Nilai Tukar LANDASAN TEORI
49 c. Tingkat Pendapatan Relatif
Karena pendapatan mempengaruhi jumlah permintaan barang impor, maka pendapatan dapat mempengaruhi kurs mata uang.
d. Pengendalian Pemerintah 1 Mengenakan batasan atas pertukaran mata uang asing
2 Mengenakan batasan atas perdagangan asing 3 Mencampuri pasar mata uang asing
4 Mempengaruhi variabel makro seperti inflasi, suku bunga, dan tingkat pendapatan.
4. Prediksi Pasar a. Interaksi Faktor
Transaksi dalam pasar mata uang asing memfasilitasi baik arus perdagangan maupun arus keuangan. Transaksi mata uang asing terkait
perdagangan biasanya tidak terlalu bereaksi terhadap berita tertentu. Namun transaksi arus modal sangat responsif terhadap berita, karena
keputusan untuk mempertahankan sekuritas dalam mata uang tertentu sering kali bergantung pada antisipasi perubahan nilai mata uang
tersebut. Sering kali faktor yang terkait perdagangan maupun keuangan berinteraksi dan mempengaruhi pergerakan mata uang secara simultan.
b. Risiko Pergerakan Nilai Tukar Sebagian bisnis internasional mengharuskan pertukaran satu mata
uang dengan mata uang lain untuk melakukan pembayaran. Karena kurs mata uang berfluktuasi sepanjang waktu, arus keluar kas yang
50 dibutuhkan untuk melakukan pembayaran juga berubah. Karenanya,
jumlah mata uang asal perusahaan yang dibutuhkan untuk membeli produk asing dapat berubah meskipun pemasok produk tidak
mengubah harga. Bahkan jika seorang eksportir menggunakan mata uang asalnya,
fluktuasi kurs juga akan mempengaruhi permintaan asing atas produk perusahaan. Saat mata uang negara asal meningkat, produk yang
menggunakan mata uang tersebut menjadi lebih mahal di negara asing, sehingga dapat menyebabkan penurunan permintaan dan berakibat
pada penurunan arus kas masuk. Bagi MNC yang memiliki anak perusahaan di negara lain, fluktuasi
nilai tukar mempengaruhi nilai pembayaran arus kas dari anak perusahaan ke induknya. Jika mata uang induk perusahaan lebih kuat,
maka dana yang dibayarkan akan ditukar oleh jumlah mata uang asal induk perusahaan yang lebih kecil.
5. Dampak Kurs Mata Uang Mata uang tiap negara dinilai dalam kaitannya dengan mata uang lain
melalui kurs mata uang, sehingga mata uang dapat ditukar untuk memfasilitasi transaksi internasional. Nilai dari sebagian besar mata uang
dapat berfluktuasi sepanjang waktu karena kekuatan pasar dan pemerintah. Jika mata uang suatu negara meningkat nilainya dibandingkan dengan
mata uang lain, maka saldo neraca berjalan akan turun, jika hal lain tidak berubah. Saat mata uang menguat, barang yang diekspor oleh negara
51 tersebut akan menjadi lebih mahal bagi negara pengimpor. Akibatnya,
permintaan barang tersebut akan berkurang. Menurut Moh. Mansur 2009:3 melemahnya nilai tukar rupiah secara
signifikan akan dapat mempengaruhi tingkat pengembalian investasi suatu perusahaan khususnya perusahaan yang hanya mengandalkan bahan baku
dari luar negeri, dan hal tersebut juga akan dapat menimpa perusahaan yang hanya mengandalkan pinjaman luar negeri dalam bentuk dollar US
untuk membiayai operasi perusahaan. Jadi dengan terdepresiasinya kurs rupiah akan mengakibatkan biaya yang akan ditanggung perusahaan
semakin besar sehingga akan menekan tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan, dan hal tersebut akan dapat menurunkan harga saham
perusahaan yang diperjualbelikan di pasar modal. Menurut Madura 2000 penentuan nilai tukar mata uang dalam sistem
mengambang bebas ditentukan oleh mekanisme pasar, dengan demikian hal itu akan sangat bergantung pada kekuatan faktor – faktor ekonomi
yang diduga dapat mempengaruhi kondisi permintaan dan penawaran valuta asing di pasar valuta asing. Faktor – faktor tersebut antara lain
adalah perbedaan tingkat inflasi, perbedaan tingkat suku bunga, perbedaan tingkat pendapatan nasional.
Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing akan sangat mempengaruhi iklim investasi dalam negeri, terutama pasar modal.
Misalnya ketika terjadi apresiasi kurs rupiah, akan berdampak pada perkembangan pemasaran produk Indonesia di luar negeri, terutama dalam
52 persaingan harga. Sebaliknya, bila terjadi depresiasi rupiah, akan
berdampak pada perusahaan – perusahaan go public, terutama yang menggantungkan faktor produksi terhadap bahan – bahan impor, sehingga
biaya produksi meningkat, laba yang diperoleh menurun dan berakibat jatuhnya harga saham perusahaan tersebut Fahrudin, 2006.
Dalam penelitian Joko Sangaji tahun 2003 mengenai pengaruh nilai tukar terhadap return saham LQ45 terdapat berbagai teori tentang
pengaruh nilai tukar terhadap return saham yaitu sebagai berikut: Model flow oriented tentang penentuan nilai tukar Dombusch dan
Fisher, 1980 menyatakan bahwa pergerakan nilai tukar mempengaruhi daya saing internasional dan posisi neraca perdagangan, dan output riil
sebuah Negara, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap aliran kas perusahaan – perusahaan baik sekarang dan masa depan serta harga saham
mereka. Pergerakan pasar saham juga mempengaruhi nilai tukar. Saham mempengaruhi nilai tukar melalui permintaan uang menurut model
moneteris Gavin, 1989. Menurut Aggarwal 1981, Ma dan Kao 1990 perubahan dalam nilai
tukar mempunyai dua efek terhadap harga saham, yaitu efek langsung melalui perusahaan multinasional dan efek tidak langsung melalui
perusahaan domestik. Ketika posisi laba atau rugi diumumkan, harga sahamnya juga berpengaruh bagi perusahaan domestik. Di satu pihak,
devaluasi mata uang lokal akan meningkatkan atau menurunkan harga saham, yang tergantung dari sifat operasi perusahaan. Perusahaan
53 domestik yang mengekspor sebagian outputnya akan memperoleh manfaat
langsung dari devaluasi karena peningkatan permintaan outputnya, yang berarti penjualan meningkat dan profit juga meningkat. Ini berarti
devaluasi lokal akan menyebabkan harga saham meningkat secara umum. Di lain pihak, bagi perusahaan yang menggunakan input impor dalam
proses produksinya, devaluasi mata uang lokal akan meningkatkan biaya, menurunkan profit, dan akan menurunkan harga saham perusahaan.
Studi tentang hubungan antara nilai tukar dengan harga saham memberikan berbagai hasil. Loudun 1993, Frang dan Loo 1994, Amain
dan Hook 2000 menunjukkan hubungan negatif antara harga saham dan nilai tukar. Penelitian oleh Bahmani, Oskooee dan Sohrabian 1992
mendapatkan adanya hubungan kausalitas dua arah antara harga saham dan nilai tukar di pasar Amerika Serikat. Hasil yang sama, untuk
Hongkong dilakukan oleh Mok 1993 dan untuk Tokyo dilakukan oleh Qio 1997. Selanjutnya penelitian Abdalla dan Murinde 1997
menyimpulkan bahwa nilai tukar mempengaruhi harga saham untuk India, Korea dan Pakistan, tetapi untuk Filipina, harga saham mempengaruhi
nilai tukar. Penelitian Friberg dan Nydhal 1997 untuk menguji hubungan valuasi pasar saham dan nilai tukar efektif di 10 negara industri
menghasilkan kesimpulan bahwa semakin terbuka perekonomian, semakin kuat dan positif hubungan antara return pasar saham dan nilai tukar.
Ramasamy dan Yeung 2001 menggunakan uji kausalitas Granger untuk menentukan hubungan antara saham dan nilai tukar di 9 negara Asia
54 Timur dan menyimpulkan arah kausalitas menggambarkan perilaku hit and
run dan berubah berdasarkan periode waktu yang dipilih sehingga perlu kehati – hatian dalam menginterpretasikan hasil kausalitas Granger.
Hubungan secara teoritis antara nilai tukar rupiah dengan harga saham bersifat negatif yaitu apabila terjadi penurunan nilai tukar rupiah terhadap
dollar maka akan menurunkan tingkat pengembalian investasi saham. Dengan merosotnya nilai tukar rupiah menunjuk kepada merosotnya
kemampuan ekonomi nasional Indonesia, maka kemampuan fundamental perusahaan juga cenderung merosot, sehingga menurunkan tingkat
pengembalian saham. Sedangkan nilai tukar rupiah dengan harga saham bersifat positif yaitu apabila terjadi sebaliknya. Ruhendi dan Johan A,
2003.