Pemikiran Kalam Pemikiran-pemikiran Syaikh Burhanuddin

48

1. Pemikiran Kalam

Ulama Tarekat Syatariyah di Ulakan Pariaman dalam hal pemikiran kalamnya menganut paham itikaq ahlusunnah waljamaah, sesuai dengan penjelasan Tuanku Aminuddin. 6 “Pemahaman keagamaan ajaran Islam yang kami yakini adalah bermazhab Syafi’I, ber Itiqat ahlusunnah waljamaah, bertarekat Syathariyah, jadi aqidah yang benar itu adalah ahlusunnah waljamaah, yang pemahaman keagamaan yang dulunya ajaran ini karena dikembangkan oleh Asy’ariyah, yang ajarannya mengikuti Sunnah Rasulullah SAW. Selain dari paham ahlusunnah waljamaah adalah aliran yang menyimpang dari paham Islam, seperti mu’tazilah, jabariah dan qadariyah.” 7 Dari penjelasan tuanku di atas menunjuk paham ahlusunnah waljamaah yang dianutnya itu adalah paham yang benar, dan menyalahkan paham diluar pahamnya. Dalam hal tersebut tuanku menunjukan kefanatikannya, namun menurut penulis sikap seperti itu akan hanya membuat sempit pemahaman keagamaan. Dalam Islam terdapat ajaran dasar adalah aqidah keimanan yang tertuang dalam ilmu kalam atau ilmu tauhid. Harun Nasution menjelaskan bahwa ilm al- kalam atau ilm tauhid disebut juga dengan ilmu teologi. Kalau yang dimaksud 6 Tuanku Aminuddin adalah ssalah seorang kadi di Nagari Ulakan, Ulakan Tapakis. 7 Tuanku Syahril, wawancara langsung, 29 Desember 2010. 49 dengan kalam ialah kata-kata manusia maka teologi dalam Islam disebut ilm al- kalam, karena kaum teolog Islam besilat dengan kata-kata dalam mempertahankan pendapat dan pendirian masing-masing. Teolog dalam Islam memang diberi nama mutakalimin yaitu ahli debat yang pintar memakai kata-kata. Kalau yang dimaksud dengan kalam ialah sabda Tuhan maka teologi dalam Islam disebut ilm al-kalam; karena soal kalam, sabda Tuhan atau al-Qur’an pernah menimbulkan pertentangan-pertentangan keras di kalangan umat Islam di Abad IX dan X Masehi, sehingga timbul penganiayaan dan pembunuhan-penbunuhan terhadap sesama muslim di waktu itu. Serta timbulnya berbagai aliran kalam dalam dunia Islam seperti qadhariyah, jabariah, mutazilah, ahlusunnah waljamaah 8 Menurut Harun Nastion, pada hakikatnya semua aliran tersebut, tidaklah keluar dari Islam, tetapi tetap dalam Islam. Dengan demikia tiap orang Islam bebas memilih salah satu dari aliran-aliran teologi tersebut, yaitu aliran yang mana sesuai dengan jiwa dan pendapatnya. Hal ini tidak ubahnya pula dengan kebebasan tiap orang Islam memilih mazhab fiqh mana yang sesuai dengan jiwa dan kecenderungannya. Di sinilah kelihatan hikmat ucapan Nabi Muhammad SAW: “ perbedaan paham di kalangan umatku membawa rahmat,” 9 8 Harun Nasution, Teologi Islam, Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta : UI- Press 2008, h. Ix. 9 Ibid, h.152. 50 Selanjutnya kaum mu’tazilah tidak begitu banyak berpegang pada sunnah atau tradisi, bukan karena mereka tidak percaya pada tradisi nabi dan para sahabat, tetapi karena mereka ragu akan keoriginalan hadis-hadis mengandung sunnah atau trasisi itu. Oleh karena itu mereka dapat dipandang sebagai golongan yang tidak berpegang teguh pada sunnah. 10 Mungkin inilah yang menimbulkan term ahlusunnah waljamaah yaitu golongan yang berpegang pada sunnah lagi merupakan mayoritas, sebagai golongan mu’tazilah yang bersifat minoritas dan tak kuat berpegang pada sunnah. 11 Tentang perkataan ahlussunnah, kadang-kadang disebut orang dengan sunny, yang mana faham itu telah dikembangkan Ismail bin Abi Basar bin Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdullah bin Musa bin Bilai bin Abi Burdah Bin Abi Musa Bin Al-Asy’ary. Abi Musa al-Asy’ari ini adalah seorang sahabat nabi yang terkenal dalam sejarah. Justru itu untuk jelasnya siapa Syaikh Abu Hasan itu penulis terangkan secara ringkas riwayat beliau. Adapun Syaikh Abu Hasan itu di hidup di negeri Basrah pada tahun 270 H yaitu 55 tahun setelah meninggalnya Imam Syafi’i pembangunan mazhab Syafi’i. Pada mulanya beliau ini adalah seorang murid oleh bapak tirinya bernama “Syaikh Abu Ali Muhammad Bin Abdul Wahab al-Jabai “seorang ulama serta pembangun faham mu’tazilah yang telah meninggal pada tahun 303 H pada abad ke III Hijriah banyak ulama 10 Ibid, h. 64. 11 Ibid, h. 65. 51 mu’tazilah yang duduk mengajar di negeri Basrah, Kuffah, Bagdad, lebih-lebih lagi para ulama mu’tazilah itu mendapat sokongan dari khalifah-Khalifah Abbasiyah yang sedang memerintah dan berkuasa. 12 Ajaran Asyariah itu masuk dalam dunia Tarikat Syathariyah yaitu mengakui bahwa Allah memiliki sifat. Adanya sifat dua puluh yang diyakini oleh ajaran Tarekat Syathariyah. Ajaran itu yang berkembang sampai sekarang. Al- Sinkili yang membawa ajaran tarekat itu ke dunia melayu Indonesia. Sehingga ajaran itu sampai kepulau Jawa, Sumatra seperti Aceh dan Sumatera Barat. Ajaran yang dikemukakan oleh al-Asy’ari di dalam ketiga buku utamanya itu betul-betul memperlihatkan upaya-upaya konfrontasi terhadap paham-paham mu’tazilah. Hal ini semua dilakukannya juga demi mengagungkan dan mensucikan Tuhan. Dalam masalah sifat-sifat Tuhan umpamanya, Syariat secara tegas mengatakan bahwa Tuhan memang miliki sifat dan sifat itu adalah sifat bukan zat, mustahil kata al-asy’ari, Tuhan mengetahui dengan zat-Nya, karena dengan demikian zat-Nya adalah pengetahuan dan Tuhan sendiri tentulah pengetahuan. Padahal Tuhan bukan pengetahuan mengetahui dan pengetahuan- Nya bukan zat-Nya. 13 Dan Tuanku Basa memberikan pandangannya tetang pemahaman itikaq ahlusunnah waljamaah. 12 Duski Samad, Shekh Burhanuddin...., h. 68-69. 13 Ibid, h.57. 52 “ Pemahaman kita haru benar yaitu bukan air yang melepaskan haus dahaga, bukan makan yang mengenyangkan akan tetapi pada hakikatnya adalah Allah SWT. Begitulah pemahaman dan keyakinan kita kepada Allah”. 14 Penjelasan Tuanku Basa tersebut, diketahui bahawa paham ahlusunnah waljamaah yang dikemungkakan mirip corak pemikiran kalam al-Ghazali 1058- 1111 yaitu bahwa Tuhanlah yang menciptakan daya dan perbuatan. Dan daya untuk berbuat yang terdapat dalam diri manusia lebih dekat menyerupai impontensi. 15 Bahwa aqidah Tarekat Syathariyah mengikuti aqidah kaum ahlusunnah. Kaum ahlusunnah ialah orang yang mengikuti jejak rasulullah dan mengikuti jejak para sahabat, tidak hanya para sahabat Khulafaur Rasisydin yang empat Abu Bakar, Umar, Ustman, dan Ali, tetapi juga mengikuti jejak para sahabat lainnya, seperti Saidatina Asyah Ra, Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Ibnu Mas’ud, dan lain-lainnya. Tarikat Syatariyah merupakan suatu jalan yang diyakini untuk sampai kepada Allah atau marifahtullah. Keyakinan atau aqidah yang tidak terlepas dari al-Qur’an dan Hadis Nabi. Ahlussunnah yang ajaran itu berasal dari ajaran al- 14 Tuanku Kadi, wawancara langsung, 29 Desember 2010. 15 Harun Nasution, Teologi Islam, Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta : UI- Press 2008, h. 73. 53 Asy’ari muncul karena ketidak puasan terhadap ajaran Wasil Bin Atha’ yaitu mu’tazilah. Jadi Asy’ari dulunya beliau seorang yang menganut paham mu’tazilah dan kemudian ia memisahkan diri dari paham mu’tazilah. bahwa faktor penyebab keluarnya al-Asy’ari dari al-Jubai adalah karena kondisi al- Asy’ari sendiri yang sudah lama ragu dengan tesis-tesis yang dikembangkan mu’tazilah karena diselimuti ragu itu, maka al-Asy’ari pergi mengasingkan diri dari paham mu’tazilah. 16 Maka pemikiran keagamaan tuanku dalam bidang aqidah menganut paham ahlusunnah waljamaah, yang dahulunya paham ini dikembangkan oleh Abu Hasan al-Asyarii. Tuanku menganut paham ahlusunnah yang mereka yakini benar. Maka paham ini masuk dalam dunia terekat yaitu ajaran sifat dua puluh. Dan tuanku memberikan pandangan terhadap aliran kalam lain seperti mutazilah, jabariah dan qadariah dianggap paham yang telah sesat. Menurut penulis bahwa dengan pemahaman keagamaan tuanku yang hanya membenar satu aliran saja, akan mengakibatkan sulitnya masyarakat Ulakan Pariaman menerima pembaruan dalam Islam.

2. Pemikiran Fiqh