6 Kerangka Pemikiran Tinjauan Pustaka

11 bantuan jangka panjang, jangka pendek atau tergantung pada hasil evaluasi pelaksanaan program tersebut. Pendonor juga harus memutuskan jenis bantuan yang dapat diberikan apakah transfer teknologi, dana hibah atau pinjaman rendah bunga, berapa banyak, negara mana yang menerima, siapa yang akan memberikan bantuan dan mengelola proyeknya pemerintah lokal, NGO atau organisasi internasional. Parks, et.al mengatakan setidaknya ada empat faktor yang berperan dalam pengambilan keputusan para pendonor, yaitu: 18 1.3.C.1 Kepentingan ekologis Pendonor akan memberikan bantuannya pada negara yang paling rentan, memiliki kualitas lingkungan yang rendah, dan berperan signifikan dalam mendukung penyelamatan lingkungan secara regional maupun global. Pengukuran terhadap signifikansi lingkungan tersebut misalnya dapat dilihat dari pelestarian keanekaragaman hayati, serta kontribusi negara tersebut dalam mengurangi tingkat karbon secara global. 1.3.C.2 Performa Environmental Governance Bantuan disediakan pada negara yang menerapkan kebijakan lingkungan yang efektif, memberikan informasi yang transparan dan dapat diverifikasi, serta memiliki pelayanan publik yang baik. Hal ini penting untuk memastikan bantuan 18 Bradley Parks et.al. 2008. Greening Aid? Understanding the Environmental Impact of Development Assistance. New York: Oxford University Press. h. 98-108. 12 dikelola dengan baik, proyek berjalan dengan efektif, dan tercapainya target proyek. 1.3.C.3 Kemiskinan Negara yang miskin dan memiliki jumlah penduduk yang besar juga menjadi sasaran para pendonor. Ini dikarenakan negara miskin dianggap tidak mampu untuk mengatasi masalah lingkungannya sendirian. Dalam konteks ini, organisasi internasional seperti Bank Dunia menciptakan mekanisme pemberian bantuan yang mencakup variabel pendapatan per kapita dan jumlah penduduk. 1.3.C.4 Kepentingan Ekonomi Negara-Negara Pendonor Keputusan pendonor mengenai jumlah dan jenis bantuan lingkungan banyak dipengaruhi oleh tingkat pengembalian rate of return yang akan dihasilkan dari investasi mereka. Karenanya, dibutuhkan negara penerima dengan situasi ekonomi yang kondusif dan pasar yang potensial. Selain itu, Kanbur mengatakan bahwa bantuan luar negeri sering kali digunakan sebagai alat promosi ekspor. Hal ini disebabkan sumber dana bantuan yang didapatkan negara pendonor sebagian berasal dari kontrak yang dilakukan dengan kalangan industri. 19 Dengan demikian, melalui transfer teknologi hijau yang mereka implementasikan, diharapkan negara penerima akan terus menggunakan produk negara pendonor. 19 Ravi Kanbur. 2000. Aid, conditionality and debt in Africa. h. 318 di Foreign Aid and Development: Lessons Learnt and Directions for the Future, diedit Finn Tarp. London: Routledge. 13

I.7 Metode Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu metode yang ditujukan untuk memahami fenomena sosial berdasarkan analisis data dan wawancara serta perbandingan berbagai perspektif agar mendapatkan analisa mendalam untuk menjelaskan masalah yang dikaji. Kualitatif dianggap lebih sesuai untuk penelitian ini karena menekankan pendekatan yang holistik dan berkeyakinan bahwa sesuatu yang terjadi tidak bisa berdiri sendiri. 20 Selanjutnya, peneliti akan menggunakan metode eksplanatif dalam pemaparannya. Teknik ini digunakan untuk menjelaskan sebab akibat atau hubungan kausalitas antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. 21 Dalam hal ini, peneliti akan mencari kausalitas yang mempengaruhi GEF untuk memberikan sebagian besar dananya kepada Cina. Teknik pengumpulan data akan dilakukan dengan mengumpulkan data- data primer yang berasal dari laporan dan situs resmi yang relevan seperti situs GEF dan Bank Dunia. Data sekunder juga akan didapatkan dari buku, artikel, jurnal seperti Jstor, buku, laporan atau hasil penelitian pakar lain yang telah terlebih dahulu menganalisa tentang masalah ini. Data yang didapat akan diverifikasi, diseleksi, dan diklasifikasikan sesuai dengan kategorinya. Kemudian, peneliti akan menganalisa hasil data tersebut, menghubungkannya dengan teori dan fakta yang ditemukan. Hasil dari proses ini akan dijadikan sebuah kesimpulan atas jawaban dari pertanyaan penelitian yang diajukan. 20 Nana Sukmadinata. 2005. Metodologi Penelitian untuk Pendidikan. Jogjakarta: Rosda Karya. h. 32. 21 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi editor. 2011. Metode Penelitian Survei. Jogjakarta: LP3ES. h. 46 14

I.6 Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan

I.1 Latar Belakang I.2 Pertanyaan Penelitian I.3 Hipotesa I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.5 Tinjauan Pustaka I.6 Kerangka Pemikiran a. Konsep Bantuan Multilateral b. Konsep Bantuan Luar Negeri c. Konsep Bantuan Lingkungan I.7 Metode Penelitian

BAB II : Global Environment Facility

II.1 Latar Belakang dan Tujuan Pembentukan GEF II.2 Mekanisme Bantuan GEF II.3 Proses Pembuatan Kebijakan GEF II.4 Negara yang Mempengaruhi Keputusan GEF II.5. Alokasi dana GEF

BAB III : Global Environment Facility dan Cina

III.1 Permasalahan Lingkungan di Cina III.2 Dampak Internasional Permasalahan Lingkungan Cina 15 III.3 Keanggotaan Cina dalam GEF III.4 Bantuan GEF untuk Cina III.5 Perbandingan Jumlah Bantuan GEF Untuk Cina dengan Negara Lain

BAB IV : Motivasi Global Environment Facility Memprioritaskan Alokasi Bantuannya untuk Cina

IV.1 Kepentingan Ekologis IV.2 Performa Environmental Governance IV.3 Kemiskinan IV.4 Kepentingan Ekonomi Negara-Negara Pendonor

BAB V : Kesimpulan

16

BAB II Global Environment Facility

Bab ini akan menjelaskan sejarah pendirian GEF serta apa yang menjadi tujuan institusi ini. Selanjutnya, akan diuraikan mengenai mekanisme bantuan yang diterapkan GEF. Pada bagian berikutnya, untuk mengetahui bagaimana proses suatu kebijakan mengenai pengalokasian dana bantuan, penulis akan mendeskripsikan sistem pengambilan keputusan, dan negara apa saja yang mempengaruhi kebijakan GEF.

II.1 Latar Belakang dan Tujuan Pembentukan GEF

Isu lingkungan mulai menarik perhatian internasional di akhir 1940-an. Ketika itu, para ilmuwan dunia mulai mengkhawatirkan dampak eksploitasi sumber daya alam secara masif terhadap ketersediaanya di masa depan. Beberapa dekade kemudian, pada tahun 1972, PBB mengadakan konferensi internasional yang khusus membahas masalah lingkungan bernama UN Conference on Human and Environment di Stockholm. 22 Meski demikian, peningkatan kesadaran terhadap perlindungan ekologi tidak serta merta memicu terbentuknya komitmen serius seperti pengumpulan dana untuk menanggulangi masalah tersebut. Pertemuan Stockholm memang memunculkan gagasan tentang perlunya kalangan internasional menyediakan dana multilateral untuk membantu mengatasi 22 Peter Jackson. 2007. From Stockholm to Kyoto: A Brief History of Climate Change. https:www.un.orgwcmcontentsitechroniclehomearchiveissues2007greenourworldpid2162 diakses tanggal 5 Maret 2013.