menentukan nasib sendiri bagi Sudan Selatan.
10
Kemudian juga kesepakatan yang telah dicapai sebelumnya, yaitu Power Sharing Chapter II, Wealth SharingChapter
III, the Resolution of the Conflict in Abyei Area Chapter IV, the Resolution of the Conflict in Southern Kordofan and Blue Nile States Chapter V, Security
Arrangements Chapter VI, The Permanent Ceasefire and Security Arrangements Implementation Modalities and Appendices or Annexure I, The Implementation
Modalities and Global Implementation Matrix and Appendices or Annexure II.
11
Selain Amerika Serikat, Tiongkok telah lama menjalin kerjasama dengan Sudan, dan mempunyai perusahan minyak di Sudan. Tiongkok sebagai mitra bagi
Sudan, membantu sebagian mediasi dengan wilayah Selatan. Amerika Serikat hadir untuk mendukung wilayah Selatan dengan melakukan negosiasi perjanjian damai
dengan Sudan serta mencabut sanksi embargo bagi Sudan sebagai imbalan jika menyetujui perdamaian yang dilakukan.
12
Perubahan sikap Amerika Serikat ini menjadi tanda tanya dalam skripsi ini. Respon yang diberikan Amerika Serikat pada
tahun 2000-an berubah lebih kontras karena kebijakannya untuk mendukung Referendum Sudan Selatan. Hal ini mengingat terdapat dukungan Tiongkok yang
terlebih dahulu karena mempunyai perusahaan minyak besar di Sudan.
10
Carter, “Observing the 2011 Referendum on the Self-Determination of Southern Sudan”, The carter center: final report
, 2011, 2.
11
“The Comprehensive Peace Agreement between The Government of The Republic of Sudan and the Sudan People’s Liberation Movement Sudan Peoples’s Liberation Army”.
12
Daniel Large, “Chinas Sudan Engagement: Changing Northern and Southern Political Trajector
ies in Peace and War”, The China Quarterly, 199:610-626, 2009, tersedia di http:journals.cambridge.orgactiondisplayAbstract?fromPage=onlineaid=6166272fileId=S03057
41009990129 ; internet; diunduh pada 27 Maret 2014.
Fokus penulisan ini akan meneliti bagaimana dukungan yang dilakukan oleh Amerika Serikat atas upaya Sudan Selatan dalam melakukan referendum dan
merdeka dari Sudan. Alasan mengapa mengambil penelitian ini karena Amerika Serikat banyak mengeluarkan respon serta kebijakan sejak Sudan Utara dan Selatan
mengalami konflik hingga akhirnya Sudan Selatan melakukan referendum. Tahun 2011 dipilih karena menjadi tahun bagi Sudan Selatan melangsungkan referendum
dan menjadi negara merdeka. Jadi penelitian skripisi ini akan berjudul “KEBIJAKAN
AMERIKA SERIKAT DALAM MENDUKUNG KEMERDEKAAN SUDAN SELATAN TAHUN 2011
”. B.
Pertanyaan penelitian
Mengapa Amerika Serikat mendukung upaya kemerdekaan Sudan Selatan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui latar belakang Amerika Serikat dalam berperan dalam proses
referendum Sudan Selatan 2.
Dapat menerapkan teori yang telah dipelajari selama kuliah. 3.
Mengetahui kepentingan Amerika Serikat atas perannya dalam perannya pada proses referendum Sudan Selatan.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Diharapkan menjadi sarana referensi dan informasi bagi studi Hubungan
Internasional, khususnya bagi yang ingin mengkaji lebih jauh peran Amerika Serikat dalam proses referendum Sudan
2. Diharapkan menjadi media informasi, media ilmu dan pemahaman serta
wawasan bagi para pembaca untuk mengetahui peran Amerika Serikat dalam proses referendum Sudan
3. Menjadi masukan bagi para pembuat kebijakan, dan referensi bagi para
peneliti.
D. Tinjauan Pustaka
Ketika membahas konflik di Sudan seperti tidak ada habisnya. Konflik yang dimulai dari masalah konflik etnis ini berlangsung sudah sejak lama, yaitu sejak
tahun 1955, seperti Perang Sipil Pertama dan perang sipil kedua pada tahun 2004. Banyak litetarur yang telah membahas konflik ini. Beberapa penulisan berikut
merupakan tema tulisannya sama dengan penulis. Tulisan yang pertama yaitu, dalam jurnal online yang ditulis oleh Astrid
Ezhara Sinaga dalam eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013:667-678
dari Universitas
Mulawarman http:fisip-
unmul.ac.idmainindex.phpid dengan judul
“Keberadaan China dalam Penyelesaian Konflik Sudan-
Sudan Selatan” yang membahas keterlibatan Tiongkok dalam menyelesaikan konflik di Sudan dengan melihat faktor-faktor yang melatarbelakangi
Tiongkok berperan dalam penyelesaian konflik tersebut.
13
Dalam analisanya, Astrid menyatakan bahwa Tiongkok merupakan negara yang berperan cukup signifikan.
Sebelum kedua negara ini berpisah, Tiongkok sudah menjalin hubungan yang baik dengan negara ini. Tiongkok juga menjalin hubungan yang baik dengan
pemimpin Sudan, yaitu Omar Al-Bashir yang ketika konflik Darfur terjadi dituduh melakukan kejahatan genosida. Tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi hubungan
Tiongkok dengan Sudan. Tiongkok juga menjalin hubungan yang baik dengan pemimpin Sudan Selatan, Salva Kiir.
Menurut Astrid, upaya penyelesaian Tiongkok dalam konflik Sudan ini tidak terlepas dari kepentingan Tiongkok di Sudan, yaitu Tiongkok merupakan mitra lama
bagi Sudan dan menempati posisi pertama sebagai negara pengimport minyak dari Sudan hingga 66. Tiongkok menjalin hubungan yang baik dengan Sudan karena
adanya perusahaan Tiongkok yang berinventasi di Sudan, yaitu China National Petroleum Corporation
CNPC yang merupakan investor asing terbesar di Sudan. Selanjutnya, dalam artikel jurnal kedua yang ditulis oleh
Daniel Large pada jurnal The China Quarterly
Volume 199 pada tahun 2009 dengan judul “China’s Sudan
Engagement: Changing Northern and Southern Political Trajectories in Peace and War”.
14
Daniel Large pada tulisannya melihat bahwa Tiongkok telah mengembangkan perannya di Sudan selama perang kedua berlangsung, yaitu dua
13
Astrid Ezhara, “Keberadaan China dalam penyelesaian konflik Sudan- Sudan Selatan”, Universitas Mulawarman
2013 tersedia di http:fisip-unmul.ac.idmainindex.phpid
diakses pada Desember 2013.
14
Large, “Chinas Sudan Engagement: Changing Northern and Southern Political Trajectories in Peace and War”.
dekade. Tiongkok yang memainkan sejumlah peran dalam upaya menstabilkan Sudan yang sedang mengalami konflik, telah mengantisipasi terjadinya konflik yang lebih
luas karena akan berdampak pada perusahaan minyak yang dimiliki Tiongkok di Sudan. Selain Tiongkok merupakan mitra lama Sudan, Tiongkok juga mulai
mengembangkan hubungan baru dengan pemerintah semi-otonomi Sudan Selatan untuk kepentingan politik masa depan. Daniel Large mengatakan bahwa pendekatan
hubungan baru dengan calon negara baru tersebut merupakan langkah yang strategis untuk kepentingan Tiongkok untuk kepentingan ekonomi serta politik di masa yang
akan datang. Tulisan ketiga yaitu dari Fierda Milasari Rahmawati dalam skripsinya yang
berjudul “Peacekeeping Operation PBB pada Konflik Darfur Tahun 2004-2008” untuk mendapatkan gelar Sarjana Sosial di Universitas Indonesia.
15
Fierda mengatakan dalam tulisannya yaitu upaya yang dilakukan oleh PBB untuk meredakan
konflik di Darfur yang dilakukan antara tahun 2004 hingga tahun 2008. Dalam analisisnya, bahwa PBB dalam operasi peacekeeping pada konflik Sudan, yaitu PBB
sebagai pihak ketiga yang mengintervensi konflik dengan melakukan peacekeeping operation
serta bekerjasama dengan Uni Afrika. Fierda juga menyinggung sedikit tentang upaya Uni Afrika dalam konflik
Darfur, tetapi itu sebagai pelengkap tulisannya saja. Penelitian Fierda menyarankan bahwa PBB sebaiknya menyusun mandat peacekeeping operation secara menyeluruh
15
Fierda Milasari Rahmawati, “Peacekeeping Operation PBB pada Konflik Darfur Tahun 2004-
2008”, Universitas Indonesia, 2009