Faktor Ketaatan Kepada Orangtua

52 mereka bersedia. Karena masalah ini merupakan hal pribadi seseorang dan sangat sensitif untuk dibicarakan secara umum. Dengan itu, informan meminta penulis untuk disamarkan namanya dengan inisial A. A perempuan mengaku setelah bertunangan selama 1 tahun dengan B laki-laki, dia telah cukup untuk mengenal sifat dan watak B secara keseluruhan bahkan sampai sifat-sifat keluarga B, yang dirasakan dan dilihat sangat baik hati. Akhirnya sampailah pada masalah material keluarga B, yang memang dari keluarga kurang berada. Karena rasa cinta si A, maka waktu B melamar A langsung menerimanya. Akan tetapi, selang waktu 1 tahun “saya merasa takut jika kelak menikah dengan B, dia tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarga kami, karena B juga merupakan tulang punggung keluarganya”. Dari hal itu saya mulai mempertimbangkan kembali jika harus menikah dengan B, dan akhirnya saya memilih untuk memutuskan lamaran atau tunangan B, dan berharap ada laki-laki lain yang lebih baik dari kondisi B yang akan melamarnya. 8

D. Faktor Ketaatan Kepada Orangtua

Faktor keluarga banyak juga dijadikan alasan seseorang untuk membatalkan khitbahnya karena keluarga merupakan orang terdekat yang akan mempengaruhi kehidupan mereka kelak. Perkawinan merupakan langkah awal yang menentukan dalam proses membentuk keluarga bahagia dan hamonis. Di samping itu, perkawinan bagi pasangan muda-mudi adalah melakukan 8 A, Pelaku Pembatalan Khitbah. Wawancara Pribadi, Pulung Rejo, 21 Agustus 2010. 53 pengintegrasian manusia dalam tatanan hidup bermasyarakat. Hal ini untuk menjaga tidak adanya penyesalan di kemudian hari. 9 Peran orang tua dalam menentukan calon menantu dapat dibagi menjadi dua periode, yaitu: 1. Periode kira-kira sekitar Tahun 1925-2000-an, Pada zaman istilah “Gudel Nyusu Kebo” artinya, Gudel adalah anak kerbau, sedangkan kerbau yaitu kerbau. Jadi arti Gudel Nyusu Kebo adalah sesuatu yang yang sudah wajar, artinya yang terkandung dalam ungkapan itu adalah bahwa anak dalam mencari dan menentukan jodoh harus menurut kehendak orangtua. Dalam menentukan calon menantu atau jodoh bagi putra-putrinya tidak terlepas dari landasan pokok yaitu bibit, bebet, dan bobot. Ada yang agresif mencarikan jodoh buat putar-putrinya adalah orangtua sedangkan perjaka dan sang gadis tinggal menurut dan menerima saja. 2. Pada Zaman Era Baru 2000-an Perkembangan zaman membawa pengaruh adanya pergeseran nilai- nilai tata kehidupan. Bila zaman dulu pepatahnya Gudel Nyusu Kebo seperti yang diuraikan. Sekarang sudah ber balik 180 pepatahnya menjadi “Kebo Nyusu Gudel”, maknanya orangtua hanya mengikuti kemauan anak saja. Peranan orangtua sudah bergeser kea rah “Tut Wuri Handayani” saja. Sang 9 Thomas Wiyasa Bratawijaya, Upacara Perkawinan Adat Jawa, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2006, h. 3. 54 perjaka dan sang gadis bebas dalam menentukan jodohnya sedangkan orang tua merestui. Namun demikian prinsip-prinsip dalam menentukan jodoh yaitu, bibit, bebet dan bobot masih memegang peranan penting. 10 Ada sementara yang berpendapat bahwa bibit masih dapat dipertimbangkan, karena mungkin juga sang perjaka dan gadis dari keluarga yang kurang baik, namun ternyata budi pekertinya baik. Begitu juga dengan yang ada dalam masyarakat desa Pulung Rejo dalam menentukan jodoh peranan orangtua tidak terlalu dominan, sehingga sering terjadi kesalahpahaman setelah masa tunangan terjadi dapat berakibat pembatalan lamaran dari salah satu kedua belah pihak. Ini salah satu penyebab seseorang dalam membatalkan lamarannya ketika pihak keluarga melihat dari calon menantu mereka yang tidak bagus dari salah antara bibit, bebet dan bobot yang diketahuinya setelah pertunangan terjadi. Dalam masalah alasan keluarga ini penulis mendapatkan informan yang telah bertunangan dan akhirnya membatalkan atau memutuskannya kembali karena selama masa pertunangan, dia menemukan cacat cela dari sifat tunangannya. SP laki-laki dan RS perempuan, telah bertunangan sekitar 1 tahun 3 bulan. Dikarenakan SP masih bekerja jauh dari rumah, maka SP jarang bertemu dengan RS. Setelah lamanya bertunangan SP diminta oleh orangtuanya untuk memutuskan pertunangannya dengan RS, karena orangtua SP tidak menyukai akhlak dari RS yang dianggap kurang sopan oleh orangtua SP, baik ketika 10 Ibid., h. 5-8. 55 bertutur kata maupun bertingkah laku. Karena RS takut mengecewakan orangtuanya maka SP mengikuti perintah kelurganya. Sebelum semuanya terlambat hingga akhirnya menikah. Maka, hal itu akan menyebabkan hubungan yang tidak baik antara menantu dan mertua. 11

E. Faktor Kematian