BAB III HUMANISME
A. Pengertian Humanisme dan Universal
Humanisme memiliki pengertian sebagai gerakan pemikiran yang menganggap individu rasional sebagai nilai paling tinggi, sebagai sumber nilai
terakhir, serta memberikan pengabdian kepada pemupukan untuk perkembangan kreatif dan perkembangan moral individu secara rasional, tanpa acuan pada
konsep-konsep yang bersifat adi kodrati.
30
Dalam Encyclopedia Britania, humanisme diartikan sebagai paham kemanusiaan, atau sebuah doktrin, tingkah laku, atau jalan hidup yang
memusatkan diri pada nilai-nilai dan manusia.
31
Nilai-nilai yang terdapat dalam humanisme, seperti ditulis Muhammad Ali, adalah paradigma nilai, sikap, norma
dan praktek keagamaan religiosity yang mendukung kehidupan tanpa kekerasan dan damai.
32
Salah seorang tokoh humanisme, Pico, berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang diberi kebebasan memilih oleh Tuhan dan menjadikannya pusat
perhatian dunia. Oleh karena itu, manusia bebas memandang dan memilih yang terbaik.
33
30
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia, 2002, Cet. III, h. 295
31
Encyclopedia Britania 2003 Ultimate Reference Suite CD Room , Inggris, 2003,
dictionary 2, h. 1
32
Muhammad Ali, Paradigma Beragama Humanis, Kompas 18 Januari 2002
33
Nicola Abbagnano, “Humanisme”, dalam The Encyclopedia of Philosophy, vol. 3, New York: Macmillan Publishers, 1967, h. 70
Dengan lugas, Franz Magnis Suseno memberi pengertian terhadap humanisme dan kemanusiaan. Bagi Romo Magnis, humanisme adalah sikap
prinsipil dan terurai eksplisit yang menempatkan manusia di pusat perhatian dan sebagai titik tolak penilaian tentang kehidupan masyarakat yang baik; tuntutan
intinya adalah manusia harus dihormati dalam martabatnya. Sedangkan, kemanusiaan Jerman: Humanitat, Inggris: Humanness merupakan sikap yang
diharapkan oleh gerakan humanisme tersebut, yakni: cita-cita pengembangan kemanusiaan dan bakat-bakatnya hati dan jiwa manusia secara selaras dan
seimbang; mengembangkan budaya dan keluhuran pikiran; cita-cita itu terungkap dalam sikap yang terbaik dan berbesar hati terhadap sesama manusia.
34
Begitu pun seperti tertera dalam satu dari sepuluh kategori yang ditawarkan Carliss Lamont dalam The Philosophy of Humanism, disebutkan
bahwa humanisme mencirikan sebagai sesuatu yang meyakini dan menjunjung tinggi adanya sebuah etik atau moralitas yang melandasi semua nilai
kemanusiaan. Etik dan moralitas ini menunjuk pada adanya persaudaraan kemanusiaan yang adalah dasar kebahagiaan paling hakiki dalam konsep
kebersamaan tersebut.
35
Dari beberapa definisi dan gambaran yang ada di atas, dapat dipahami bahwa humanisme berada dalam pemaknaan yang beragam; kiranya ada tiga hal
yang mungkin dapat penulis ungkap, pertama humanisme sekuler yakni humanisme sebagai yang memiliki daya tolak kuat terhadap daya campur tangan
unsur Ilahiah ketuhanan, kedua humanisme yang mengacu pada nilai-nilai
34
Franz Magnis Suseno, Manusia dan Kemanusiaan dalam Perspektif Agama, dalam Masa Depan Kemanusiaan
, Jogjakarta: Penerbit Jendela, 2003, h. 7
35
Carlis Lamont, The Philosophy of Humanism, London: Routledge, 1978, h. 11-15
religiositas, dan ketiga humanisme dalam pemahaman komunikasi inter- subyektifitas, yang lebih menekan fokus pada ide-ide kemanusiaan yang
menjunjung tinggi nilai persaudaraan kemanusiaan, kreatifitas untuk menciptakan prestasi kemanusiaan, penghormatan terhadap nilai-nilai dan hak asasi manusia
dan lainnya. Sementara istilah universal Inggris: universals, Latin universalis
dikaitkan dengan konsep-konsep spesies, genus, dan klas, yang berlawanan dengan istilah-istilah particular dan individual. Problem universalia timbul
apabila orang mempertanyakan statusnya dalam realitas atau status ontologisnya.
36
Secara mudah, universal artinya umum
. Sebagai contoh, konsep kemanusiaan adalah konsep yang dipercaya berlaku universal, sebab konsep ini
dipercaya dimiliki oleh setiap manusia tanpa membedakan apakah manusia tersebut berkulit hitam, berkulit putih, baragama Islam atau beragama Kristen,
apakah ia orang Tionghoa atau orang Amerika. Lawan kata dari universal bisa khusus
, bisa pula diskriminatif
, dan sebagainya, tergantung pada konteks kalimat yang memuat kata universal.
37
B. Perkembangan Seputar Humanisme