Hubungan Antara Humanisme dengan Filsafat, Religiositas, Sastra dan Etika

memelihara dan memperkokoh eksistensinya sendiri. Semua organisme mempunyai sebuah tendensi inhern untuk memelihara eksistensi mereka. 79 Perkembangan humanisme dalam etika agaknya tidak akan surut, karena hubungan kemanusiaan dan konsep etis senantiasa seiring-sejalan. Jika manusia harus mempunyai keyakinan terhadap nilai, maka ia harus mengetahui diri dan kapasitas dasarnya bagi kebaikan.

C. Hubungan Antara Humanisme dengan Filsafat, Religiositas, Sastra dan Etika

Humanisme memiliki hubungan yang sangat erat dengan filsafat, karena bagaimana pun ranah filsafat adalah tempat persemaian tradisi humanisme. Dalam filsafat, humanisme berarti sebuah gerakan yang menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Begitu pun dalam religiositas, seperti dipaparkan sebelumnya, seorang yang berjiwa humanis berperikemanusiaan berarti nilai-nilai religiositas diamalkan mendalam. Humanisme pun memiliki hubungan yang kuat dengan sastra, karena dalam tradisi sastra Timur dan Barat, senantiasa tersembul nilai-nilai humanistik. Dalam ranah etika pun demikian, persoalan yang sering diungkap dalam etika adalah mempertanyakan tindakan manusia sebagai manusia. Hubungan di atas menggambarkan bahwa dalam tradisi mana pun humanisme dapat memiliki hubungan yang sangat erat dan tentu memiliki pengaruh yang kuat pula. Berikut kami lampirkan tabel hubungan antara humanisme dengan filsafat, religiositas, sastra dan etika. 79 Erich Fromm, Manusia Bagi Dirinya, h. 17

BAB IV HUMANISME UNIVERSAL KAHLIL GIBRAN

Dalam bahasan BAB IV, yang merupakan inti dari skripsi ini, penulis akan menampilkan bait-puisi Kahlil Gibran yang menunjukkan kematangannya sebagai penganjur humanisme universal. 80 Humanisme universal adalah cita-cita luhur Gibran, yang memiliki muatan imbauan universal bagi manusia dan kemanusiaan. Penulis merumuskan humanisme universal Kahlil Gibran ini ke dalam 3 tiga kerangka nilai yang dikembangkan dalam bait-puisi Gibran, meliputi pesan etik, nilai-nilai religiositas dan persaudaraan antar-sesama, antar-bangsa. Sejatinya, dari ketiga kerangka nilai ini, penulis ingin memperlihatkan bahwa Gibran sesungguhnya mempertimbangkan betapa umat manusia perlu dibangkitkan kesadarannya sebagai keberadaan bersama antar sesama, kebersamaan antar-manusia.

A. Tiga Kerangka Nilai

Sebagaimana telah diutarakan sebelumnya, bahwa penulis menggunakan metode analisis konten atau analisa terhadap isi karya Kahlil Gibran. Analisis konten adalah strategi untuk menangkap pesan karya sastra 81 . Berangkat dari pendekatan tersebut, kami merumuskan 3 tiga kerangka nilai yang terungkap 80 Perlu pembaca ketahui, Gibran sendiri tidak pernah menyebut bahwa dirinya adalah tokoh atau pun bagian dari humanisme universal. Sebutan humanisme universal digagas oleh Fuad Hassan dalam buku Menapak Jejak Khalil Gibran, sub tema Gibran sebagai penganjur Humanisme Universal. Lihat Fuad Hassan, Menapak Jejak Khalil Gibran, Jakarta: Pustaka Jaya, 2001, h. 45-54 81 Suwardi Endaswara, Metodologi Penelitian Sastra, Yogjakarta: Pustaka Widyatama, 2004, Cet. Ke 2, h. 160