32
Gambar II.3 Distribusi Dana GEF Berdasarkan Focal Area dan Region
Sumber: Data dikompilasi dari GEF Annual Report 2011 dan GEF-5 Replenishment
Dari diagram di atas juga dapat disimpulkan bahwa distribusi bantuan GEF lebih banyak berada di wilayah Asia, disusul oleh Afrika, Amerika Latin dan
Karibia, dan Eropa. Salah satu hal yang memfaktori hal tersebut adalah banyaknya penerima utama bantuan GEF yang merupakan negara Asia,
khususnya Cina yang selama ini selalu menjadi penerima bantuan terbesar. Pembahasan lebih rinci mengenai jumlah dana yang diperoleh Cina serta
permasalahan lingkungan apa saja yang dialami negara tersebut akan diuraikan dalam bab berikutnya.
33
BAB III Global Environment Facility dan Cina
Bab ini akan menguraikan tentang kerusakan lingkungan di Cina dan dampaknya dalam skala domestik maupun internasional. Kemudian, di
pembahasan berikutnya akan dijelaskan mengenai latar belakang bergabungnya Cina dengan GEF. Masuknya Cina dalam keanggotaan GEF telah menjadikan
negara ini sebagai penerima dengan jumlah bantuan terbesar. Deskripsi lebih rinci terkait berapa jumlah yang diterima Cina serta perbandingannya dengan dana
yang didapatkan negara-negara lain akan dipaparkan pada bagian akhir bab ini.
III.1 Permasalahan Lingkungan di Cina
Cina merupakan salah satu negara yang mengalami degradasi lingkungan yang cukup parah, terutama setelah negara ini berhasil membangun industrinya
sejak tahun 1980-an. Tumbuhnya perekonomian ini tidak disertai dengan upaya serius dalam melestarikan lingkungannya. Berdasarkan laporan Environmental
Sustainability Index 2005, Cina menempati urutan ke-133 dari 146 negara.
54
Peringkat ini menunjukkan bahwa Cina termasuk dalam deretan terbawah dalam kategori pemanfaatan lingkungan secara berkelanjutan. Permasalahan lingkungan
tersebut tidak hanya berdampak pada pencemaran ekologi, tetapi juga telah mengakibatkan kerugian di sektor ekonomi, kesehatan dan sosial. Dewan
Nasional Cina menyatakan bahwa:
54
Yale Center for Environmental Law and Policy. 2005. Environmental Sustainability Index 2005. h. 133
34
“… polusi lingkungan dan kerusakan ekologi telah menyebabkan kerugian besar di sektor ekonomi, membahayakan kesehatan masyarakat, serta berdampak negatif pada
kestabilitasan sosial dan keamanan lingkungan.”
55
Hal ini ditunjukkan dengan besarnya estimasi biaya yang ditimbulkan dari kerusakan lingkungan Cina yang mencapai 8-13 total GNP. Angka tersebut
hampir sama dengan tingkat pertumbuhan ekonomi Cina selama tiga dekade terakhir yang mencapai rata-rata 9,4 pertahun.
56
Selain itu, kerusakan lingkungan Cina juga berdampak negatif bagi kesehatan masyarakatnya. Ini
terutama terlihat pada statistik penderita kanker paru-paru di Cina yang telah meningkat 465 selama tiga puluh tahun terakhir. Dari jumlah tersebut, 80
diantaranya merupakan kanker karena masalah ekologis.
57
Sementara itu, Cina juga mengalami dampak negatif kerusakan lingkungan di sektor sosial. Setiap tahunnya, muncul ribuan demonstrasi di
berbagai daerah untuk menuntut perbaikan lingkungan.
58
Jumlah demonstrasi tersebut terus meningkat. Menurut pernyataan Direktur State Environmental
Protection Agency SEPA, Zhou Shengxian, tercatat ada 31.000 insiden dalam skala nasional maupun lokal di tahun 2003. Protes lingkungan ini kemudian
bertambah menjadi 40.000 pada tahun 2004 dan 51.000 di tahun 2005.
59
Lokasi demonstrasi tersebut kebanyakan bertempat di pabrik-pabrik yang melakukan
55
Dikutip dari, Darcey J. Goelz. 2009. “China’s Environmental Problems: Is A Specialized Court The Solution?” Pacific Rim Law Policy Journal Association. h. 159.
56
Dikutip dari, Jianguo Liu dan Peter Raven. “China’s Environmental Challenges and Implications for the World”. 2010. Critical Reviews in Environmental Science and Technology. h.
835.
57
Joseph Kahn dan Jim Yardley. 2007. As China roars, pollution reaches deadly extremes. http:www.nytimes.com20070826worldaconsia26china.html?pagewanted=all
diakses tanggal 24 Juli 2013.
58
Elizabeth Economy. 2007. “The Great Leap Backward? The Costs of China’s Environmental Crisis”. Foreign Affairs. h. 5.
59
Dikutip dari, Li Ma dan François G. Schmitt. 2008. Development and Environmental Conflicts in China. China Perspectives. h. 97.
35 polusi udara, pencemaran air dan pembuangan limbah beracun. Misalnya saja
sempat terjadi insiden di kota Dongyang yang menyebabkan kerusuhan antara 20.000 petani dan 3000 polisi di tahun 2005. Para petani menolak adanya
pembangunan pabrik baru karena sudah ada tiga belas pabrik di kawasan tersebut yang disinyalir berdampak negatif pada kehidupan masyarakat setempat.
Ditambah lagi, selama pabrik-pabrik itu beroperasi, terjadi peningkatan dalam jumlah penduduk yang menderita saluran pernafasan. Hasil pertanian pun menjadi
tidak layak dikonsumsi karena pencemaran air dan tanah.
60
Secara umum, masalah lingkungan utama yang terjadi di Cina meliputi beberapa sektor, yaitu air, udara, keanekaragaman hayati dan deforestasi.
Pembahasan lebih lanjut mengenai masing-masing sektor tersebut akan dijelaskan berikut ini.
a. Pencemaran Air
Pencemaran dan kelangkaan air merupakan salah satu masalah lingkungan terparah di Cina. Sebuah laporan menyatakan bahwa diperkirakan 90 air tanah
telah terkontaminasi dan lebih dari 75 permukaan air di area perkotaan Cina tidak layak minum.
61
Ini menyebabkan ratusan juta penduduk tidak dapat mengakses air minum yang sehat.
Pada tahun 2010, sekitar 400 dari 669 kota di Cina mengalami kelangkaan air dengan lebih dari 100 kota dalam kategori ancaman serius.
62
Kelangkaan air
60
Ibid. h. 100.
61
Elizabeth Economy. 2007. The Great Leap Backward? Foreign Affairs. h. 3.
62
Jianguo Liu dan Peter Raven. 2010. “China’s Environmental Challenges and Implications for the World”. Critical Reviews in Environmental Science and Technology. h. 829.
36 membuat petani terpaksa mencari berbagai cara alternatif yang kadang berbahaya
untuk menumbuhkan ladangnya. Misalnya saja, para petani di sebuah desa di Provinsi Henan menggunakan limbah air dari pabrik kertas untuk mengairi
persawahannya.
63
Ini menunjukkan bahwa ketiadaan air bersih dapat menyebabkan para penduduk Henan tidak memiliki pilihan lain selain
menggunakan air kotor untuk penghidupannya. Lebih lanjut lagi, Menteri Sumber Daya Air Cina menyatakan bahwa 40
air sungai di negara tersebut kategorikan telah terkontaminasi pada level yang parah.
64
Keadaan ini ditimbulkan oleh banyaknya proses industri yang tidak ramah lingkungan di mana pabrik-pabrik secara terus menerus membuang
limbahnya ke sungai tanpa melakukan penyaringan terlebih dahulu. Beberapa contoh pabrik tersebut di antaranya pabrik tekstil di Zheijang yang mengalirkan
limbah pewarna ke sungai Qiantang dan pabrik komputer di Jilin yang membuang limbah logam ke sungai Songhua.
65
Berbagai pencemaran tersebut diperburuk dengan lemahnya penegakan hukum lingkungan di Cina. Contohnya, seperti yang terjadi pada perusahaan
tambang di Kunming Timur, di mana pendapatan daerah kebanyakan berasal dari pembayaran pajak industri. Pemerintah setempat tidak menindak tegas perusahaan
yang mencemari lingkungan karena kuatir industri tersebut akan tutup dan
63
Edwad Wong. 2013. Cost of Environmental Damage in China Growing Rapidly Amid
Industrialization http:www.nytimes.com20130330worldasiacost-of-environmental-
degradation-in-china-is-growing.html?_r=0 diakses tanggal 20 Juli 2013.
64
Jonathan Kaiman. 2013. Chinese environment official challenged to swim in polluted river http:www.guardian.co.ukenvironment2013feb21chinese-official-swim-polluted-river
diakses tanggal 26 Juli 2013.
65
Fox News. Tons Toxic Coal Tar Dumped into River in China. http:www.foxnews.comstory2006061560-tons-toxic-coal-tar-dumped-into-river-in-china
diakses tanggal 2 Oktober 2013.