Ketentuan Dasar Penentuan Awal Bulan

60

1. Ketentuan Dasar Penentuan Awal Bulan

Penetapan awal bulan yang digunakan oleh Syaikh Burhanuddin merupakan penetapan metode hisab Taqwim kamsiyah 1 menurut keyakinan Beliau benar-benar berasal dari Nabi dengan menggunakan rumus yang di kutip dari Kitab Insan ‘Uyun yang ditulis oleh Syaikh Nuruddin. Mengenai umur bulan, ditentukan secara berselang-seling antara 30tiga puluhdan 29dua puluh sembilan hari. Akan tetapi khusus untuk awal bulan Ramadhan harus menggunakan rukyat. 2 Adapun ketentuan-ketentuan lain dalam menetapkan awal bulan Ramadhan menurut syaikh Burhanuddin di antaranya : a. Tinggi hilal di atas ufuk Penetapan awal bulan Ramadhan akan dilakukan setelah diketahui terlebih dahulu hilal dapat dilihat atau tidak pada akhir Sya’ban yaitu pada tanggal 29 dua puluh sembilan malam. Tidak ada ketentuan berapa derajat dalam melihat hilal, menurutnya yang pasti dapat dilihat oleh mata, maka jatuhlah besoknya tanggal 1 satu Ramadhan. Praktek melihat bulan di fokuskan pada tiga titik, yaitu Koto Tuo Padangpanjang, Agam, dan Sijungjung di Pesisir Selatan. Jika bulan tidak terlihat di pantai Ulakan Tapakis, maka dilakukan koordinasi terhadap para 1 Taqwim Kamsiyah adalah metode untuk menentukan jatuhnya awal bulan dengan perhitungan tertentu dan hasil dari perhitungan tersebut dimulai hari kamis. Tuanku Nan Elok, wawancara langsung, 29 Desember 2010. 2 Tuanku Kadi, Seorang tokoh ulama Tarekat Syatariyah yang berperan di Tapakis Ulakan Pariaman, wawancara langsung, 29 Desember 2010 61 kadi yang berada di berbagai titik tempat melihat bulan lainnya. Kalau bulan tidak tampak di Ulakan Tapakis, maka ulama Syatariyah akan lakukan kontak koordinasi kepada kadi di daerah lainnya, jika bulan dapat dilihat pada satu titik tempat, maka akan dilakukan sidang di mesjid Syekh Burhanuddin . Jika bulan tidak terlihat, maka bulan Sya’ban digenapkan menjadi 30tiga puluh hari. 3 b. Penggunaan teropong Penggunaan teropong dalam melihat hilal merupakan sesuatu yang tidak dianjurkan oleh Syara’, karena ketentuan melihat hilal sesuai dengan hadits-hadits Nabi Muhammad saw., adalah dengan mata telanjang atau mata sederhana. 4 Dengan demikian dalam melihat hilal sangat mengandalkan ketajaman mata si saksi dan hilal yang dapat dilihat oleh mata sederhana adalah hilal yang memiliki ketinggian tujuh derajat di atas ufuk. c. Syarat-syarat saksi melihat hilal Syarat-syarat saksi melihat hilal diantaranya: 1 Adanya dua orang saksi yang melihatnya. 2 Orang yang mengaku melihat hilal harus Islam, baligh, berakal, laki- laki, adil, dan memiliki pengetahuan Taqwim kamsiyah. 3 Tuanku Sultan Syahril, wawancara langsung, 29 Desember 2010. 4 Alma Fredi, Pengurus masjid Syaikh Burhanuddin, wawancara langsung, 30 Desember 2010. 62 3 Kesaksian yang diberikan dapat diterima sesuai adat, syara’, dan akal. 5

2. Tata cara Penetapan Awal Bulan