setiap awal bulannya.
9
Sehingga sulit untuk menentukan awal bulan Hijriyah jika hanya dengan mengandalkan metode Hisab saja.
Dengan alasan tersebut diatas maka penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian kepada para pengikut Syaikh Burhanuddin yang mana
mereka lebih cenderung mengikuti para Qadi mereka daripada mengikuti keputusan menteri agama di Indonesia dalam penentuan awal bulan
Ramadhan. Penulis berusaha mencari sebab terjadinya perbedaan metode yang dipergunakan antara pemerintah dengan para pengikut Syeikh Burhanuddin.
Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul:
PENENTUAN AWAL BULAN RAMADHAN MENURUT SYAIKH BURHANUDDINPadang Pariaman, Sumatera Barat
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk memudahkan penelitian ini dan tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda, maka penulis memberikan batasan-batasan sebagai
berikut: 1. Penelitian dilakukan di Daerah Padang Pariaman, Sumatera Barat tempat
para pengikut Syaikh Burhanuddin menyebarkan ajarannya. 2. Pembahasan terbatas pada masalah metode dan argumen dari seorang
yang dianggap Qadi oleh pengikut Syaikh Burhanuddin dalam menentukan awal bulan Ramadhan.
9
Ibid.
3. Metode yang dimaksud adalah cara penentuan awal bulan ramadhan yang digunakan oleh para Qadi di Daerah Padang Pariaman
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah metode penentuan awal bulan Ramadhan menurut Syaikh Burhanuddin?
2. Apa landasan hukum yang digunakan Syaikh Burhanuddin dalam menentukan awal bulan Ramadhan?
3. Bagaimanakah kesesuaiannya dengan metode yang digunakan oleh Badan Hisab Rukyat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui metode yang digunakan Syakih Burhanuddin dalam
menentukan awal bulan Ramadhan. 2. Mengetahui landasan hukum yang digunakan oleh Syaikh Burhanuddin
dalam menentukan awal bulan Ramadhan. 3. Mengetahui kesesuaian metode yang digunakan oleh Syaikh Burhanuddin
dengan metde yang digunakan Badan Hisab Rukyat. Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain :
1. Membuka wawasan kepada masyarakat terhadap perbedaan dalam penentuan awal bulan Ramadhan.
2 Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang proses terjadinya argumen dalam penentuan awal bulan Ramadhan yang dilakukan oleh
Syaikh Burhanuddin D.
Review Studi Terdahulu
Hisab dan Rukyat merupakan metode penetapan awal bulan Qomariyah. Kedua metode tersebut sering menyebabkan terjadinya perbedaan
pendapat dalam menentukan awal bulan qomariyah. Bahkan, tidak jarang perbedaan terjadi di kalangaqn internal ahli hisab maupun ahli rukyat. Kajian
terhadap hisab rukyat dalam bentuk akademik, khususnya di lingkungan PTAI Perguruan Tinggi Agama Islam, hingga penelitian ini disusun paling tidak
bernumlah 3 tiga karya yang dituangkan dalam skripsi. Untuk lebih jelasnya, data-data karya akademik tersebut penulis paparkan dalam bentuk diagram
berikut ini:
No. Judul karya akademik
penyusun Tahun
1. Peranan Pemerintah dalam Penetapan awal
Bulan QomariyahTinjauan kaidah Fiqhiyah
10
Hiton Bazawi
2009
2. Penentuan Awal Bualan dalam Perspektif al-
Eka Sartika 2006
10
Hiton Bazawi, Peranan Pemerintah dalam Penetapan awal Bulan QomariyahTinjauan kaidah Fiqhiyah, skripsi, 2009.
MarzukiyahStudi Terhadap Kalangan al- Marzukiyyah di Cipinang
11
3. Analisis Perbedaan Penetapan Idul Adha
Antara Indonesia dan Arab Saudi
12
Ilmanudin 2005
Berdasrkan penelusuran yang peneliti lakukan terhadap karya akademik diatas, peneliti menyimpulkan bahwa hisab dan rukyat yang
dijelaskan oleh Hiton lebih cenderung kepada Kaidah fikihnya, yang dalam hal ini di terapkan oleh pemerintah guna menetapkan awal bulan Qomariyah.
Sedangkan Eka dalam skripsinya menjelaskan metode penetapan awal bulan Qomariyah dalam perspektif golongan al-Marzukiyah. Al-Marzukiyah
menggunakan metode Imkanurrukyah dalam penetapan awal bulan Qomariyah. Golongan ini terbagi menjadi tiga wilayah Rawa Bunga,
Cipinang Muara, dan Raya Kemang. Dari ketiga golongan tersebut, hanya golongan yang berada di Cipinang Muara yang masih berpedoman pada
Imkanurrukyah, sedangkan yang lain sudah mengikuti keputusan pemerintah. Berbeda dengan yang lain, Ilman mencoba menjelaskan perbandingan
antar Negara, yaitu Indonesia dengan Arab Saudi. Dimana keduanya terkadang bahkan sering terjadi perbedaan dalam Hari Raya tersebut.
11
Eka Sartika, Penentuan Awal Bualan dalam Perspektif al-MarzukiyahStudi Terhadap Kalangan al-Marzukiyyah di Cipinang, Skripsi, 2006.
12
Ilman Hasjim, Analisis Perbedaan Penetapan Idul Adha Antara Indonesia dan Arab Saudi,skripsi, 2004.
Dari ketiga skripsi di atas, tidak ada tulisan yang membahas secara jelas mengenai penentuan awal bulan Ramadhan oleh Syaik Burhanuddin.
Oleh karena itu, skripsi penulis difokuskan untuk membahas persoalan yang tidak kalah menariknya dengan karya-karya lainyang membahas tentang
Hisab dan Rukyat.
E. Metode Penelitian