Performa Environmental Governance Motivasi Global Environment Facility Memprioritaskan Alokasi

68 contoh kasus yang menggambarkan kinerja aparatur negara di Cina yaitu ketika mereka menginginkan promosi jabatan. Cara yang paling umum dilakukan oleh pegawai pemerintah Cina untuk meningkatkan karirnya adalah dengan memenuhi target yang ditetapkan oleh atasannya. Biasanya, target yang menjadi prioritas adalah jumlah pemasukan daerah yang banyak bersumber dari pajak industri. Ini mengakibatkan pemerintah sering kali membiarkan industri melanggar regulasi kesehatan dan lingkungan untuk memaksimalkan produksinya. Ketika berhadapan dengan standar lingkungan, beberapa pegawai pemerintah mengakalinya dengan menekan industri tersebut agar mematuhi standar lingkungan untuk sementara waktu, ketika inspeksi selesai dilakukan, industri itu akan dibiarkan melakukan aktifitasnya seperti semula. 146 Prinsip terakhir, yang dinilai dalam menentukan level good governance Cina adalah penegakan hukum. Cina mendapat skor 38,82 di tahun 2012, lebih rendah dibanding tahun 2002 dan 2007. Salah satu kebijakan yang diterapkan untuk menegakan hukum adalah dengan menginspeksi pabrik-pabrik yang tidak mematuhi regulasi pemerintah. Sepanjang tahun 2003 hingga 2005 diperkirakan terdapat 48.000 pabrik yang melanggar dituntut ke pengadilan. 147 Meski demikian, hal itu belum dapat dikatakan efektif karena beberapa alasan. Pertama, jika ada sengketa antara pemerintah dengan industri, penyelesaian masalahnya cenderung dilakukan dengan negosiasi dan kompromi. Kedua, meskipun pelanggaran itu dibawa ke pengadilan, para korban yang dirugikan akibat pencemaran sulit memenangkan kasus tersebut karena mereka biasanya 146 Ibid. h. 13. 147 Ibid. h. 14. 69 masyarakat miskin yang tidak mampu membayar biaya pengadilan dan pengacara, dan ketiga, Cina belum banyak memiliki hakim yang ahli di bidang hukum lingkungan. 148 Contoh-contoh kasus yang telah dijelaskan di atas telah menggambarkan bahwa tata kelola pemerintahan Cina belum berjalan dengan baik. Dimulai dari kinerja pemerintah yang tidak transparan dalam mempublikasikan informasi publik, kebijakan yang cenderung terlambat dan kurang efektif, aparatur negara yang tidak profesional serta penegakan hukum yang lemah merupakan masalah utama birokrat Cina. Dengan demikian, meskipun GEF memasukan ukuran faktor good environmental governance, bukan berarti aspek ini menjadi penyebab utama GEF memprioritaskan bantuannya ke Cina.

IV.3 Kemiskinan

Kemiskinan di suatu negara dapat menjadi alasan utama bagi GEF untuk mengalokasikan bantuannya. Ini dikarenakan negara miskin dianggap tidak memiliki kapasitas yang memadai untuk menyelesaikan masalah domestiknya. GEF sendiri sejak 2005 telah menerapkan kriteria yang mencakup GDP suatu negara dalam pengalokasian dananya. Mekanisme tersebut bernama System for Transparent Allocation of Resources STAR. Salah satu aspek yang 148 Neil Carter dan Arthur Mol. 2007. Environmental Governance in China. New York: Routledge. h. 19. 70 dipertimbangkan dalam sistem ini adalah tingkat kemiskinan suatu negara, jika GDP-nya rendah maka GEF akan memberikan bantuan yang lebih banyak. 149 Ketika skripsi ini ditulis pada tahun 2013, Cina memang masih memiliki banyak penduduk miskin. Namun keadaan tersebut jauh lebih baik jika dibandingkan dengan masa sebelum transformasi ekonomi diterapkan. Pada tahun 1978, Deng Xiao Ping menggagas transformasi ekonomi yang mengurangi kontrol pemerintah dalam mengatur perekonomian negara. 150 Desentralisasi tersebut berupa privatisasi agrikultur, stimulasi perusahaan swasta, pembukaan investasi dari luar negeri, serta pembangunan pasar saham. Kebijakan ini telah berhasil membuat Cina menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan GDP tertinggi, serta negara dengan pemberantasan kemiskinan terbesar. Menurut Menteri Informasi Cina, Cai Mingzhou, pendapatan per kapita Cina meningkat hingga 30 kali lipat dari US205 di tahun 1981 menjadi US6,064 pada tahun 2010. Begitu pun dengan angka kemiskinan yang telah jauh menurun dari 84 sekitar 850 juta menjadi 12 sekitar 150 juta di periode yang sama. 151 Ini berarti pemerintah Cina telah berhasil mengeluarkan kurang lebih 600 juta penduduk dari garis kemiskinan dalam tiga dekade. Tingkat pemberantasan kemiskinan Cina ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan kemiskinan di negara sub-sahara Afrika ataupun negara berkembang lainnya. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada grafik berikut ini. 149 GEF. 2005. STAR Operational Guideline. 150 Loren Brandt dan Thomas Rawski. 2008. Chinese Great Economic Transformation. London: Cambridge. h. 82. 151 http:articles.economictimes.indiatimes.com2013-09-13news42041969_1_china- human-rights-poverty-line diakses tanggal 20 November 2013. 71 Gambar IV.1 Penurunan Kemiskinan di Cina, Sub-Sahara Afrika dan Negara Berkembang Lain Tahun 1981 – 2010 dalam Sumber: World Bank Grafik di atas menunjukkan bahwa, pada awalnya, memang presentase kemiskinan di Cina lebih tinggi daripada negara lainnya, yakni mencapai 84 dari total penduduk di tahun 1981. Akan tetapi pada tahun-tahun berikutnya, kemiskinan Cina telah menurun secara drastis hingga mencapai 12. Hal yang berbeda terlihat pada negara di kawasan Sub-Sahara Afrika yang tingkat kemiskinannya cenderung stagnan, bahkan sempat naik di tahun 1990 dan 1999. Penurunan juga dialami oleh negara berkembang lain, yakni dari 52 di tahun 1981 menjadi 21 di tahun 2010. Walaupun demikian, laju penurunan tersebut dapat dikatakan masih lambat jika dibandingkan dengan Cina. 72 Hingga tahun 2013, status Cina masih tergolong dalam kategori negara berkembang. Namun, terlepas dari status tersebut, dilihat dari pencapaian ekonomi serta upayanya yang sangat signifikan dalam memberantas kemiskinan, dapat dikatakan bahwa Cina berada dalam tingkat yang relatif sejahtera dibandingkan negara berkembang lainnya. Ditambah lagi Cina merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia dengan pertumbuhan GDP rata-rata 9,4 per tahun. Jika dikaitkan dengan mekanisme STAR yang menyertakan aspek kemiskinan sebagai faktor yang dapat membuat suatu negara menerima bantuan lebih, maka operasi GEF dapat dikatakan tidak berjalan sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Karena pada prakteknya, kemiskinan tidak dilihat sebagai faktor utama dalam pengalokasian bantuan GEF. Berdasarkan mekanisme STAR, kawasan Afrika—yang merupakan wilayah termiskin di dunia—seharusnya menjadi region yang paling banyak dibantu GEF. Akan tetapi, data-data yang telah disajikan di bab 2 justru menunjukkan bahwa kebanyakan dana disalurkan ke kawasan Asia Pasifik dengan Cina sebagai penerima dana terbesar.

IV.4 Kepentingan Ekonomi Negara-Negara Pendonor

Dalam mekanisme distribusi bantuan GEF memang tidak pernah disebutkan ketentuan bahwa dana yang diberikan harus menghasilkan keuntungan ekonomi, namun bukan berarti bahwa faktor ini tidak mempengaruhi negara pendonor untuk memberikan bantuannya. Kepentingan ekonomi tersebut dapat terlihat dari proses pengambilan kebijakan GEF dalam memutuskan