DAFTAR ISI ABSTRAK
i KATA PENGANTAR
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah1
B. Identifikasi Masalah6
C. Pembatasan Masalah6
D. Perumusan Masalah7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian7
F. Sistematika Penulisan8
BAB II KAJIAAN TEORI
A. Komunikasi Orang Tua Dengan Sekolah9
1. Pengertian Komunikasi9
2. Unsur-Unsur Komunikasi12
3. Model-Model Komunikasi13
4. Proses Berlangsungnya Komunikasi16
5. Bentuk-Bentuk Komunikasi18
6. Komunikasi orang tua dengan sekolah18
B. KEMANDIRIAN SISWA
1. Pengertian Kemandirian19
2. Ciri-ciri orang yang mandiri19
3. Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Anak25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian29
B. Tempat Dan Waktu Penelitian29
C. Variabel Penelitian29
D. Metode Penelitian29
E. Sumber Data29
F. Teknik Pengumpulan Data30
G.
Teknik Analisis Data31
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Bait Qur’any At-Tafkir33
B. Komunikasi Orang Tua dengan Bait Qur’any At-Tafkir dalam
Membangun Kemandirian Siswa36 BAB V
PENUTUP A.
KESIMPULAN59 B.
SARAN60
DAFTAR PUSTAKA 61
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Siswa yang sukses mendapaTKan keuntungan dari guru yang kompeten dan orang tua yang mendukung dirumah, inilah hasil dari penelitian Cowan
dkk pada tahun 2005 dan Presley dkk pada tahun 2003 yang dilakukan secara konsisten.
1
Guru merupakan salah satu komponen penting yang mendukung berlangsungnya suatu kegiatan di sekolah dalam melaksanakan tanggung
jawab dan peranannya sebagai lembaga pendidikan. Orang tua adalah orang yang pertama kali dikenal oleh anak, karena
orang tualah yang pertama kali memenuhi setiap kebutuhan anak baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan non fisik anak; lapar, haus, mengantuk,
butuh oksigen, menyediakan makanan yang bergizi, air minum yang bersih, memenuhi kebutuhan anak untuk dilindungi dari ancaman fisik maupun
psikis, memenuhi kebutuhan kasih sayang dan kebutuhan beragama anak.
2
Secara alamiyah anak akan menyerap aktivitas yang dilakukan orang tua baik ketika berinteraksi dengan dirinya maupun ketika berinteraksi
dengan orang lain, orang tua dijadikan pendidik pertama karena orang yang pertama kali dikenal oleh anak, orang tua dijadikan pendidik yang utama
karena setiap aktivitasnya menyimpan pendidikan bagi anak dari sinilah orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan
keyakinan dan kepribadian seperti apakah yang akan dibangun pada diri anaknya.
Orang tua juga memiliki peranan untuk membangun jiwa anak, berjiwa lemah atau berjiwa pemimpin yang mandiri, bertanggung jawab, dan
mampu menyelesaikan problematika hidupnya sendiri. Namun orang tua memiliki keterbatasan dalam mendidikan anak, baik keterbatasan ilmu
1
Jo hn W. Sa ntro c k,
Pe rke mb a ng a n a na k
PT.G e lo ra Aksa ra Pra ta m a , 2007, e d isi ke 7, ha l. 56
2
Nurul Habiburrahmanuddin, MA. Nurul Hikmah, MA., “TK Bait Qurany sebuah pembelajaran dalam aktivitas anak”
, At-Tafkir Press, Tangerang:2008, hal.15
maupun keterbatasan waktu, oleh karenanya pendidikan di sekolah memiliki peranan yang sangat penting untuk memberikan pendidikan yang tidak dapat
diberikan oleh orang tua dirumah. Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya.
3
Orang tua dan sekolah merupakan dua unsur yang saling berkaitan dan memiliki keterkaitan yang kuat satu sama lain.
4
Kerjasama orang tua dan sekolah dalam pendidikan anak sangat diperlukan. Ketika anak disekolah
maka menjadi tanggung jawa sekolah dan ketika anak dirumah menjadi tanggung jawab orang tua. Oleh karenanya dalam pendidikan anak orang tua
dan sekolah harus berada dalam rel yang sama artinya memiliki tujuan yang sama, visi misi yang sama, metode pendidikan yang sama, dan strategi yang
sama dalam menangani masalah anak. Namun saat ini masih terdapat pemahaman orang tua yang salah
mengenai tanggung jawab pendidikan anak. Sebagaimana yang di ungkapkan Hasbullah dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Ilmu pendidikan, bahwa
salah satu kesalah kaprahan dari para orang tua sekarang dalam dunia pendidikan sekarang ini adalah adanya anggapan bahwa hanya sekolahlah
yang bertanggung jawaab terhadap pendidikan anak-anaknya, sehingga para orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak mereka kepada guru di
sekolah.
5
Perlu adanya kesamaan tujuan pendidikan anak disekolah dan dirumah. Menurut Yuliana, pendidikan anak senantiasa bertujuan untuk
membangun kepribadian yang tangguh, berjiwa pemimpin yang mampu melaksanakan seluruh peranannya dengan baik. Peranananak diantaranya;
sebagai anak , bagi orang tua, anak adalah tumpuan hari tua, tempat dimana
orang tua bergantung ketika kelak usia sudah uzur. Bagi umat, anak-anak
adalah generasi penyeru islam, pewaris perjuangan yang saat ini dilakukan
3
Hasbullaah, “Dasar-dasar Ilmu Pendidikan”, PT.Raja Grapindo Persada, Jakarta: 2005, Edisi Revisi, Hal.34
4
Denny Setiawan, S.Pd “Peran Orang Tua Dan Sekolah Dalam Mendidik Anak”, www.sd-binatalenta.comimagespendidikan_keluarga_anak.pdf
, diambil pada tanggal 02
November 2009
5
Hasbullaah, “Dasar-dasar Ilmu, Hal.22
kaum muslimin dalam mengembalikan tatanan islam. Dan bagi Negara anak
adalah aset penerus masa depan bangsa dan Negara. Merekalah yang akan menghantarkan bangsa ini menuju bangsa yang bermartabat dan diridoi
Allah.
6
Anak-anak adalah mutiara yang perlu dibentuk melalui satu proses pendidikan yang dapat memberikan pemahaman, kesadaran dan
pembentukkan menjadi muslim yang kaffah serta sanggup memikul tanggung jawab kehidupan. Karena itu pendidikan anak hendaknya telah dilakukan dari
sedini mungkin dan dalam sekala generasi, sehingga menjadi investasi pembangunan manusia yang amat penting bagi sumberdaya manusia yang
berkualitas, yaitu mewujudkan generasi pemimpin, yang dapat mengangkat harkat martabat bangsa di muka dunia. Dimana produktivits Negara dan
bangsa di masa depan sangat ditentukan bagaimana upaya pengembangan pendidikan anak yang dilakukan bangsa tersebut.
Namun, jika melihat kondisi para generasi saat ini, menggambarkan mental yang lemah, individualis, mudah stress, pesimistis, matrialistis,
hedonis, pragmatis, hura-hura dan poya-poya, bunuh diri, penggunaan narkoba dan rokok, kekerasan baik fisik maupun mental, perkosaan dan
eksploitasi seksual, dijadikan jalan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihaadapinya. berbagai macam konflik, ketimpangan gender, perilaku seks
bebas, kehamilan remajakehamilan tak diinginkan dan aborsi, penyakit menular seksual PMS termasuk HIV-AIDS, kini menjadi hal yang biasa di
kalangan para remaja. Gambaran dari satu kasus saja bunuh diri misalnya, dari data
Organisasi Kesehatan Dunia WHO pada tahun 2005 saja, sedikitnya 50 ribu orang Indonesia melakukan bunuh diri setiap tahunnya termasuk di dalamnya
adalah bunuh diri yang dilakukan oleh anak remaja. Kasus bunuh diri, tanggal 2 Juni 2009 di Jombang Jawa Timur
seorang remaja berusia 16 tahun meregang nyawa bunuh diri menenggak
6
Dr. Yuliana, MSi., “Mencetak Sang Khilafah, mengenal potensi anak kita, melejiTKan, dan mengokohkannya sehingga menjadi pembela islam”,
Mahabbah Cipta Insani, Bogor: 2008, Hal 19-20
racun serangga. Tanggal 9 Juni 2009 di Surabaya seorang remaja tewas gantung diri pada seutas tali di sebuah ranting kayu jati. Penyebab
kematiannya diduga putus asa terhadap penyakit kulitnya. Pada Oktober 2008, seorang siswa STM 15 tahun mengakhiri hidupnya dengan cara
gantung diri di kusen jendela kamar rumah orang tuanya, karena rasa kecewa tidak dibelikan motor oleh orang tuanya. Beberapa hari sebelumnya, di
kawasan Jakarta selatan seorang anak perempuan 7 tahun gantung diri, karena takut dimarahi oleh kedua orang tuanya, setelah ia merusak sepeda
yang baru saja dibelikan oleh ayahnya.
7
Kasus diatas menggambarkaan sikap anak yang lemah, takut akan resiko, sulit bergaul, kurang bertanggung jawab, dan mudah putus asa.
Menurut saya sikap ini muncul karena tidak terbentuknya jiwa kepemimpinan pada diri anak yang mendorong pada rasa takut untuk berbuat, berpendapat
atau bahkan memutuskan suatu pilihan. TK Bait Qurany
At-Tafkir merupakan lembaga pendidikan formal yang melibaTKan orang tua secara langsung dalam proses pembelajaran anak
dengan melalui integrasi lembaga pendidikan dengan TK Bait Qurany pembelajaaran di rumah dalam membangun generasi pemimpin dan
generasi Qur’ani. Bentuk partisipasi orang tua yaitu; melanjuTKan proses pembelajaran
anak dan mendukung apa yang telah diperoleh anak di sekolah, dan tugas sekolah 1 mensosialisasikan kurikulum, rencana tahunan, bulanan, dan RPP
kepada orang tua. 2 mensosialisasikan metode pembelajaran anak di sekolah, 3 meminta orang tua membuat laporan perkembangan anak setiap
bulannya. 4 mengadakan waktu konsultasi untuk orang tua mengenai perkembangan anak setiap bulannya. 5 Pemberian materi tentang parenting
sebagi upaya peningkatan kualitas pengasuhan ibu.
8
7
Yogi P.Sugiar, “Haruskah Calon Pemimpin Bermental Bunuh Diri”, http:www.percikaniman.orgdetail_artikel
, diambil 02 November 2009
8
Nurul Habiburrahman, MA. Nurrul Hikmah, MA., “TK Bait Qurany....” hal.70
Usia TK Bait Qurany at-Tafkir masih terhitung muda kurang lebih sekitar 3 tahun. Terbentuk dari kelompok kecil ibu-ibu muda pengajian
sebanyak 6 orang, yang kemudian mereka menginginkan untuk mengembangkan kelompok pengajian ini dengan menggunakan manajemen
pemberdayaan manusia secara serius. Melalui berbagai proses dan hambatan yang dihadapinya, akhirnya pada tahun 2006 terbentuklah lembaga
pendidikan TK Bait Qurany at-Tafkir. Usianya yang masih muda tidak mempengaruhi respon positif
masyarakat terhadap lembaga ini. Saat ini TK Bait Qurany At-Tafkir membawahi empat cabang TK Bait Qurany diantaranya; HLG El-Fikr;
Ciracas, HLG Sabiqul Khoirot; Ciputat, HLG Mar’atus Sholihah; Pd. Cabe dan Bait Qur’ani di Aceh.
Para orang tua yang memasukkan anaknya ke HLG at-Tafkir merespon positif atas program-program yang diadakan, Sebagaimana yang
dipaparkan oleh salah seorang guru di HLG at-Tafkir Ibu Muro’ah, beliau mengatakan bahwa dalam menyamakan proses pembelajaran dirumah dan di
sekolah HLG at-Tafkir mengeluarkan buku penghubung antara orang tua dan sekolah yang wajib di isi setiap bulannya oleh guru dan orang tua. Guru
menjelaskan perkembangan anak di sekolah dan orang tua menggambarkan perkembangan anak di rumah. Para orang tua selalu protes jika guru kelas
telat memberikan buku penghubung. Ini merupakan respon positif dari orang tua untuk HLG at-Tafkir,
yang telah sukses membangun kesadaaran para orang tua akan pendidikan anak- anak mereka disekolah, yang mungkin, sebagian para ibu sedang
disibukkan dengan pekerjaan dan karirnya, sehingga tidak peduli dengan perkembangan anak mereka di sekolah.
Ketika saya berkunjung ke HLG at-Tafkir, saya terkesan dengan anak- anak yang baru menginjak 2,5 tahun - 4 tahun, mereka makan sendiri dan
merapihkan bekas makan sendiri, mereka bertanggungjawab, dan mereka mengetahui barang miliknya dan bagimana cara menjaganya. Ketika saya
bertanya kepada seorang wali siswa ibu Zainab, apakah anak ibu selalu
melakukan hal yang sama ketika dirumah? Beliau menjawab, sekalipun kadang-kadang malas tapi saya lebih enak untuk mengingaTKan anak saya,
saya cukup bilang Allah suka dengan yang bersih dan saya bacakan haditsnya, itu sudah cukup untuk mengingaTKan anak saya.
Penulis beranggapan bahwa kemandirian siswa diatas hasil dari pendidikan yang konsisten pada tujuan, visi dan misi pendidikan serta
kerjasama orang tua dengan sekolah yang tentunya, melalui komunikasi yang baik diantara kedua belah pihak.
Bagi penulis penting untuk mengetahui bagaimanakah komunikasi antara orang tua dengan pihak sekolah yang di lakukan oleh TK Bait Qurany
at-tafkir dalam membangun jiwa kemandirian siswa. Atas dasar itulah
penulis menyusun skripsi dengan judul ” KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN SEKOLAH DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN
SISWA DI TK BAIT QURANY AT-TAFKIR CIPUTAT TANGERANG
B. Identifikasi Masalah
1. TK Bait Qurany At-Tafkir mendapat respon positif dari masyarakat di
usianya yang masih relatif muda 3 tahun 2.
Kesadaran para orang tua terhadap pendidikan anak tinggi dan merespon baik terhadap program-program TK Bait Qurany
3. Kemandirian anak baik, usia anak 2,3 tahun sudah mampu makan dan
merapikannya sendiri, dan sudah mengetahui barang miliknya.
C. Pembatasan Masalah
Agar penulisan skripsi yang penulis susun lebih terarah dan tidak terlalu luas, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut:
1. Komunikasi orang tua dengan sekolah yang dimaksud adalah dapat
berupa keluhan-keluhan orang tua yang disampaikan kepada sekolah, ataupun sebaliknya dalam menangani pembinaan terhadap pribadi anak.
Dapat berupa informasi mengenai perkembangan kepribadian anak, atau bahkan dapat berupa program-program khusus yang di selenggarakan
sekolah untuk menyamakan persepsi, tujuan visi dan misi dalam pendidikan anak.
2. Kemandirian siwa adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan
permasalahan hidupnya secara mandiri tidak tergantung kepada orang lain, baik secara fisik maupun non fisik, dalam menentukan pilihan untuk
memenuhi segala kebutuhan sesuai dengan perkembangannya.
D. Perumusan Masalah
1. Apakah terdapat komunikasi dan kerjasama yang baik antara TK Bait
Qurany At-Tafkir dengan orang tua siswa dalam membangun
kemandirian siswa? 2.
Bagaimanakah komunikasi yang dibangun antara TK Bait Qurany at- Tafkir dengan orang tua siswa dalam membangun kemandirian siswa?
3. Apakah Terdapat pengaruh dari komunikasi orang tua dengan TK Bait
Qurany at-Tafkir terhadap kemandirian siswa dan siswinya?
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan, dan proses komunikaasi antara pihak TK Bait Qurany At-
Tafkir dengan para orang tua siswa dalam membangun kemandirian siswa dan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh tingkat partisipasi
komunikasi orang tua dengan sekolah terhadap kemandirian siswa. 2.
Manfaat penelitian a.
Manfaat teoritis, bagi peneliti hal ini merupakan sarana untuk menambah wawasan dan pengalaman mengenai pelaksanaan dan
proses komunikasi antara sekolah dengan orang tua. b.
Manfaat praktis, untuk sekolah hal ini sebagai informasi dan bahan masukan dalam upaya lebih meningkaTKan efektifitas berkomunikasi
dalam menjalin kerjasama yang baik antara orang tua dengan pihak sekolah dalam membangun kemandirian siswa.
F. Sistematika Penulisan
Guna mempermudah pemaparan dalam penulisan, penulis menyusun kedalam beberapa pokok dan sub-sub pokok dengan sistematika penulisan
sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
manfaat dan tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Kajian Teori dan Kerangka Berfikir
Bab ini membahas kajian teori yang terdiri dari sub bab diantaranya; komunikasi, peran sekolah dan orang tua dalam
pendidikan anak, kepemimpinan.
BAB III Metodologi Penelitian
Terdiri dari Tempat Dan Waktu Penelitian,Variabel penelitian, Metode Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data,
Teknik Analisis Data
BAB IV Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan gambaran umum, sejarah berdirinya, deskripsi data, dan anaalisa data mengenai komunikasi orang
tua dan sekolah di Home Leaarning At-Tafkir, Ciputat tangerang
BAB V Penutup
Bab ini menguraikan kesimpulan dan saran
BAB II KAJIAN TEORI
A. Komunikasi Orang Tua dengan Sekolah
1. Pengertian Komunikasi Orang Tua dengan Sekolah
Frista Armanda dalam kamus lengkap bahasa Indonesia berpendapat komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau
berita dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat difahami.
9
Hovland, Janis dan Kelley juga berpendapat bahwa, Komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya
dalam bentuk verbal untuk merubah tingkah laku orang lain.
10
Begitu juga dengan Forsdale beliau berpendapat bahwa, Komunikasi adalah suatu
proses memberikan signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara, dan dirubah.
11
Dari ketiga pendapat di atas dapat difahami bahwa komunikasi bahwa komunikasi merupakan proses pengiriman dan penerimaan
pesanberita, informasi yang dilakukan dua orang atau lebih untuk menciptakan, memelihara dan merubah sebuah sistem. Terdapat beberapa
tokoh yang juga berpendapat terkait dengan komunikasi diantaranya adalah Laswel mengatakan bahwa komunikasi pada dasarnya merupakan
sutu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dan dengan akibat atau hasil apa.
12
Begitu juga dengan Hani Handoko yang mengatakan bahwa komunikasi adalah proses pemindahan
pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain.
13
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, akan terjadi komunikasi jika pelakunya terdiri dari dua orang atau lebih,
artinya komunikasi itu tidak akan terjadi jika oleh satu orang pelaku, selain hal itu dalam proses komunikasi perlu adanya pesan berita, informasi
yang disampaikan melalui simbol-simbol yang berarti diantara pelaku- pelaku komunikasi, kemudian dari komunikasi tersebut akan berdiri
sebuah sistem komunikasi yang mengarah pada tujuan komunikasi yang dapat merubah persepsi, prinsip dan prilaku orang lain.
9
Frista armanda W. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Lintas Media Jombang, h.596
10
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta: P2LPTK, 1989, hal.2
11
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, hal.2
12
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek , Bandung: PT Ramaja Kosdakarya, 2007, hal.10
13
T. Hani Handoko, Manajemen, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2000 cet.Ke 16, hal.272
Orang tua adalah orang yang pertama kali dikenal oleh anak karena orang tua adalah yang pertama kali memenuhi kebutuhan fisik anak, lapar,
haus, mengantuk, butuh oksigen, menyedikan makanan yang bergizi, air minum yang bersih, memenuhi kebutuhan anak untuk dilindungi dari
ancaman fisik maupun psikis, memenihi kebutuhan akan kasih sayang dan kebutuhan beragama anak.
14
Pada masa inilah orang tua dijadikan pendidik yang pertama sehingga secara kodrati anak akan meneladani setiap aktivitas orang
tuanya, terutama seorang ibu yang akan memberikan kepribadian anak lebih dominan, karena dialah yang paling dekat dengan mereka. Anak-
anak akan cenderung mengikuti kebiasaan para orang tua terutama ibu di rumah sehingga dari sinilah seorang ibu dikatakan sebagai pendidik yang
yang utama bagi anak. Sebagaimana Hasbullah mengatakan bahwa orang tua merupakan pendidik yang utama, kodrati dan utama.
15
Allah SWT berfirman:
ارﺎ ﻜ هأو ﻜﺴﻔ أ اﻮﻗ اﻮ ﺬ ا ﺎﻬ ﺎ ﷲا نﻮﺼ ﺎّ داﺪﺷ ظﻼﻏ ﺔﻜﺋﻶ ﺎﻬ ،سﺎ ا ﺎهدﻮﻗو
نوﺮ ﺆ ﺎ نﻮ ﻔ و هﺮ أ .
ا ﺮﺤﺘ
: 6
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan
QS. At-Tahrim: 6
16
Ayat di atas secara tekstual menekankan pada kehidupan ukhrowi namun secara kontekstual bermakna bahwa pentingnya peran orang tua
dalam upaya mengenalkan, membiasakan, dan memerintahkan anak untuk menjalankan syariat Allah yang telah menciptakannya. Sehingga
memberikan pengaruh kepada anak ketika datang waktu diberlakukan taklif agama secara sempurna kepadanya dan memiliki tanggungjawab
yang besar dalam pendidikan anak meski pada saatnya nanti anak harus
14
Nurul Habiburrahman, MA. Nurrul Hikmah, MA., “TK Bait Qurany Seuah pembelajaran dalam aktivitas anak”,
At-Tafkir Press hal.15
15
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006, edisi revisi-5, h.22.
16
De p a rte me n Ag a m a RI,
Al-Qura n da n Te rje ma hnya ,
Ba nd ung : PT.Sya m il, 2005, h.560
diserahkan pada lembaga luar, hal ini disebabkan karena berbagai keterbatasan orang tua dalam mendidik mereka.
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa murid di bawah pengawasan guru.
17
Sekolah juga dapat diartikan sebagai bangunan atau lembaga belajar dan mengajar serta tempat
menerima dan memberi pelajaran, sekolah dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan dibantu oleh wakil kepala sekolah.
18
Sekolah bertanggungjawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya. Oleh karena itu sebagai sumbangan sekolah
sebagai lemabaga pendidikan terhadap pendidikan anak, diantaranya adalah sebagai berikut:
19
1. Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang
baik serta menanamkan budi pekerti yang baik. 2.
Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan didalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
3. Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan, seperti
membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
4. Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membedakan
benar atau salah dan sebagainya. Orang tua memiliki peran sebagai pendidik pertama dan utama
yang bertanggungjawab terhadap pendidikan anak, sementara sekolah adalah lembaga pendidikan yang memiliki peran membantu para orang tua
dalam mendidik anak-anak mereka. Dengan demikian perlu adanya kerjasama yang baik antara para orang tua dengan sekolah guru, kepala
sekolah untuk menyamakan tujuan, visi dan misi pendidikan, dari sinilah dibutuhkan komunikasi antara keduanya, karena kerjasama yang baik
hanya akan dihasilkan dari komunikasi yang baik.
17
Wikipedia.orgwikisekolah-tembolok-mirip,diposting 25 mei 2010
18
http: sekolah-dasar.blogspot.com-2010-04-pengertian sekolah.html, diposting 25 mei 2010
19
Hasbullah ”Dasar-dasar Ilmu Pendidikan”, h.34-35.
Komunikasi orang tua dengan sekolah merupakan proses pengiriman pesan yang terjadi antara orang tua sebagai komunikator
dengan sekolah sebagai komunikan atau sebaliknya, dan pesan yang disampaikan dapat berbentuk berita, informasi dan lain-lain yang
menciptakan sistem komunikasi antara kedua belah pihak yang mengarah pada pencapaian dan penyamaan tujuan, visi dan misi pendidikan anak.
2. Unsur-Unsur Komunikasi Orang Tua dengan Sekolah
Dalam berkomunikasi terdapat beberapa unsur yang merupakan syarat, unsur-unsur tersebut: pengirim pesan komunikator, penerima
pesan komunikan, Pesan, saluran komunikasi dan media komunikasi, efek komunikasi, umpan balik.
20
1. Pengirim pesan komunikator: manusia berakal budi yang berinisiatif
menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif komunikasinya. dalam hal ini komunikasi antara orang tua dengan sekolah dalam membangun
kemandirian siswa pengirim pesan dapat secara bergantian antara orang tua sebagai pendidik dirumah, dan guru, atau kepala sekolah atau
seluruh komponen yang terlibat dalam pendidikan anak atau siswa disekolah.
2. Penerima pesan komunikan: manusia berakal budi, kepada siapa
pesan komunikator ditujukan. Sebagaimana pengirim pesan, dalam penerimaan pesanpun akan saling bergantian antara orang tua dengan
sekolah guru, kepala sekolah dan elemen sekolah lainnya yang terlibat dalam pendidikan anak selama di sekolah dalam penerimaan pesan.
3. Pesan: segala sesuatu, verbal maupun nonverbal, yang disampaikan
komunikator kepada komunikan untuk mewujudkan motif komunikasinya. pesan yang disampaikan oleh orang tua kepada sekolah
atau sebaliknya dapat berupa keluhan, perkembangan siswa anak, sosialisasi silabus dan kurikulum dan lain-lain.
20
Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, Ghalia Indonesia,Jakarta: 2004, cet ke 1,h.18-28
4. Saluran dan media komunikasi: jalan yang dilalui pesan komunikator
untuk sampai ke komunikannya. Dalam hal ini terdapat dua jalan yaitu; tanpa media nonmediated communication yang berlangsung face to
face, atau dengan media komunikasi, dapat berupa telepon, internet
radio, televisi, majalah dan surat kabarkoran. Pesan yang disampaikan oleh orang tua kepada sekolah dapat melalui face to face atau melalui
media, seperti telpon, surat, penghubung dan lain-lain. 5.
Efek komunikasi: pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator dalam diri komunikannya. terdapat tiga tataran pengaruh dalam diri
komunikan yaitu kognitif seseorang jadi tahu tentang sesuatu, efektif sikap seseorang terbentuk, misalnya setuju atau tidak setuju terhadap
sesuatu, konatif tingkah laku yang membuat seseorang bertindak melakukan sesuatu. Efek komunikasi antara orang tua dengan sekolah
mencakup ketiga pengaruh tersebut. 6.
Umpan balik: jawaban komunikan atas pesan yang disampaikan komunikator kepadanya. Dalam komunikasi yang dinamis komunikator
dan komunikator terus menerus saling bertukar peran. Unpan balik terhadap komunikasi antara orang tua dengan sekolah sangat diperlukan
demi menjaga keselarasan dalam menjalankan visi pendidikan pada peserta didik.
3. Model-Model Komunikasi
a. Model S-R
Model S-R ini merupakan model yang paling dasar, dan model ini menggambarkan hubungan stimulus dan respon. Model ini juga
menunjukkan komunikasi sebagai suatu proses “Aksi-Reaksi yang sangat sederhana.
21
b. Model Lasswell
Seorang ahli ilmu politik dari Yale University Harold Lasswell Forsdale 1981, mengatakan bahwa dia menggunakan lima pertanyaan
yang perlu ditanyakan dan dijawab dalam melihat proses komunikasi, yaitu “who” siapa, “says what mengatakan apa, “in which medium”
dalam media apa, “to whom” kepada siapa dan dengan “what effect” apa efeknya.
c. Model Schraum
Wilbur Schraumn memberikan model proses komunikasi dengan model-model sebelumnya. Dia memperlihatkan pentingnya
peranan pengalaman dalam proses komunikasi. Bidang pengalaman akan menentukan apakah pesan yang dikirimkan diterima oleh si
penerima sesuai dengan apa yang dimaksud oleh si pengirim pesan. Schraumn mengatakan jika tidak ada kesamaan dalam bidang
pengalaman, bahasa yang sama, latar belakang yang sama, maka sedikit kemungkinan pesan yang diterima diinterpretasikan dengan benar.
d. Model Berlo
Model komunikasi yang paling terkenal adalah model yang dikembangkan oleh David Berlo pada tahun 1960. Modelnya hanya
memperlihatkan proses komunikasi satu arah dan hanya terdiri dari
21
Roudhonah, M. Ag, Ilmu Komunikasi, Jakarta: Kerjasama Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan Jakata Press, 2007, Cet.1, hal.71
empat komponen yaitu sumber, pesan, chanel, dan penerima atau receiver. Model komunikasi ini juga di samping menekankan
komunikasi sebagai suatu proses, juga menekankan ide bahwa “meaning are in the people” atau arti pesan yang dikirimkan ada pada
orang yang menerima pesan bukan pada kata-kata pesan itu sendiri.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa interpretasi pesan terutama tergantung kepada arti dari kata atau pesan yang ditafsirkan
oleh si pengirim atau si penerima pesan dan bukan pada apa yang ada dalam komponen pesan itu sendiri.
e. Model Seiler
William J. Seiler 1988 memberikan model komunikasi dua arah dan bersifat lebih universal.
22
Model sailer ini menekankan pentingnya timbal balik antara penerima pesan dan pemberi pesan, juga menekankan pentingnya faktor
lingkungan dalam proses komunikasi yang dapat mempengaruhi hakikat dan kualitas dari komunikasi.
Penulis berpendapat bahwa semua model komunikasi ini memungkinkan terjadi disekolah, namun komunikasi yang lebih efektif
untuk digunakan adalah komunikasi model Seiler, komunikasi dua arah dan bersifat unifersal yang menekankan adanya timbal balik antara
pengirim dan penerima pesan dimana orang tua dan sekolah dapat menjadi komunikan atau komunikator secara bergantian sesuai dengan
22
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, hal. 5-14
siapa yang memiliki permasalahan untuk dipecahkan oleh keduanya, yang akan berefek kepada tingkah laku mereka.
4. Proses Berlangsungnya Komunikasi
Proses berlangsungnya komunikasi dapat diklasifikasikan kedalam dua bagian yakni komunikasi secara primer dan komunikasi skunder.
23
1. Komunikasi Primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan lambang sebagai media. Lambang sebagai media primer. lambang sebagai media promer dalam proses
komunikasi adalah bahasa, isyarat, dan sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator
kepada komunikan, baik itu berbentuk ide, informasi, opini mengenai hal-hal yang konkrit maupun abstrak pada saat sekarang
maupun pada saat yang lalu ataupun yang akan datang.
2. Komunikasi Sekunder
Proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana
sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam
melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relative jauh atau jumlahnya banyak. Surat,
telepon, surat kabar, majalah, radio, televise, film dan banyak lagi media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.
Proses komunikasi akan lebih efektif jika menggunakan komunikasi primer dan sekunder secara bersamaan agar keduanya saling
mengisi. Jika dalam berkomunikasi hanya mengguanakan salasatunya saja terdapat pengurangan makna komunikasi.
Proses komunikasi antara orang tua dengan sekolah dapat dilakukan secara primer dan sekunder baik melalui lisan ataupun tulisan. Proses yang
terdapat di TK Bait Qurany At-tafkir dengan orang tua dilakukan melalui
23
Onang U Efendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek
,
Bandung : 2007 PT. Remaja Rosdakarya, cet.21
buku penghubung yang menjadi media komunikasi orang tua dalam melaporkan perkembangan anak dirumah atau disekolah setiap bulannya,
surat sebagai bentuk pemberitahuan, kurikulum dan lain-lain, melalui face to face untuk menyampaikan keluhan-keluhan, laporan-laporan orang tua
kepada sekolah atau sebaliknya untuk melaporkan permasalahan- permasalahan yang terkait dengan perkembangan anak baik dirumah ataupun
disekolah biasanya proses komunikasi ini dilakukan secara insidental jika diperlukan saja.
5. Bentuk-Bentuk Komunikasi
Berdasarkan sifat komunikasi dan jumlah komunikan, komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk komunikasi diantaranya;
komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi massa.
a. Komunikasi antarpribadi
Kominiksi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung dua orang, dimana terjadi kontak langsung antara dua orang dalam bentuk
percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan face to face, bisa juga melalui sebuah medium telepon.
24
Terdapat karakteristik Komunikasi antar pribadi diantaranya adalah:
1 Bersifat timbal balik dua arah Two way traffic communication
2 Feed backnya langsung tidak tertunda.
3 Komunikator dan komunikan dapat bergantian fungsi. Sekali waktu
menjadi komunikator dan sekali waktu menjadi komunikan. 4
Bisa dilakukan secara spontanitas. 5
Tidak terstruktur. Maksudnya masalah yang dibahas tidak mesti terfokus, melainkan mungkin hal-hal yang tidak dalam rencana.
Komunikasi pribadi adalah terjadinya kontak langsung antara dua orang atau lebih dan dapat terjadi kapan saja direncanakan ataupun tidak
direncanakan, memiliki tujuan ataupun tidak memiliki tujuan. Komunikasi yang memiliki tujuan dan direncanakan biasanya karena terdapat
permasalahan antar dua individu yang membutuhkan penyelesaian ataupun sebuah jawaban dengan cepat. Komunikasi yang tidak memiliki
24
Roudhonah, M. Ag, Ilmu Komunikasi, Jakarta: Kerjasama Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan Jakata Press, 2007, Cet.1, hal. 106, 113
tujuan dan tidak direncanakan biasanya terjadi karena kebetulan atau tidak terdapat unsur kesengajaan.
b. Komunikasi kelompok
Menurut Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya, Humen Communication, A Revisian of Approaching Speech
Comunication , yang telah disadur oleh Sasa Djuarsa, memberi batasan
komunikasi kelompok sebagai “interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti
berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya
dengan akurat.
25
Sama seperti komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok pun memiliki karakteristik dalam pelaksanaannya, sebagai
berikut:
1 Langsung dan tatap muka
2 Lebih terstruktur
3 Formalrasional
4 Dilakukan secara sengaja
5 Para peserta lebih sadar akan peranan dan tanggung jawab mereka
masing masing. Komunikasi kelompok terjadi secara disengaja namun
direncanakan, dan memiliki tujuan maksud yang dikehendaki oleh tiga atau lebih individu untuk berbagi informasi, pemeliharaan diri atau
pemecahan masalah secara tatap muka.
c. Komunikasi massa
Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media masa yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
26
1 Komunikasi berlangsung satu arah yang berarti bahwa tidak terdapat
arus balik dari komunikan kepada komunikator 2
Komunikator pada komunikasi melembaga 3
Pesan pada komunikasi massa bersifat umum 4
Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan
25
Roudhonah, M. Ag, Ilmu Komunikasi, Cet.1, hal.124-125.
26
Onang U Efendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek
,
h.20-25.
5 Komunikannya bersifat hetrogen
Dalam hal ini komunikasi orang tua siswa dengan pihak sekolah TK Bait Qurany tidak menggunakan komunikasi massa ini, hanya terbatas pada
komunikasi antar pribadi dan kelompok.
B. KEMANDIRIAN SISWA
1. Pengertian Kemandirian Siswa
Kemandirian diistilahkan dengan independency A. Budiardjo dkk, mengatakan bahwa independensi adalah suatu kecenderungan tidak
bergantung pada orang lain dalam membuat keputusan.
27
Adapaun J.P Chaplin mengatakan bahwa kemandirian adalah suatu sikap yang ditandai
dengan adanya kepercayaan diri.
28
Dengan demikian dari beberapa pendapat di atas kemandirian adalah suatu sikap kecenderungan untuk tidak tergantung kepada orang
lain dalam beraktivitas menyelesaikan permasalahan sendiri dan bertanggung jawab atas konsekuensi perbuatannya.
Siswa adalah pelajar atau anak atau orang yang melakukan aktivitas belajar. Dengan demikian kemandirian siswa adalah anak atau
orang yang memiliki sikap kecenderungan untuk tidak tergantung kepada orang lain dalam dalam melakukan aktifitas belajarnya, mau mengamalkan
ilmu yang didapatkanya serta bertanggung jawab atas konsekuensi perbuatanya.
2. Ciri-Ciri Siswa Mandiri
Chaerunnisa dalam wawancaranya dengan okezon mengatakan bahwa Kemandirian anak harus berlandaskan pada tahap-tahap
perkembangan masing-masing. Untuk itu ciri kemandirian siswa mandiri dapat dilihat pada tahap perkembangan manusia, tugas-tugas dan
tanggungjawab perkembanganya.
a. Tahapan Perkembangan anak sebagai manusia
27
A.budiardjo et.al., Kamus Psikologi, semarang: Dahara Prize,1991, cet.ke-2, h.201
28
J.P. Caplin, kamus lengkap psikologi. Jakarta: raja Grapindo persada, 1999, cet.ke-5, h.243
Papalia, Olds dan Fedman 1998;2004 membagi perkembangan manusia menjadi Sembilan tahapanyakni; 1 Masa pra-natal 42-43
minggu dalam kandungan, 2 Masa bayi dan anak tiga tahun 0-3 tahun setelah kelahiran, 3 Masa anak-anak awal 4-5 tahun 11 bulan, 4 Masa
anak tengah 7-9 tahun, 5 Masa anak akhir 10-12 tahun, 6 Masa remaja 13-21 tahun, 7 Masa dewasa muda 22-40 tahun, 8 Masa dewasa tengah
42-45 tahun, 9 Masa dewasa akhir 46- mendekati kematian.
29
Para ulama membagi masa-masa yang dilewati manusia dilihat dari kelayakannya, Menerima kewajiban dan melaksanakannya kepada empat
fase:
30
1 Fase Pertama adalah masa ketika anak belum dilahirkan, yakni ketika
ia masih berupa janin dalam rahim ibunya. 2
Fase kedua adalah dimulai sejak sang bayi lahir dan berakhir pada
masa tamyiz, yaitu ketika ia menginjak masa tujuh tahun. Tamyiz memiliki makna dapat membedakan baik dan buruk menurut Allah.
3
Fase ketiga adalah dimulai sejak masa tamyiz, yaitu senggang waktu
antara antara tujuh tahun sampai usia dewasa. 4
Fase keempat adalah dimulai dengan kedewasaan. Tandanya adalah
nampaknya salah satu atau lebih tanda kedewasaan. Dari pendapat di atas perkembangan anak dapat diklasifikasikan ke
dalam: a
Masa ketika anak belum dilahirkan atau ketika anak masih dalam kandungan sekitar 42-43 minggu
b Masa pra tamyiz yaitu masa bayi sampai masa kanak-kanak awal,
sekitar 0-5 tahun 11 bulan c
Masa tamyiz yaitu masa kanak-kanak tengah sampai usia dewasamasa anak akhir, sekitar usia 5 tahun 11 bulan – 12 tahun.
d Masa kedewasaan yang ditandai dengan nampaknya salah satu atau
lebih tanda kedewasaan, sekitar usia 12-menjelang kematian. Dalam penulisan skripsi ini hanya akan membahas masa kanak-
kanak awal 4-5 tahun 11 bulan atau masa pra-tamyiz. Masa kanak-kanak
29
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak 3 Tahun Pertama, PT Rafika Aditama, Bandung: 2007, cet.1, h.37
30
Huzaemah Tahido Yanggo, Fikqh anak, metode islam dalam mengasuh dan mendidik anak serta hukum-hukum yang berkaitan dengan aktifitas anak
, al-Mawardi, Jakarta: 2004, h.11-25
ini ditandai dengan kemandirian, kemampuan kontrol diri, dan hasrat untuk memperluas pergaulan dengan anak-anak yang sebaya.
31
b. Tugas dan taggungjawab perkembangan anak awal usia 4-5 tahun
11 bulan
Penulis psikoanalitik Erik Erikson menekankan usia pra sekolah untuk perkembangan Otonomi atau kemandirian. Sianak
perlahan-lahan belajar memilih dan memutuskan dan menerima konsekuensi pilihannya. Berangsur-angsur ia menyadari bahwa individu
dinilai berbeda bergantung kepada apa yang dapat mereka lakukan dan pelajari untuk membentuk hubungan di luar rumah dan untuk
mempercayai orang dewasa dan anak-anak lain.
32
Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya perkembangan anak jilid 1 mengatakan, masa kanak-kanak usia 2-6 tahun adalah usia
prasekolah atau prakelompok anak itu berusaha mengendalikan lingkungan dan mulai belajar menyesuaikan diri secara sosial.
33
Tugas perkembangan masa kanak-kanak sejak lahir sampai 6 tahun dari Havighurst.
34
diantaranya: 1.
Belajar berjalan 2.
Belajar makan makanan padat 3.
Belajar berbicara 4.
Belajar mengendalikan pembuangan sampah tubuh 5.
Belajar membedakan jenis kelamin dan kesopanan seksual 6.
Mencapai stabilitas fisiologis 7.
Membentuk konsep sederhana mengenai kenyamanan sosial dan fisik
8. Belajar berhubungan scara emosional dengan orang tua, saudara
kandung, dan orang lain 9.
Belajar membedakan yang benar dan yang salah serta mengembangan nurani.
31
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak 3 Tahun Pertama, h.37
32
Kethy Silva. Ingrid Lunt, Child Development A First Course, diterjemahkan oleh Gianto Widianto, ARCAN, Jakarta: 1988, hal. 214
33
Elizabeth B. Hurluck, Child Development, diterjemahkan oleh Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih, PT. Glora Aksara, Jakarta, jilid 1, cet.6, hal.38
34
Elizabeth B. Hurluck, Child Development , hal.40
Adapun tugas perkembangan yang hendaknya dijalani oleh anak pada masa kanak-kanak childhood menurut Hurlock,
35
adalah a.
Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan- permainan yang umum
b. Membangun sikap yang sehat sebagai diri sendiri sebagai makhluk
yang sedang tumbuh. c.
Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya. d.
Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat. e.
Mengunakan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung. Mengembangkan pengertian yang
diperlukan untuk kehidupan sehari-hari f.
Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tingkatan nilai. g.
Mengembangkan sikap terhadap kelompok – kelompok sosial dan lembaga-lembaga
h. Mencapai kebebasan pribadi
Nurul Hikmah berpendapat bahwa tanggung jawab perkembangan kemandirian anak usia 4-5 tahun:
36
1 Makan sendiri dengan sendok secara sempurna.
2 Menuang air dari teko kedalam gelas.
3 Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri.
4 Menyikat gigi sendiri.
5 Membuka kancing baju.
6 Mandi dan memakai sabun sendiri.
35
Zahrotun, fadilah Suralaga,Nataris Idriyani, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat Dan Islam
, Lembaga Penelitian Uin Jakarta dengan Jakarta Press, Jakarta: 2006, Cet.1 hal.97
36
Nurul Hikmah, TK Bait Qurany sebagai Model pembelajaran Anak Usia dini, Modul Pelatihan Tutor Parenting Pada Model integrasi TK dan TK Bait Qurany pada Anak Usia Dini,
h.39-40
7 Dapat buang air kecil dan besar serta membersihkannya sendiri.
8 Dapat memakai sepatu yang tidak bertali sendiri.
9 Pergi sendiri kerumah teman yang sudah dikenal sekitar rumah.
10 Mengambil nasi dan minum sendiri.
11 Meletakkan piring kotor dan baju kotor ditempatnya.
12 Membereskan mainan dan tempat tidur sendiri.
13 Meletakkan sepatu ditempatnya dan tas ditempatnya.
Seorang pakar pengasuhan anak, Dowling, menuliskan bahwa, kesempatan untuk mengembangkan kemandirian harus
diutamakan dalam setiap bidang pengasuhan anak; pengaturan pengambilan susu sendirin memberikan kesempatan pada anak untuk
menuangkan susu untuk diri sendiri dan memutuskan seberapa banyak yang ia minum;tempat buang air yang tepat berarti sianak dapat pergi
buang air pada saat dan kapan saja ia inginkan; pilihan untuk bermain di dalam atau di luar rumah dengan berbagai sarana, untuk mengikuti
atau tidak mengikuti acara mendengarkan cerita, dan untuk memilih teman bermain; semua itu awal pengambilan keputusan untuk
kehidupan. Anak yang mampu membuat keputusan dan bertindak atas inisiatif sendiri akan cepat bertumbuh dengan penuh percaya diri.
37
Dinasari mengungkapkan kemandirian anak meliputi: a
Anak terlihat fleksibel dengan lingkungan barunya. Berani berkenalan dan memberi salam saat memasuki lingkungan baru.
b Kelekatan dengan orang tua sudah berkurang. Ke mana-mana tidak
minta ditemani. c
Ia sudah berani ke kamar mandi sendiri, tidur sendiri dan sebagainya.
d Perkembangan motoriknya memungkinkannya berani berlatih sepeda
roda empat. e
Berani mencoba permainan seperti monkey trap, perosotan, loncat- loncatan dan sebagainya.
f Berani bertanya secara kritis tentang hal-hal yang tidak sesuai
dengan pikirannya. Misalnya Kenapa sih mama harus kerja terus?
37
Kethy Silva. Ingrid Lunt, Child Development A First Course, diterjemahkan oleh Gianto Widianto, hal. 214
g Sudah bertanggung jawab terhadap aktivitas rutinnya, misalnya
bangun tidur h
langsung mandi tanpa perlu rewel, saat mandi mau gosok gigi dengan teratur dan sebagainya.
i Sudah tumbuh kesadaran mengenai waktu makan, tidur, minum
susu, dan sebagainya. j
Setidaknya, ia tidak perlu menunjukkan kerewelan lagi sehubungan dengan aktivitas tersebut.
k Perkembangan motorik memungkinkannya bisa memakai sepatu
sendiri dan meletakkan kembali di tempatnya usai dipakai. Bertanggung jawab terhadap mainannya dengan cara
membereskannya setelah selesai digunakan dan mengembalikannya ke tempat semula. Setidaknya sudah
l muncul kesadaran untuk melakukannya sendiri meski masih ada
pendampingan dari orang dewasa di sekitarnya. Dari beberapa tanggung jawab dan perkembangan masa kanak-
kanak awal yang dikemukakan oleh para pakar dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa kemampuan kemandirian yang seharus
dimiliki anak pada usia 4-5 tahun akhir diantaranya: 1.
berani bermain kerumah teman sendiri tanpa ditemani 2.
menghapal alamat dan nomor telepon yang dapat dihubungi 3.
mengenal lingkungan tempat tinggal 4.
tidak mudah mempercayai orang yang baru dikenal. 5.
mengerjakan Pekerjaan Rumah PR sekolah 6.
fleksibel dengan lingkungan barunya contohnya; berani berkenalan, memberi salam saat memasuki lingkungan baru, bermain bersama
teman-teman barunya, terlihat enjoy dengan lingkungan baru 7.
Kelekatan dengan orang tua sudah berkurang contohnya; berani ke kamar mandi, tidur sendiri dan sebagainya, dan bermain dengan
temannya sendiri
8. Perkembangan motoriknya memungkinkannya berani berlatih
sepeda roda empat 9.
Berani mencoba permainan; monkey trap, perosotan loncat- loncatan
10. Berani bertanya secara kritis tentang hal-hal yang tidak sesuai
dengan pikirannya, contohnya; Kenapa mama bekerja terus? Allah itu dimana? Kalau anak laki-laki kenapa tidak memakai kerudung?
11. bertanggung jawab terhadap aktivitas rutinnya, contohnya; bangun
tidur, mandi, gosok gigi dengan teratur, makan sendiri 12.
Sudah tumbuh kesadaran mengenai: waktu makan, tidur, minum susu, belajar dan bermain
13. Perkembangan motorik memungkinkannya: bisa memakai sepatu
sendiri, bisa memakai baju sendiri, bisa pakai celana sendiri, bisa buang air kecil sendiri dan membersihkannya, bisa buang air besar
sendiri dan membersihkannya 14.
Bertanggung jawab terhadap: mainannya dengan cara membereskannya setelah selesai digunakan dan mengembalikannya
ke tempat semula, meski masih ada pendampingan dari orang dewasa di sekitarnya, Meletakan baju kotor pada tempatnya,
Meletakan piring kotor pada tempatnya.
3. Faktor yang Mempengarui Kemandirian siswa
Terdiri dari beberapa faktor yang mempengaruhi kemandirian diantaranya:
38
1. Intelegensia
Blair dalam Gilmore 1974 menyatakan bahwa intelegensi seseorang berhubungan dengan tingkat kemandiriannya, artinya semakin tinggi
tingkat intelegensi semakin tinggi pula kemandiriannya.
2. Kebudayaan
38
Ariesta Anggraeni, Hubungan Antara IQ dengan Kemandirian pada Siswa Kelas Akselerasi SDI Sudirma,
sekripsi Mahasiswa psikologi : 2007, h.16-18
Menurut Sarwono 1997, kebudayaan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam
lingkungan keluarga, sehingga tindak-tanduk suku tertentu akan berbeda dengan suku lainnya. Pendapat ini diperkuat oleh Mussen dan
kawan-kawan 1969, yang menyatakan bahwa perkembangan dipengaruhi oleh kebudayaan tingkat kemandirian pada satu
kebudayaan berbeda dengan tingkat kemandirian pada budaya lain.
3. Pola asuh orang tua
Pola pengasuhan keluarga seperti sikap orang tua, kebiasaan keluarga, dan pandangan keluarga akan mempengaruhi pembentukan
kemandirian anak. Keluarga yang membiasakan anak-anaknya diberi kesempatan untuk mandiri sejak dini, akan menumbuhkan kemandirian
pada anak-anaknya.
4. Tingkat pendidikan orang tua
Tingkat pendidikan orang tua akan mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya dalam menghadapi anak-anaknya, artinya orang tua yang
berpendidikan akan bersikap lebih baik. Conger 1977, menyatakan bahwa perlakuan yang diberikan oleh orang tua berpengaruh kepada
kemandirian anak.
5. Usia
Semakin bertambah usia seseorang, prilaku mandiri akan makin berkembang dan prilaku tergantung akan berkurang.
6. Jenis kelamin
Kagan dan Moss dalam Medinnus dan Johnson, 1969 menyatakan bahwa sikap mandiri dipengaruhi oleh jenis kelamin apabila dalam
perlakuan sehari-hari, lingkungan sisial memberikan perlakuan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.
7. Guru di sekolah
Kondisi belajar disekolah seringkali menimbulkan tingkah laku ketergantungan dan kemandirian. Guru dapat mendidik, membimbing
dan membina kemandirian siswa sehingga terbentuk sifat-sifat mandiri pada siswa.
BAB III METODE PENELITIAN
H.
Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Bait Qurany Group At-Tafkir yang beralamat di jalan Ibnu Kholdun II No.2 Komplek dosen UIN Syarif
hidayatullah Jakarta, Tangerang Banten, adapun penelitian dilaksanakan dari
bulan Februari-April 2010
I.
Metode Penelitian
Guna menjawab pertanyaan yang diselidiki dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi aktual secara terperinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek
yang berlaku,
39
Data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
J.
Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Sehubungan dengan wilayah sumber data yang
dijadikan subyek penelitian, maka dalam penelitian akan menggunakan seluruh
populasi pada kegiatan pendidikan TK B Bait Qurany At-Tafkir.
K.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data diantaranya:
1. Observasi
Metode observasi digunakan untuk mengamati dan mencatat bagaimana kemandirian siswa TK B Bait Qurany At-tafkir.
2. Wawancara
39
Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Ramadja Karya, 1985, cet ke 2, hal.34-35
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang
memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.
40
Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara secara mendalam untuk mendafatkan
informasi secara obyektif. Wawancara ini dilakukan dengan berbagai informan dan pihak yang terkait diantaranya dengan kepala sekolah, guru
kelas, orang tua siswa.
Kisi-kisi pedoman wawancara dengan kepala sekolah
No Indikator No. Pertanyaan
A Gambaran Umum TK Bait Qurany
1,2 B Stimulus
1. Upaya menjalin hubungan guru dengan orang
tua 3
2. Upaya membangun kesadaran komuniksi 5
C Respon 1.
Program komunikasi
Kisi-kisi Pedoman wawancara dengan guru kelas
No Indikator No. Pertanyaan
A Stimulus 1. Pola komunikasi
2,4 2. Proses komunikasi
3 3. Metode dan Materi membangun kemandirian
8 B Respon
1. Komunikasi guru dengan orang tua 1, 5
3. Peran guru dalam membangun kemandirian 6, 7, 9, 10
Kisi-kisi Pedoman wawancara dengan orang tua siswa
40
Iin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara, Malang: Bayumedia Publishing, 2004, hal.63-64
No Indikator No. Pertanyaan
A Stimulus 1. Komunikasi orang tua dengan sekolah
3, 4, 5, 9 2. Peran orang tua dalam membangun
kemandirian anak 1, 2,
B Respon 1. Pendapat orang tua tentang Bait Qurany
6, 7 2. Pendapat orang tua tentang metode pengajaran
Bait Qurany 8
3. Pendapat orang tua tentang program Bait Qurany
10
3. Dekumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan hal-hal yang berupa catatan, transkip. Dalam hal ini penulis gunakan untuk mendapatkan data-
data prestasi siswa, latar belakang berdirinya TK Bait Qurany atau data- data yang berkenaan dengan dokumen TK Bait Qurany At-Tafkir yang
memberikan input sebagai bahan dalam penulisan skripsi.
L.
Teknik Analisis Data
Bogdan dan Biklen mengemukakan bahwa analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilih-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceriterakan kepada orang lain.
41
Jadi semua data yang telah terkumpul kemudian dianalisis berdasarkan metode analisis yang sesuai dengan metode penelitian yang
digunakan, karena peneliti menggunakan metode kualitatif, maka sebuah analisis berdasarkan pernyataan, keadaan, dan ukuran kualitas yang bersifat
41
Lexy J. Moleng, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, cet.22, hal.248
non-statistik yaitu cara melaporkan data dengan menguraikan, menerangkan, memberi gambaran, dan mengklasifikasikan serta menjelaskan semua data
yang terkumpul secara apa adanya.
BAB IV HASIL PENELITIAN