Istikmal Praktis Istikmal Teoritis

43 cuaca, menggunakan alat atau mata telanjang, keahlian dan kejujuran pengamat dan lain-lain. Dengan demikian meskipun umat Islam di Indonesia secara serempak setuju menggunakan kategori ini akan tetap menimbulkan perbedaan awal bulan Ramadhan juga.

b. Rukyat Teoritis

Rukyat teoritis merupakan rukyat yang didasarkan pada perhitungan- perhitungan keberadaan hilal dengan ilmu falak atau astronomi. Metode perhitungan ini dikenal dengan istilah metode hisab. Sampai saat ini banyak sekali metode yang digunakan umat Islam. Masing-masing mengklaim metode yang digunakannya yang paling benar dan paling akurat. Bukan hanya sampai di sini, namun juga perbedaan metode yang ada telah mengakibatkan perbedaan hasil hisab, sehingga penentuan awal bulannya juga mengalami perbedaan.

2. Istikmal

a. Istikmal Praktis

Istikmal praktis merupakan penyempurnaan bulan Hijriyah atau dengan kata lain menggenapkan bulan Hijriyah menjadi 30 hari ketika seseorang harus merukyat hilal pada tanggal 29 bulan Sya’ban, terdapat awan yang menghalangi pelaksanaan rukyat. Hal ini didasarkan kepada peredaran bulan mengelilingi bumi dengan memperhitungkan pengaruh peredaran bumi mengelilingi matahari, memakan waktu rata-rata 29,5 hari. Dengan demikian 44 jumlah hari dalam setiap bulan kalender Hijriyah hanya memiliki dua kemungkinan yakni 29 dan 30 hari.

b. Istikmal Teoritis

Pada istikmal teoritis, penggenapan bulan menjadi 30 hari dilakukan tanpa adanya merukyat terlebih dahulu, namun penggenapan ini dilakukan dengan melakukan hisab atau perhitungan keberadaan hilal, sehingga melalui perhitungan ini akan dapat diketahui hilal dapat dilihat atau tidak. Dari beberapa kategori di atas, pada hakikatnya akan bermuara pada penentuan bulan Ramadhan secara hisab dan rukyat. Kedua sistem ini sangat berperan penting dalam penetapan awal bulan Ramadhan, yang keduanya saling melengkapi satu sama lain dan sekaligus sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan demikian perbedaan akan semakin meruncing apabila kita membandingkan metode yang jelas akarnya berbeda. Meskipun rukyat praktis dan rukyat teoritis hisab masing-masing sudah dilakukan dengan baik, namun perbedaan hasil tidak sepenuhnya dapat dihindari. Di satu pihak orang meyakini metodenya sebagai paling sah yang didukung dalil yang kuat dan pihak lain bersikukuh dengan perhitungannya yang diklaimnya lebih obyektif, jujur, dan akurat. Kalau saja masing-masing pihak mau menyadari kelemahan dan kelebihan yang dimiliki, tentu ada jalan keluar untuk mencari titik temu dari perbedaan-perbadaan itu. 45 BAB III SEKILAS TENTANG SYAIKH BURHANUDDIN A. Profil Syaikh Burhanuddin Syaikh Burhanuddin dilahirkan dari seorang ibu yang bernama Puteri Cukuep Bilang, dan ayahnya bernama Pampak Sakti Karimun Merah. Kedua orang tuanya adalah orang terpandang di dalam masyarakat. Tidak ada yang tahu secara pasti tanggal, bulan, dan tahun ia dilahirkan, diperkirakan sekitar abad ke-17M. Nama kecilnya adalah “Buyung Pono” yang diambilkan dari gelarnya “samparono” yang artinya sempurna. 1 Sejak kecil, Pono bekerja sebagai penggembala kerbau. Dalam penggembalaan itulah dia bertemu dengan Idris yang nantinya diberi gelar dengan Khatib Majalelo, Idris ini yang menjadi teman setianya ketika kembali dari Aceh dan menjadi tulang punggung penyiaran Islam di Ulakan. Dari Idris itulah Pono mendapatkan informasi yang lebih banyak dan lebih luas tentang Tuanku MadinahSyaikh Abdullah Arif di Tapakis. Sejak saat itu pula ia mulai belajar agama sekaligus menggembalakan ternaknya 2 . Setelah lama menimba ilmu agama kepada Tuanku Madinah, kemudian pada tahun 1043 H ia melanjutkan menuntut ilmu kepada Syaikh Abdul Ra’uf di Singkil, Aceh, seorang ulama besar di Aceh pada masa itu selama kurang-lebih 23 1 Tuanku Nan Elok, Seorang tokoh ulama Tarekat Syatariyah yang berperan di Tapakis Ulakan Pariaman, wawancara langsung, 29 Desember 2010. 2 2 Duski Samad, Shekh Burhanuddin dan Islamisasi di Minangkabau, Syarak mandaki adat manurun, Jakarta : TMF 2002 , h. 23. 46 tahun. Setelah mendalami ilmu agama, maka ia diberi gelar Syaikh Burhanuddin yang artinya Penyuluh Agama. Setelah itu, ia kembali ke Daerah Pariaman, tepatnya daerah Sungai Gimbal, ia mendirikan sebuah pesantren sehingga semakin banyaklah orang-orang yang datang kesana. Ajarannya yang selalu terngiang di hati masyarakat Ulakan adalah “Adat berpangku Syara’, Syara’ berpangku kitabullah”. Selama kurang lebih 45 tahun ia berhasil mencetak ulama di Daerah Minangkabau khususnya dan di Pulau Sumatera serta Semenanjung Melayu pada Umumnya. Selama hidupnya ia tidak pernah berkeluarga sehingga ia tidak memiliki keturunan. Setelah ia meninggal, jabatan khalifah turun-temurun kepada murid dan keluarganya sampai sekarang untuk menjaga peninggalan dan warisannya. 3 Syakih Burhanuddin wafat pada hari Rabu tanggal 10 Syafar tahun 1111 H. dalam usia 85 tahun, sekarang sudah menjadi tradisi setiap hari Rabu di atas tanggal 10 Syafar setiap tahun orang ramai berkunjung ke Ulakan dengan semboyan “Pergi Bersyafar ke Ulakan Pariaman” B. Pengikut Syaikh Burhanuddin Tidak banyak diketahui tentang Guru Syaikh Burhanuddin, akan tetapi Guru Syaikh Burhanudin yang terkenal ada dua yaitu Syaikh Abdullah Arif dan Syaikh Abdul Ra’uf. Syaikh Abdullah Arif adalah seorang Ulama dari Madinah yang menyebarkan agama Islam di Daerah Ulakan Tapakis, Pariaman. Dan Beliaulah yang menjadi guru pertama 3 Ibid, h. 149. 47 Syaikh Burhanuddin. Sedangkan Syaikh Abdul Ra’uf adalah guru yang berasal dari Daerah Singkil, Aceh. Dari Beliaulah Pono mendapat gelar Syaikh Burhanuddin 4 . Sedangkan temannya yang setia menemani ketika ia kembali dari Aceh dan menjadi tulang punggung penyiar Islam di Ulakan adalah Idris yang diberi gelar Khatib Majalelo. Disamping menjadi juru bicara Syaikh Burhanuddin, Khatib Majalelo juga menjadi perantara pertemuan Syaikh Burhanuddin dengan Basa Ampek Balai di pusat kekuasaan Raja Minangkabau. Lebih dari itu, Khatib Majalelo juga memberi dukungan material yang tidak sedikit demi suksesnya perjuangan Syaikh Burhanuddin, seperti mendirikan Surau di tanah Ulayatnya di Desa Tanjung Medan Ulakan. 5

C. Pemikiran-pemikiran Syaikh Burhanuddin

Syaikh Burhanuddin dianggap oleh jamaah Tharikat Syatariyah sebagai pendiri Tharikat Syatariyah di daerah Ulakan, Padang Pariaman. Sehingga pemikirannya sangat berkaitan dengan pemikiran para Ulama Syatariyah Padang Pariaman saat ini. Adapun pemikiran Syaikh Burhanuddin yang mempengaruhi pemikiran ulama Syatariyah sampai saat ini antara lain: 4 Tuanku Kadi, Seorang tokoh ulama Tarekat Syatariyah yang berperan di Tapakis Ulakan Pariaman, wawancara langsung, 29 Desember 2010. 5 Duski Samad, Shekh Burhanuddin...., h.43.