2. Komunikasi Sosial
Komunikasi persona berkaitan dengan komunikasi sosial ketika dua atau lebih individu berinteraksi, sengaja atau tidak sengaja. Seperti yang dikutip
oleh Dedy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi adalah suatu proses yang mendasari intersubjektivisasi, suatu fenimena yang terjadi sebagai
akibat simbolisasi publik dan penggunaan serta penyebaran simbol.
40
Komunikasi massa adalah suatu proses komunikasi sosial yang lebih umum, yang dilakukan individu-individu untuk berinteraksi dengan
lingkungan sosio-budayanya, tanpa terlihat dalam hubungan-hubungan antarpersona dengan individu-individu lainnya.
41
Menurut kim, seperti yang dikutip oleh Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Fungsi akulturasi komunikasi massa bersifat terbatas dalam
hubungannya dengan fungsi akulturasi komunikasi antarpersona.
42
Melalui komunikasi massa, seorang imigran mengetahui lebih jauh lagi tentang
berbagai unsur dalam sistem sosio-budaya Pribumi. Fungsi akulturasi komunikasi massa akan sangat penting pada fase awal proses akulturasi
seorang imigran. Dalam fase ini, imigran baru memulai mengembangkan suatu kecakapan yang memadai untuk membina hubungan-hubungan
antarpersona yang memuaskan anggota-anggota masyarakat Pribumi.
40
Ibid, h. 142.
41
Ibid, h. 142.
42
Ibid, h. 143.
3. Situasi dan Kondisi Komunikasi
Komunikasi persona dan komunikasi sosial seorang imigran dan fungsi komunikasi-komunikasi tersebut tidak dapat sepenuhnya dipahami tanpa
dihubungkan dengan lingkungan komunikasi masyarakat Pribumi. Apakah imigran tinggal di desa atau di kota metropolitan, tinggal di daerah miskin
atau kaya, bekerja sebagai buruh pabrik atau eksekutif. Semua itu merupakan kondisi lingkungan yang mungkin secara signifikan mempengaruhi
perkembangan sosio-budaya yang akan dicapai imigran.
43
Suatu kondisi lingkungan yang sangat berpengaruh pada komunikasi dan akulturasi imigran adalah adanya komunitas etniknya di daerah setempat.
Seperti yang dikutip oleh Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat dari Taylor, bahwa derajat pengaruh komunitas etnik atas prilaku imigran sangat
bergantung pada derajat kelengkapan kelembagaan komunitas tersebut dan kekuatannya untuk memelihara budayanya yang khas bagi anggota-
anggotanya.
44
Artinya dari drajat kelengkapan kelembagaan imigran tersebut dapat memudahkannya dalam mengatasi tekanan-tekanan dalam komunikasi
antarbudaya dan memudahkan akulturasi. Namun lain halnya apabila seorang imigran terlalu luas dalam komunitas etniknya dan tanpa komunikasi yang
memadai dengan anggota masyarakat Pribumi mungkin akan memperlambat kecepatan akulturasi imigran. Hingga sejauh ini, mayarakat Pribumilah yang
43
Ibid, h. 144.
44
Ibid, h. 144.
memberikan kebebasan kepada pihak imigran minoritas untuk mengembangkan lembaga-lembaga etniknya tanpa harus mengikuti pola-pola
budaya masyarakat Pribumi yang bisa dibilang lebih dominan.
BAB III GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SRENGSENG SAWAH DAN
SEJARAH GAMBANG KROMONG
A. Gambaran Umum Masyarakat Srengseng Sawah
Kelurahan Srengseng Sawah merupakan salah satu dari 6 enam Kelurahan di Wilayah Kecamatan Jagakarsa Kota Administrasi Jakarta Selatan
yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1251 Tahun 1986, dengan luas wilayah 674,70 Ha yang berbatasan dengan :
- Sebelah Utara : Kel. Lenteng Agung dan Kel. Jagakarsa
- Sebelah Timur : Kali Ciliwung
- Sebelah Selatan : Kotamadya Depok
- Sebelah Barat : Kelurahan Ciganjur dan Kelurahan Cipedak.
45
Pola pembangunan Kelurahan Srengseng Sawah senantiasa mengacu kepada Rencana Umum Tata Ruang Tahun RUTR 2005 dan Rencana Bagian Wilayah
Kota RBWK wilayah selatan yang ditetapkan sebagai Daerah Resapan Air. Hal ini didukung dengan keberadaan potensi air tanah yang ada antara lain Setu
Babakan, Setu Mangga Bolong, Setu Salam UI dan Setu ISTN. Disamping itu potensi Daerah Hijau yang sarat dilindungi oleh Pemerintah Propinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta berupa Hutan Kota yang berada di kawasan Wales Barat Universitas Indonesia.
46
Perkembangan penduduk di Kelurahan Srengseng Sawah cukup pesat. Hal ini selain suasana yang cukup menyenangkan karena kelestarian alam masih
terjaga dengan baik, juga disebabkan oleh tersedianya fasilitas sarana umum yang
45
Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Laporan Bulan April 2008, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, h 1-2.
46
Ibid, h. 1-2.