Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Siswa yang sukses mendapaTKan keuntungan dari guru yang kompeten dan orang tua yang mendukung dirumah, inilah hasil dari penelitian Cowan dkk pada tahun 2005 dan Presley dkk pada tahun 2003 yang dilakukan secara konsisten. 1 Guru merupakan salah satu komponen penting yang mendukung berlangsungnya suatu kegiatan di sekolah dalam melaksanakan tanggung jawab dan peranannya sebagai lembaga pendidikan. Orang tua adalah orang yang pertama kali dikenal oleh anak, karena orang tualah yang pertama kali memenuhi setiap kebutuhan anak baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan non fisik anak; lapar, haus, mengantuk, butuh oksigen, menyediakan makanan yang bergizi, air minum yang bersih, memenuhi kebutuhan anak untuk dilindungi dari ancaman fisik maupun psikis, memenuhi kebutuhan kasih sayang dan kebutuhan beragama anak. 2 Secara alamiyah anak akan menyerap aktivitas yang dilakukan orang tua baik ketika berinteraksi dengan dirinya maupun ketika berinteraksi dengan orang lain, orang tua dijadikan pendidik pertama karena orang yang pertama kali dikenal oleh anak, orang tua dijadikan pendidik yang utama karena setiap aktivitasnya menyimpan pendidikan bagi anak dari sinilah orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan keyakinan dan kepribadian seperti apakah yang akan dibangun pada diri anaknya. Orang tua juga memiliki peranan untuk membangun jiwa anak, berjiwa lemah atau berjiwa pemimpin yang mandiri, bertanggung jawab, dan mampu menyelesaikan problematika hidupnya sendiri. Namun orang tua memiliki keterbatasan dalam mendidikan anak, baik keterbatasan ilmu 1 Jo hn W. Sa ntro c k, Pe rke mb a ng a n a na k PT.G e lo ra Aksa ra Pra ta m a , 2007, e d isi ke 7, ha l. 56 2 Nurul Habiburrahmanuddin, MA. Nurul Hikmah, MA., “TK Bait Qurany sebuah pembelajaran dalam aktivitas anak” , At-Tafkir Press, Tangerang:2008, hal.15 maupun keterbatasan waktu, oleh karenanya pendidikan di sekolah memiliki peranan yang sangat penting untuk memberikan pendidikan yang tidak dapat diberikan oleh orang tua dirumah. Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya. 3 Orang tua dan sekolah merupakan dua unsur yang saling berkaitan dan memiliki keterkaitan yang kuat satu sama lain. 4 Kerjasama orang tua dan sekolah dalam pendidikan anak sangat diperlukan. Ketika anak disekolah maka menjadi tanggung jawa sekolah dan ketika anak dirumah menjadi tanggung jawab orang tua. Oleh karenanya dalam pendidikan anak orang tua dan sekolah harus berada dalam rel yang sama artinya memiliki tujuan yang sama, visi misi yang sama, metode pendidikan yang sama, dan strategi yang sama dalam menangani masalah anak. Namun saat ini masih terdapat pemahaman orang tua yang salah mengenai tanggung jawab pendidikan anak. Sebagaimana yang di ungkapkan Hasbullah dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Ilmu pendidikan, bahwa salah satu kesalah kaprahan dari para orang tua sekarang dalam dunia pendidikan sekarang ini adalah adanya anggapan bahwa hanya sekolahlah yang bertanggung jawaab terhadap pendidikan anak-anaknya, sehingga para orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak mereka kepada guru di sekolah. 5 Perlu adanya kesamaan tujuan pendidikan anak disekolah dan dirumah. Menurut Yuliana, pendidikan anak senantiasa bertujuan untuk membangun kepribadian yang tangguh, berjiwa pemimpin yang mampu melaksanakan seluruh peranannya dengan baik. Peranananak diantaranya; sebagai anak , bagi orang tua, anak adalah tumpuan hari tua, tempat dimana orang tua bergantung ketika kelak usia sudah uzur. Bagi umat, anak-anak adalah generasi penyeru islam, pewaris perjuangan yang saat ini dilakukan 3 Hasbullaah, “Dasar-dasar Ilmu Pendidikan”, PT.Raja Grapindo Persada, Jakarta: 2005, Edisi Revisi, Hal.34 4 Denny Setiawan, S.Pd “Peran Orang Tua Dan Sekolah Dalam Mendidik Anak”, www.sd-binatalenta.comimagespendidikan_keluarga_anak.pdf , diambil pada tanggal 02 November 2009 5 Hasbullaah, “Dasar-dasar Ilmu, Hal.22 kaum muslimin dalam mengembalikan tatanan islam. Dan bagi Negara anak adalah aset penerus masa depan bangsa dan Negara. Merekalah yang akan menghantarkan bangsa ini menuju bangsa yang bermartabat dan diridoi Allah. 6 Anak-anak adalah mutiara yang perlu dibentuk melalui satu proses pendidikan yang dapat memberikan pemahaman, kesadaran dan pembentukkan menjadi muslim yang kaffah serta sanggup memikul tanggung jawab kehidupan. Karena itu pendidikan anak hendaknya telah dilakukan dari sedini mungkin dan dalam sekala generasi, sehingga menjadi investasi pembangunan manusia yang amat penting bagi sumberdaya manusia yang berkualitas, yaitu mewujudkan generasi pemimpin, yang dapat mengangkat harkat martabat bangsa di muka dunia. Dimana produktivits Negara dan bangsa di masa depan sangat ditentukan bagaimana upaya pengembangan pendidikan anak yang dilakukan bangsa tersebut. Namun, jika melihat kondisi para generasi saat ini, menggambarkan mental yang lemah, individualis, mudah stress, pesimistis, matrialistis, hedonis, pragmatis, hura-hura dan poya-poya, bunuh diri, penggunaan narkoba dan rokok, kekerasan baik fisik maupun mental, perkosaan dan eksploitasi seksual, dijadikan jalan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihaadapinya. berbagai macam konflik, ketimpangan gender, perilaku seks bebas, kehamilan remajakehamilan tak diinginkan dan aborsi, penyakit menular seksual PMS termasuk HIV-AIDS, kini menjadi hal yang biasa di kalangan para remaja. Gambaran dari satu kasus saja bunuh diri misalnya, dari data Organisasi Kesehatan Dunia WHO pada tahun 2005 saja, sedikitnya 50 ribu orang Indonesia melakukan bunuh diri setiap tahunnya termasuk di dalamnya adalah bunuh diri yang dilakukan oleh anak remaja. Kasus bunuh diri, tanggal 2 Juni 2009 di Jombang Jawa Timur seorang remaja berusia 16 tahun meregang nyawa bunuh diri menenggak 6 Dr. Yuliana, MSi., “Mencetak Sang Khilafah, mengenal potensi anak kita, melejiTKan, dan mengokohkannya sehingga menjadi pembela islam”, Mahabbah Cipta Insani, Bogor: 2008, Hal 19-20 racun serangga. Tanggal 9 Juni 2009 di Surabaya seorang remaja tewas gantung diri pada seutas tali di sebuah ranting kayu jati. Penyebab kematiannya diduga putus asa terhadap penyakit kulitnya. Pada Oktober 2008, seorang siswa STM 15 tahun mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di kusen jendela kamar rumah orang tuanya, karena rasa kecewa tidak dibelikan motor oleh orang tuanya. Beberapa hari sebelumnya, di kawasan Jakarta selatan seorang anak perempuan 7 tahun gantung diri, karena takut dimarahi oleh kedua orang tuanya, setelah ia merusak sepeda yang baru saja dibelikan oleh ayahnya. 7 Kasus diatas menggambarkaan sikap anak yang lemah, takut akan resiko, sulit bergaul, kurang bertanggung jawab, dan mudah putus asa. Menurut saya sikap ini muncul karena tidak terbentuknya jiwa kepemimpinan pada diri anak yang mendorong pada rasa takut untuk berbuat, berpendapat atau bahkan memutuskan suatu pilihan. TK Bait Qurany At-Tafkir merupakan lembaga pendidikan formal yang melibaTKan orang tua secara langsung dalam proses pembelajaran anak dengan melalui integrasi lembaga pendidikan dengan TK Bait Qurany pembelajaaran di rumah dalam membangun generasi pemimpin dan generasi Qur’ani. Bentuk partisipasi orang tua yaitu; melanjuTKan proses pembelajaran anak dan mendukung apa yang telah diperoleh anak di sekolah, dan tugas sekolah 1 mensosialisasikan kurikulum, rencana tahunan, bulanan, dan RPP kepada orang tua. 2 mensosialisasikan metode pembelajaran anak di sekolah, 3 meminta orang tua membuat laporan perkembangan anak setiap bulannya. 4 mengadakan waktu konsultasi untuk orang tua mengenai perkembangan anak setiap bulannya. 5 Pemberian materi tentang parenting sebagi upaya peningkatan kualitas pengasuhan ibu. 8 7 Yogi P.Sugiar, “Haruskah Calon Pemimpin Bermental Bunuh Diri”, http:www.percikaniman.orgdetail_artikel , diambil 02 November 2009 8 Nurul Habiburrahman, MA. Nurrul Hikmah, MA., “TK Bait Qurany....” hal.70 Usia TK Bait Qurany at-Tafkir masih terhitung muda kurang lebih sekitar 3 tahun. Terbentuk dari kelompok kecil ibu-ibu muda pengajian sebanyak 6 orang, yang kemudian mereka menginginkan untuk mengembangkan kelompok pengajian ini dengan menggunakan manajemen pemberdayaan manusia secara serius. Melalui berbagai proses dan hambatan yang dihadapinya, akhirnya pada tahun 2006 terbentuklah lembaga pendidikan TK Bait Qurany at-Tafkir. Usianya yang masih muda tidak mempengaruhi respon positif masyarakat terhadap lembaga ini. Saat ini TK Bait Qurany At-Tafkir membawahi empat cabang TK Bait Qurany diantaranya; HLG El-Fikr; Ciracas, HLG Sabiqul Khoirot; Ciputat, HLG Mar’atus Sholihah; Pd. Cabe dan Bait Qur’ani di Aceh. Para orang tua yang memasukkan anaknya ke HLG at-Tafkir merespon positif atas program-program yang diadakan, Sebagaimana yang dipaparkan oleh salah seorang guru di HLG at-Tafkir Ibu Muro’ah, beliau mengatakan bahwa dalam menyamakan proses pembelajaran dirumah dan di sekolah HLG at-Tafkir mengeluarkan buku penghubung antara orang tua dan sekolah yang wajib di isi setiap bulannya oleh guru dan orang tua. Guru menjelaskan perkembangan anak di sekolah dan orang tua menggambarkan perkembangan anak di rumah. Para orang tua selalu protes jika guru kelas telat memberikan buku penghubung. Ini merupakan respon positif dari orang tua untuk HLG at-Tafkir, yang telah sukses membangun kesadaaran para orang tua akan pendidikan anak- anak mereka disekolah, yang mungkin, sebagian para ibu sedang disibukkan dengan pekerjaan dan karirnya, sehingga tidak peduli dengan perkembangan anak mereka di sekolah. Ketika saya berkunjung ke HLG at-Tafkir, saya terkesan dengan anak- anak yang baru menginjak 2,5 tahun - 4 tahun, mereka makan sendiri dan merapihkan bekas makan sendiri, mereka bertanggungjawab, dan mereka mengetahui barang miliknya dan bagimana cara menjaganya. Ketika saya bertanya kepada seorang wali siswa ibu Zainab, apakah anak ibu selalu melakukan hal yang sama ketika dirumah? Beliau menjawab, sekalipun kadang-kadang malas tapi saya lebih enak untuk mengingaTKan anak saya, saya cukup bilang Allah suka dengan yang bersih dan saya bacakan haditsnya, itu sudah cukup untuk mengingaTKan anak saya. Penulis beranggapan bahwa kemandirian siswa diatas hasil dari pendidikan yang konsisten pada tujuan, visi dan misi pendidikan serta kerjasama orang tua dengan sekolah yang tentunya, melalui komunikasi yang baik diantara kedua belah pihak. Bagi penulis penting untuk mengetahui bagaimanakah komunikasi antara orang tua dengan pihak sekolah yang di lakukan oleh TK Bait Qurany at-tafkir dalam membangun jiwa kemandirian siswa. Atas dasar itulah penulis menyusun skripsi dengan judul ” KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN SEKOLAH DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN SISWA DI TK BAIT QURANY AT-TAFKIR CIPUTAT TANGERANG

B. Identifikasi Masalah