59
BAB IV Motivasi Global Environment Facility Memprioritaskan Alokasi
Bantuannya untuk Cina
Pada bab sebelumnya, telah dijelaskan mengenai permasalahan lingkungan dan jumlah bantuan yang diberikan GEF kepada Cina di setiap
fasenya. Selanjutnya, di bab ini penulis akan membahas faktor-faktor apa saja yang menjadi motivasi utama GEF dalam menjadikan Cina sebagai negara
penerima dana terbesar dibanding negara anggota lainnya. Dilihat dari jenisnya, bantuan GEF merupakan jenis bantuan luar negeri
resmi yang bersifat multilateral karena berasal dari dana kolektif negara-negara anggota GEF yang digunakan untuk tujuan tertentu.
121
Schneider dan Tobin mengatakan, pemberian bantuan multilateral dapat dipengaruhi oleh kepentingan
strategis yang salah satunya bertujuan untuk memberikan pengaruh politik di negara penerima bantuan.
122
Motif politik ini dapat dilihat terutama pada masa pasca Perang Dingin ketika AS berupaya menyeimbangkan pengaruh Rusia terhadap Cina.
123
Meskipun di tahun 1989 Uni Soviet telah runtuh, namun hal itu tidak mengubah
121
Dikutip dari, Steven Radelet. 2006. “A Primer on Foreign Aid”. Center for Global Development Working Paper. h. 14.
122
Christina Schneider dan Jennifer Tobin. 2010. “Tying the Hands of its Masters? Interest Coalitions and Multilateral Aid Allocation in the European Union.” Political Economy of
International Organizations PEIO Working Paper . h. 4.
123
Nicolas K. Laos. 1999. “International Security in The Post Cold War Era”. Journal of Interational Affairs.
h. 2.
60 kedudukan Rusia sebagai partner strategis utama Cina, khususnya di bidang
perdagangan senjata.
124
Salah satu upaya yang dilakukan AS adalah melalui pemberian bantuan lingkungan dengan jumlah yang lebih banyak dibanding ketika Perang Dingin
masih berlangsung. Setidaknya pada tahun 1980 hingga 1989, Cina tidak termasuk dalam sepuluh besar negara penerima bantuan lingkungan yang
bersumber dari Bank Dunia, ADB, dan pemerintah Jepang.
125
Akan tetapi, sejak tahun 1990, Cina melesat menjadi peringkat pertama dalam urutan tersebut.
126
Pemberian bantuan juga ditujukan sebagai upaya mempromosikan demokrasi di negeri komunis seperti Cina. Sejak tahun 2001 hingga 2012, selain
mengalokasikan dana di bidang lingkungan, AS juga telah mendonorkan bantuannya senilai US279 juta untuk penegakan prinsip-prinsip demokrasi di
Cina.
127
Hal serupa juga dilakukan oleh pemerintah Jerman dan Prancis yang masing-masing menyumbangkan €255 juta dan €153 juta di tahun 2005.
128
Melalui penegakkan prinsip-prinsip demokrasi diharapkan Cina dapat lebih meliberalisasi regulasi perdagangan, menjalankan hukum yang berkeadilan, dan
memperhatikan aspirasi masyarakat sipil.
129
124
Marcel de Haas. 2013. “Russian–Chinese Security Relations: Moscow’s Threat from the East?”. Netherlands Institute of International Relations Clingendael. h. 19.
125
10 negara tersebut adalah Brazil, Mesir, India, Indonesia, Pakistan, Filipina, Korea Selatan, Algeria, Bangladesh, dan Turki. Bradley Parks et.al. 2008. Greening Aid? Understanding
the Environmental Impact of Development Assistance. New York: Oxford University Press. h. 57
126
ibid. h. 58
127
Thomas Lum. 2013. U.S. Assistance Programs in China. Congressional Research Service.
128
Richard Youngs. 2008. Is European democracy promotion on the wane?. CEPS Working Document No. 292. h. 5
129
Helen Milner dan David Tingley. 2010. “The Political Economy Of U.S. Foreign Aid: American Legislators And The Domestic Politics Of Aid”. Economics Politics Vol.22. h. 209
61 Selain motif kepentingan politik, dalam konteks yang khusus mengenai
bantuan lingkungan, Bradley Parks et.al, mengatakan bahwa setidaknya ada empat faktor yang dapat mempengaruhi suatu aktor untuk mendonorkan bantuan
lingkungan kepada aktor lain. Faktor-faktor tersebut adalah:
130
1 Kepentingan Ekologis; 2 Performa Environmental Governance; 3 Kemiskinan; dan 4
Kepentingan Ekonomi Negara Pendonor. Sebelum menyimpulkan faktor mana yang mendominasi keputusan pengalokasian dana GEF, penulis akan terlebih
dahulu membahas masing-masing faktor.
IV.1 Kepentingan Ekologis
Pemberian bantuan berdasarkan kepentingan ekologis adalah pemberian yang motivasi utamanya untuk melindungi lingkungan, sehingga penerima
dananya cenderung merupakan negara-negara dengan kondisi lingkungan paling rentan.
131
Berdasarkan kepentingan ini, pendonor GEF akan memberikan bantuannya pada negara yang paling rentan, memiliki kualitas lingkungan yang
rendah, dan berperan signifikan dalam mendukung penyelamatan lingkungan secara regional maupun global.
Mekanisme alokasi bantuan berdasarkan faktor ekologis sendiri telah diterapkan pada GEF fase keempat. Sistem yang disebut dengan Resource
Allocation Framework RAF ini memiliki suatu indeks pengukuran kualitas lingkungan bernama Global Benefit Index GBI, fungsinya adalah untuk melihat
130
Bradley Parks et.al. 2008. Greening Aid? Understanding the Environmental Impact of Development Assistance. New York: Oxford University Press. h. 98-108.
131
Ibid. h. 98
62 sejauh negara tersebut berkontribusi mengurangi masalah lingkungan global.
132
Laporan GBI tahun 2008 menyatakan bahwa di bidang perubahan iklim, Cina menempati urutan tertinggi dengan kontribusi pengurangan dampak perubahan
iklim global sebesar 30,6, jauh di atas negara-negara lain yang rata-rata hanya mencapai 1,5. Namun dalam bidang Keanekaragaman Hayati, Cina berada di
peringkat keempat dengan kontribusi global 6,2, di bawah Brazil 9,3, Indonesia 7,5, dan Meksiko 6,4.
133
Ini berarti bukan hanya Cina saja yang memiliki peran signifikan dalam pengurangan dampak kerusakan lingkungan
global, karena di sektor lain seperti keanekaragaman hayati pun masih ada beberapa negara yang berkontribusi lebih besar.
Pada bab tiga telah dijelaskan bahwa Cina memang memiliki banyak masalah lingkungan yang sudah mencapai tingkat yang cukup rentan terutama di
sektor air, degradasi tanah, dan keanekaragaman hayati. Dalam lingkup regional, kerusakan lingkungan Cina telah membawa dampak buruk bagi negara-negara
tetangganya seperti Kamboja, Myanmar, dan Rusia. Masalah lingkungan ini diperparah dengan tingginya tingkat konsumsi sumber daya alam seperti batu
bara, minyak, dan gas alam yang menjadikan negara ini menempati urutan pertama sebagai penghasil karbon.
134
Menurut penelitian indeks Global Climate Risk Index 2011, Cina berada pada peringkat ke-20 dari 179 negara paling
132
Smita Nakhooda dan Maya Forstater. 2013. “The Effectiveness of Climate Finance: A Review Of The Global Environment Facility.” ODI Working Paper. h. 6.
133
GEF. 2008. GBI Report on Biodiversity and Climate Change.
134
International Energy Agency. 2012. Co2 Emissions From Fuel Combustion Highlights.