4 organisasi ini di setiap fasenya. Sejak 1991 hingga Oktober 2012, jumlah program
yang telah dilakukan di Cina mencapai 117 proyek dengan total dana hampir mencapai US1 Miliar. Jumlah ini belum termasuk sisa dana yang akan diberikan
pada Cina hingga GEF fase 5 berakhir pada tahun 2014 yang berjumlah US56,9 juta.
Prioritas dana GEF yang selalu diberikan pada Cina ini mengundang tanda tanya. Terlebih lagi, jika dilihat dari tingkat kerentanan terhadap perubahan
iklim yang dikeluarkan Maplecroft, negara ini berada dalam kategori medium risk.
8
Level ini menunjukkan bahwa pemerintah Cina dan institusi lokal masih memiliki kapasitas yang memadai untuk beradaptasi, ataupun berinovasi, terhadap
dampak perubahan iklim. Ini menunjukkan bahwa kebijakan GEF tidak didasarkan pada skala kebutuhan. Sebagai badan keuangan lingkungan terbesar,
GEF seharusnya lebih memprioritaskan negara lainnya yang lebih rentan. Dibandingkan dengan Cina, beberapa negara anggota GEF lain
sebenarnya lebih membutuhkan bantuan. Banyak di antara mereka yang bahkan termasuk dalam kategori extreme risk seperti Nigeria, Bangladesh dan Republik
Kongo.
9
Ketiganya mengalami dampak perubahan iklim yang parah seperti kenaikan permukaan laut yang mulai menutupi pinggiran daratan, kelangkaan
pangan, punahnya keanekaragaman hayati, serta kapabilitas nasional yang lemah dalam mengatasi masalah lingkungan. Meski demikian, tampaknya negara-negara
8
Maplecroft menetapkan empat kategori kerentanan, yaitu dimulai dari low risk, medium risk, high risk dan extreme risk. Kategori ini dibuat berdasarkan keterkaitan antara ancaman
perubahan lingkungan dengan bencana alam di suatu negara, populasi dan pembangunan, ketergantungan pangan dan kapabilitas nasional dalam menghadapi masalah lingkungan.
Maplecroft, Climate Change Vulnerability Index 2012, diunduh tanggal 4 Januari 2013.
www.maplecroft.com .
9
Ibid.
5 tersebut bukanlah target utama GEF. Hingga tahun 2012, total dana yang
disalurkan tidak lebih dari US60 juta di masing-masing negara.
10
Ini hanya mencapai sekitar 6 dari dana yang diterima Cina pada periode yang sama.
Cina juga secara ekonomi tidak dalam keadaan kritis. Negara ini bahkan merupakan salah satu negara dengan perkembangan paling pesat. Dari tahun 1993
sampai 2012, pertumbuhan GDP-nya selalu di atas 9.
11
Selain itu, Cina menempati urutan pertama sebagai penerima investasi dari luar negeri, akumulasi
jumlah yang diterima sejak 1985 sampai akhir 2011 diperkirakan telah mencapai US1,2 triliun.
12
Data-data tersebut menunjukkan bahwa negeri ini memiliki kapabilitas nasional yang jauh lebih kuat untuk menangani masalah
lingkungannya dibanding negara lain yang termasuk kategori kerentanan ekstrim. Bantuan GEF yang tidak sesuai dengan proporsi kerusakan lingkungan
inilah yang dijadikan bahan penelitian. Skripsi ini membahas faktor apa saja yang selama ini mendorong GEF untuk memprioritaskan sebagian besar bantuannya ke
Cina, meskipun banyak negara lain yang kondisinya lebih rentan terhadap ancaman lingkungan.
I.2 Pertanyaan Penelitian
1. Mengapa Global Environment Facility memprioritaskan bantuannya untuk Cina?
10
Data dikompilasi
dari GEF
Spending Project
Report. 2012.
www.thegef.orgprojectandfund. Diakses 6 Januari 2013.
11
GDP Growth, World Bank http:data.worldbank.orgindicatorNY.GDP.MKTP.KD.ZG
diakses tanggal 5 Maret 2013.
12
Wayne M. Morrison, 2012. China’s Economic Conditions. CRS Report for Congress. h.12
6
I.3 Hipotesa
Berdasarkan pertanyaan penelitian tersebut, dugaan sementara alasan utama GEF memprioritaskan bantuannya kepada Cina disebabkan oleh performa
environmental governance Cina yang berjalan dengan efektif. Ini dikarenakan institusi lingkungan di negara tersebut telah berkembang sejak masa awal
pendirian GEF.
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan
Mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan GEF dalam mengalokasikan dana bantuannya.
b. Manfaat
Memperkaya wacana dan literatur tentang kebijakan GEF terhadap negara berkembang, khususnya Cina.
I.5 Tinjauan Pustaka
Pembahasan mengenai kebijakan GEF sebelumnya telah ditulis oleh beberapa pakar lain seperti, Zoe Young yang menulis buku berjudul A New Green
Order? World Bank and The Politics of Global Environment Facility di tahun 2002. Buku ini mengkritik kebijakan GEF yang terlalu dipengaruhi oleh
kepentingan Bank Dunia dan AS. Selain itu, Young juga berpendapat bahwa bantuan GEF tidak efektif karena dalam prakteknya, tujuan utamanya adalah
kepentingan ekonomi, bukan lingkungan.
7 Akan tetapi, argumen-argumen yang terdapat dalam buku tersebut
kebanyakan hanya berdasarkan dari wawancaranya dengan beberapa staf GEF tanpa didukung oleh data-data yang terkait. Dalam penulisannya, Young juga
tidak membahas tentang Cina yang mendapat bantuan paling besar dari GEF. Literatur berikutnya adalah buku yang dikarang oleh Bradley Parks et.al
dengan judul, Greening Aid? Understanding the Environmental Impact of Development Assistance. Buku yang diterbitkan di tahun 2008 ini mengulas
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengalokasian bantuan lingkungan dari negara maju ataupun insitusi multilateral ke negara-negara berkembang. Disertai
dengan data bantuan lingkungan internasional yang lengkap serta contoh-contoh kasus yang relevan, Bradley Parks et.al berargumen bahwa faktor-faktor tersebut
antara lain, kerentanan ekologis, kepentingan ekonomi, dan kemiskinan. Meski demikian, dalam buku ini tidak dibahas secara mendalam mengenai
peran GEF sebagai institusi keuangan lingkungan yang berfungsi membantu negara-negara berkembang. Ditambah lagi, Parks et.al juga tidak menjelaskan
tentang apa yang menyebabkan perolehan dana bantuan yang diterima Cina lebih tinggi dibanding dengan negara-negara lain.
Artikel yang khusus membahas kerja sama antara GEF dan Cina ditulis oleh Sun Ying et.al di tahun 2005 dengan judul, Performance of the GEF in
China: Achievements and Challenges as Seen by Chinese. Artikel ini menganalisa sejauh mana proyek-proyek GEF membantu perbaikan lingkungan di Cina. Dalam
sebuah survey yang dilakukan Sun Ying et.al terhadap para staf biro lingkungan Cina, ditemukan bahwa kebanyakan responden berpendapat GEF telah
8 berkontribusi positif. Selain itu, program-program di bidang perubahan iklim
merupakan proyek yang paling banyak disetujui GEF. Pembahasan dalam artikel tersebut hanya terbatas pada pengukuran
efektifitas proyek-proyek GEF di Cina, tanpa menganalisa mengapa tema perubahan iklim menjadi yang paling banyak diimplementasikan. Berdasarkan
berbagai kekurangan dari ketiga literatur yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam skripsi ini penulis akan memberikan analisis mengenai motivasi GEF
dalam memprioritaskan bantuannya untuk Cina.
I. 6 Kerangka Pemikiran
Skripsi ini menggunakan beberapa konsep dan pendekatan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan. Mengingat GEF adalah badan
multilateral di bidang lingkungan, maka penulis juga menggunakan konsep bantuan multilateral dan bantuan lingkungan dalam menganalisa keputusan
alokasi dana GEF ke Cina.
1.3.A Konsep Bantuan Luar Negeri
Development Assistance Committee DAC mendefinisikan bantuan luar negeri sebagai pemasukan finansial, bantuan teknis, dan komoditas yang, a
didesain untuk mempromosikan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan; b penyediaannya berupa hibah danatau pinjaman.
13
13
Dikutip dari Steven Radelet. 2006. “A Primer on Foreign Aid”. Center for Global Development Working Paper. h. 14.