yang terjadi dalam suatu kondisi yang menunjukkan adanya perbedaan budaya seperti bahasa, nilai-nilai, adat kebiasaan.
C. Variabel Komunikasi dalam Akulturasi
1. Komunikasi Persona
Komunikasi persona interpersona mengacu kepada proses-proses mental yang dilakukan orang untuk mengatur dirinya sendiri dalam dan
dengan lingkungan sosio-budayanya, mengembangkan cara-cara melihat, mendengar, memahami, dan merespon lingkungan. Seperti yang dikutip oleh
Dedy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat dari Ruben, Komunikasi persona dapat dianggap sebagai merasakan, memahami, dan berprilaku terhadap
objek-objek dan orang-orang dalam suatu lingkungan. Ia adalah proses yang dilakukan individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
35
Artinya dalam konteks akulturasi, komunikasi persona sebagai cara untuk dapat memudahkan seorang imigran untuk merespon dan mengidentifikasi
secara konsisten budaya Pribumi yang secara potensial memudahkan aspek- aspek akulturasi lainnya.
Mengenai komuniaksi persona, seperti yang telah dikutip oleh Astrid S. Susanto dari James H. Campbell dan Hall W. Hepler memberikan contoh
dari dua orang yang berkomunikasi, kemudian berinteraksi satu sama lain. Mereka menekankan tentang gambaran dirinya, apa yang dimiliki oleh
35
Deddy dan Jalaluddin, Komunikasi Antarbudaya, …, h. 141.
masing-masing. Dalam komunikasi dan interaksi, maka faktor diri selalu menjadi faktor terpenting dan faktor pihak yang diajak berkomunikasi
dihubungkan dan diteropong dalam bentuk sesudah menilai keadaan dan kepentingan serta milik dirinya.
36
Akhirnya setelah terjadi interaksi, hasil interaksi adalah dengan mengutamakan diri, kepentingan pihak yang lain dihubungkan dengan
kepentingan diri, dan mengutamakan kepentingan yang lain.
Suatu variabel komunikasi persona dalam akulturasi adalah kompleksitas struktur kognitif imigran, citra diri self image imigran, dan
Motivasi akulturasi.
a Kompleksitas Kognitif Imigran
Kompleksitas kognitif seorang imigran yaitu dengan mengetahui secara keseluruhan bagaimana mempersepsikan lingkungan Pribumi
sehingga mengetahui budaya Pribumi lebih jauh. Dalam mengawali proses akulurasi biasanya seorang imigran mempersepsikan lingkungan
Pribuminya secara sederhana karena seorang imigran masih belum dapat beradaptasi secara langsung, masih merasa asing pada lingkungan
Pribumi.
37
Seorang imigran diharapkan mengetahui pola-pola dan aturan-aturan sistem komunikasi Pribumi, fungsinya untuk mempermudah dalam
36
Astrid S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek, …, h. 94.
37
Ibid, h. 141.
meningkatkan partisipasi seorang imigran dalam jaringan-jaringan komunikasi antarpersona dan komunikasi massa yang terdapat pada
masyarakat Pribumi.
b Citra Diri self image.
Citra diri self image imigran yang berkaitan dengan citra-citra imigran tentang lingkungannya. Artinya citra diri imigran yang
berhubungan dengan citra-citranya tentang masyarakat Pribumi dan budaya aslinya. Misalnya, memberi informasi berharga tentang realitas
akulturasinya yang subjektif. Perasaan yang diderita oleh seorang imigran sangat berkaitan dengan jarak perasaan antara dirinya dan anggota-anggota
masyarakat Pribumi mengenai keterasingannya, dan masalah-masalah psikologis lainnya.
38
c Motivasi Akulturasi
Motivasi akulturasi seorang imigran terbukti sesuai dengan apa yang menjadi tujuannya sehingga memudahkannya dalam proses akulturasi.
Motivasi akulturasi mengacu kepada kemauan untuk belajar tentang berpartisipasi dan diarahkan menuju sistem sosio-budaya Pribumi. Apa
yang telah dilakukan imigran terhadap lingkungan yang baru, biasanya seorang imigran meningkatkan partisipasinya dalam berkomunikasi
dengan masyarakat.
39
38
Ibid, h. 141.
39
Ibid, h. 142.
2. Komunikasi Sosial