. 36 Izzudin, Fiqh Hisab; h. 47. 37 Ibid. 28

2. Aliran-aliran Hisab