Gambaran Diri Komunikasi Pribadi Dalam Akulturasi Pada Kesenian Gambang

Dengan cara analisis demikian kita dapat menentukan kedudukan individu dalam struktur sosial. 2 Struktur sosial yang menentukan cara berujar atau perilaku bahasa. Dalam hal ini terjadi perubahan-perubahan pada standar bahasa baku dan dialek dengan berubahnya konteks dan topik pembicaraan Grimshaw, 1973:49. 88 Jadi dengan kemampuan menggunakan bahasa kaum pribimi, secara perlahan- lahan orang-orang Tionghoa mulai terintegrasi dalam struktur sosial komunitas lokal. Ini memudahkan mereka dalam mengatasi berbgai kerumitan dan hambatan akibat berbedaan-berbedaan sosial-budaya antara mereka dan orang Betawi.

2. Gambaran Diri

Gambaran diri di sini merupakan cara pandang orang Tionghoa tentang masyarakat Pribumi dan budaya aslinya. 89 Dilihat dari gambaran orang-orang Tionghoa saat ini, mereka sangat dekat sekali dengan orang-orang Betawi. Hal ini dapat dirasakan oleh orang-orang Tionghoa yang salah satunya adalah pemerhati budaya Cina Indonesia, David Kwa. Dalam wawancara penulis dengannya, tepatnya di kediamannya di Baranang Siang, Bogor, ia mengatakan bahwa orang- orang Tionghoa dewasa ini telah banyak yang berbaur dan bercampur dengan orang-orang pribumi khususnya orang Betawi. Kondisi ini secara perlahan-lahan berhasil merubah gambaran diri orang Tionghoa yang semulanya eksklusif 88 Ibid, h. 11. 89 Deddy dan Jalaluddin, Komunikasi Antarbudaya, …, h. 141. menjadi lebih inklusif. Artinya, pada akhirnya mereka melihat diri mereka sebagai bagian dari orang-orang Betawi. Hal ini terlihat dari cara mereka bersikap dan berinteraksi dengan orang-orang Betawi. Orang-orang Tionghoa dan Betawi juga suka bekerja sama dalam perdagangan dan pertukangan. 90 Menurut Raden Aryo Sastrodarmo, seorang pelancong Surakarta di Batavia pada tahun 1865, dalam Kawontenan ing Nagari Betawi, seperti yang dikutib Ridwan Saidi dalam Profil Orang Betawi: Asal Muasal, Kebudayaan dan Adat Istiadatnya, adat-istiadat Betawi mirip adat-istiadat Tionghoa. Cara orang Betawi memperkenalkan diri sama seperti orang Tionghoa. Cara mereka duduk dan bercakap-cakap juga relatif sama dengan orang Tionghoa. Dan jika makan mereka memakai meja, tidak bersila di atas tikar yang terhampar di tanah. Orang Betawi juga belajar silat dari orang Tionghoa. Sifat orang Betawi yang pemberani alias pede? sangat mungkin dipengaruhi kaum peranakan Tionghoa. 91 Mereka juga mampu menjaga kerukunan di anatara mereka dan dengan komunitas lainnya. Fakta bahwa masyarakat Tionghoa hampir tidak pernah mengalami friksi dengan etnis lainnya merupakan bukti bahwa mereka dapat hidup rukun dengan keluarga dari etnis lain. Berdasarkan pengamatan peneliti, di Jakarta ini interaksi budaya dalam arti saling mempengaruhi antara kedua belah pihak sangat kuat. Di satu pihak etnik Tionghoa, khususnya peranakan, sangat dipengaruhi budaya Betawi, di lain pihak etnik Betawi juga sangat dipengaruhi budaya Tionghoa. Begitu dekatnya 90 Wawancara dengan David Kwa, Seorang Pemerhati Budaya Cina Indonesia, Bogor, pada 17 Juni 2008. 91 Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, Asal Muasal, Kebudayaan, dan Adat Istiadat, Jakarta, PT. Gunara Kata, 2004, h. 115. hubungan budaya antara kedua etnik ini, sehingga sering kali orang-orang Tionghoa dianggap sama seperti orang-orang Betawi. Dalam kunjungan peneliti di Perkampungan Budaya Betawi. tepatnya di saat berlangsungnya kegiatan latihan rutin anak-anak kesenian Gambang Kromong, peneliti mendapat kesempatan untuk mewawancarai tokoh Betawi sekaligus pengelola Perkampungan Budaya Betawi, Indra Sutisna. Menurutnya, yang namanya budaya tidak ada polisi budaya. Ketika terjadi perpaduan suatu budaya dengan budaya yang lainnya, proses ini akan sulit dihambat bila terdapat sifat akomodatif di antara budaya-budaya tersebut. Dalam konteks perpaduan budaya Tionghoa dengan Betawi, selama budaya itu bisa diterima oleh masyarakat Betawi, tidak merugikan dan secara terus-menerus digunakan oleh masyarakat, maka pada akhirnya budaya tersebut akan diakui oleh masyarakat Betawi. 92 Masyarakat Betawi cederung menerima perpaduan itu karena sifatnya yang terbuka dengan budaya-budaya luar. Hal ini membantu pembentukan gambaran diri peranakan Tionghoa terhadap orang Betawi yang pada gilirannya memudahkan keduanya dalam proses-proses akulturasi.

3. Dorongan Akulturasi