Negara yang Mempengaruhi Keputusan GEF

29 Data di atas mengindikasikan bahwa negara yang paling berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan di GEF adalah negara-negara maju, terutama Amerika Serikat. Menurut Fonseca, AS sangat mempengaruhi strategi dan program-program GEF. Delegasi AS selalu mengupayakan berbagai proyek dengan biaya seefektif mungkin namun dapat mendukung kepentingan AS secara maksimal. Contohnya, program kehutanan GEF untuk menanggulangi perdagangan kayu ilegal dapat meningkatkan pendapatan perusahaan kayu AS sebesar US275 juta per tahun. Selain itu, sebagian besar teknologi dan peralatan untuk proyek GEF di bidang hydro-energy juga diekspor dari industri AS. 49

II.5. Alokasi Dana GEF

GEF bertujuan untuk memberikan bantuan dana untuk mengatasi isu-isu lingkungan yang dikategorikan berdampak global, yaitu, perubahan iklim, air internasional, keanekaragaman hayati, penipisan ozon—di tahun 2002 ditambah dengan—degradasi tanah, dan polutan organik. Selama tiga fase pertama 1991- 2006, GEF dapat dikatakan tidak memiliki kriteria rinci mengenai negara seperti apa alokasi dana akan diberikan. Secara garis besar, negara dapat menjadi penerima program GEF jika memenuhi kriteria konvensi yang diakui oleh Conference of the Parties COP atau merupakan anggota konvensi; dan merupakan negara yang termasuk anggota penerima bantuan dari Bank Dunia atau bantuan teknis dari UNDP. 49 Gustavo Fonseca. 2011. “Understanding the Role of the Global Environment Facility”. ICCF Briefing Paper. h. 6. 30 Di tahun 2005, kriteria yang lebih spesifik mulai ditentukan. Dewan mengesahkan beberapa rekomendasi kebijakan baru. Salah satunya mengenai pendanaan untuk GEF fase keempat. Mengingat sumber keuangan GEF terbatas sedangkan isu lingkungan yang harus diatasi cukup banyak, maka diputuskan bahwa GEF akan membuat sistem alokasi dana baru yang hanya memprioritaskan pada isu perubahan iklim dan keanekaragaman hayati. 50 Sistem tersebut bernama Resource Allocation Framework RAF. Melalui sistem ini, bantuan GEF akan diberikan pada negara yang memiliki potensi tinggi terhadap Global Benefit Index GBI dan Global Performance Index GPI. 51 GBI adalah potensi negara tersebut untuk berkontribusi mengurangi masalah lingkungan global serta mampu memberikan co-financing yang efektif pada proyek GEF. Sedangkan GPI merupakan ukuran sejauh mana dampak program GEF di negara tersebut. Hal ini dapat tercermin dari kebijakan nasional dan kontribusi pihak lokal dalam menyukseskan program GEF. Pada GEF fase kelima di tahun 2010, Dewan mengadopsi mekanisme baru yang merupakan pengembangan dari RAF. Konsep ini dikenal dengan System for Transparent Allocation of Resources STAR. Berbeda dengan RAF yang hanya menggunakan indeks GBI dan GPI, STAR juga memasukan ukuran Gross Domestic Product GDP dalam kriteria pengalokasian dana. 52 Ini disebabkan keinginan GEF untuk memberikan bantuan yang lebih merata dan kesadaran 50 GEF. 2005. Resource Allocation Framework. Washington DC: Global Environment Facility. h. 2. 51 Ibid. 52 GEF. 2010. System for Transparent Allocation of Resources. Washington DC: Global Environment Facility. h. 2. 31 bahwa negara miskin membutuhkan lebih banyak dukungan untuk mencapai target program yang diberikan. Melalui sistem ini negara yang memiliki GDP lebih rendah akan menerima dana tambahan. Sebaliknya, bantuan kepada negara yang lebih kaya akan sedikit dikurangi. Mekanisme STAR tidak hanya mencakup tema perubahan iklim dan keanekaragaman hayati, tetapi juga degradasi tanah. Isu lain seperti penipisan ozon dan polutan organik tidak diikutsertakan karena kurangnya indikator GBI dan fasilitas teknis yang tidak memadai di banyak negara. Meski demikian, isu tersebut akan dipertimbangkan kembali di fase GEF berikutnya. Agar memenuhi kelayakan untuk mendapatkan dana dari sistem STAR, negara penerima juga harus memiliki setidaknya satu proyek nasional selama lima tahun terakhir dan bukan anggota Uni Eropa terhitung sejak 1 Juli 2010. 53 Ini harus dipenuhi selain syarat dasar lainnya yang telah disebutkan sebelumnya. Dilihat dari distribusi dana berdasarkan focal area, sejak periode pilot phase di tahun 1991 hingga fase kelima yang direncanakan berakhir pada tahun 2014, perubahan iklim merupakan program yang mendapat alokasi dana paling banyak, yakni mencapai 32 dari total bantuan GEF. Data selengkapnya mengenai presentase distribusi dana GEF bedasarkan focal area dapat dilihat pada diagram berikut. 53 Ibid. h. 3. 32 Gambar II.3 Distribusi Dana GEF Berdasarkan Focal Area dan Region Sumber: Data dikompilasi dari GEF Annual Report 2011 dan GEF-5 Replenishment Dari diagram di atas juga dapat disimpulkan bahwa distribusi bantuan GEF lebih banyak berada di wilayah Asia, disusul oleh Afrika, Amerika Latin dan Karibia, dan Eropa. Salah satu hal yang memfaktori hal tersebut adalah banyaknya penerima utama bantuan GEF yang merupakan negara Asia, khususnya Cina yang selama ini selalu menjadi penerima bantuan terbesar. Pembahasan lebih rinci mengenai jumlah dana yang diperoleh Cina serta permasalahan lingkungan apa saja yang dialami negara tersebut akan diuraikan dalam bab berikutnya.