Opini Publik: Protes Kelompok Kristen Evangelis Amerika Serikat

alasan Amerika Serikat melakukan intervensi adalah karena faktor dari masyarakat yang dominan setuju dengan kebijakan tersebut.

b. Pembangunan Ekonomi: Kebutuhan Energi Minyak Amerika Serikat

Dalam melakukan pembangunan ekonomi, pembuat kebijakan akan melihat industri sebagai acuan untuk membuat suatu kebijakan. Menurut pandangan Rosenau, suatu negara indusrti memiliki kebutuhan yang berbeda, mereka perlu mengimpor berbagai jenis komoditas untuk mempertahankan hubungan moneternya dengan mitra dagang mereka. 136 Dalam hal ini, Amerika Serikat sebagai negara dengan industri maju memiliki prinsip ekonomi bebas dengan melakukan kegiatan impor dan ekspor untuk selalu mempertahankan hubungan baik dengan partner berdagangnya. Hal ini dapat dilihat bahwa Amerika Serikat tetap mempertahankan hubungan baiknya dengan Sudan, walaupun Sudan telah diembargo oleh Amerika Serikat karena kasus terorisme dan berlanjut dengan sanksi ekonomi pada tahun 2005 atas bencana kemanusiaan yang terjadi di Darfur. 137 Dalam bidang energi, Amerika Serikat sebagai negara industri yang banyak membutuhkan energi minyak, juga berupaya untuk menjamin keamanan energi di luar Timur Tengah, salah satunya di Sudan yang letaknya di Afrika bagian Utara. 136 Rosenau dan Thompson. World Politics, 20. 137 Resolusi 1593 April 2005 yang memberikan sanksi tambahan untuk Sudan, antara lain embargo senjata bagi Pemerintah Sudan dan larangan pesawat Pemerintah Sudan melakukan operasi militer dan mengharuskan Pemerintah Sudan untuk melapor pada DK-PBB jika ingin mengirimkan peralatan militer ke wilayah Darfur. Resolusi juga menyangkut pengajuan tersangka pelanggar HAM ke Mahkamah Internasional. Dalam Abdul Hadi Adnan, Penyelesaian Masalah Sudan Selatan dan Krisis di Darfur, UNPAS 6 Mei 2006, 6-7. Usaha yang dilakukan Amerika Serikat diupayakan melalui Sudan Caucus dengan mengkampanyekan “Save Darfur” sebagai platform kemanusiaan untuk intervensi pada konflik Sudan. 138 Kehadiran Amerika Serikat pada kepentingan Minyak sudah dilakukan sejak 1980-an ketika perusahaan Chevron masih berdiri di Sudan. Kini ketika perusahaan Amerika Serikat di Sudan digantikan dengan perusahaan minyak Tiongkok, Malaysia, dan India, maka Amerika Serikat kembali melakukan pendekatan dengan mendukung pemberontak di Sudan Selatan. 139 Dikatakan juga oleh Rosenau, bahwa tingkat pembangunan ekonomi dapat beroperasi sebagai variable untuk melaksanakan rencana kebijakan luar negeri. Semakin suatu negara berkembang, semakin besar pula GNP yang mungkin akan ditujukan untuk keperluan eksternal, seperti, untuk usaha militer, bantuan ekonomi, atau komitmen diplomatik yang luas. Semakin besar tingkat perkembangan ekonomi, semakin besar tingkat masyarakat dan sumber daya manusia suatu masyarakat untuk menjadi penentu penting dalam keberhasilan usaha yang akan dicapai. 140 Dalam kaitannya dengan kasus ini, kita dapat melihat bahwa Amerika Serikat sebagai negara maju yang mempunyai ekonomi yang kuat berusaha membuat kebijakan luar negeri dengan memberikan bantuan ekonomi untuk krisis 138 David William Pear, “Africa: South Sudan, Oil and War”, Januari 2014, tersedia di http:therealnews.comt2componentcontentarticle170-more-blog-posts-from-david-william- pear1911-africa-south-sudan-oil-and-war diakses pada 5 September 2014. 139 Jonathan Jacobs, “Sudan Selatan dan US National Interest”, tersedia di http:thinkafricapress.comsouth-sudanoil-us-south-sudan-secession diakses pada 27 Agustus 2014. 140 Rosenau dan Thompson. World Politics: an Introduction, 21. kemanusiaan di Sudan Selatan. Kepentingan akan minyak juga disampaikan oleh Hillary Clinton. Dalam pidatonya, Hillary mengatakan langsung bahwa keterbukaan bisnis minyak di Sudan Selatan terbuka untuk siapapun. 141 Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kepentingan terhadap ketertarikan akan minyak di balik dukungan Amerika Serikat terhadap Sudan Selatan. Selain mendukung Sudan Selatan mendapatkan kemerdekaannya, Amerika Serikat mempunyai kepentingan strategis di Sudan Selatan. Amerika Serikat banyak mempunyai pengaruh dengan mengusulkan pipa minyak alternatif yang berada di Sudan Selatan untuk melewati Kenya menuju Samudera Hindia karena pipa alternatif tidak akan bisa melewati Laut Merah yang berada di Sudan. 142

2. Faktor Eksternal

a. Great power Structure: Balance of Power Tiongkok di Sudan

Dalam great power structure, Rosenau membagi atas tiga tingkatan yaitu Balance of power, Tight Bipolar, dan A loose bipolar. Dalam kasus ini, sikap Amerika Serikat dapat dikaitkan dengan Balance of Power atas adanya Tiongkok yang telah lama menjalin kerjasama dengan Sudan. Balance of power setelah Perang Dingin mengalami perubahan, kini beberapa negara memiliki pengaruh dalam sistem internasional, di antaranya adalah Tiongkok, Jerman, Jepang, Rusia, dan India. Hubungan tersebut juga ditandai bahwa hubungan 141 Jonathan Jacobs, “Sudan Selatan dan US National Interest”. 142 Pear, “Africa: South Sudan, Oil and War”, http:therealnews.comt2componentcontentarticle170-more-blog-posts-from-david-william- pear1911-africa-south-sudan-oil-and-war . yang terjadi semakin rumit karena adanya berbagai macam aliansi keamanan yang tumpang tindih dengan kepentingan ekonomi. Kekuatan non-barat semakin mengemuka baik melalui kebangkitan ekonomi maupun solidaritas ideologi. 143 Power suatu negara berbeda dengan negara lain, karena ditentukan oleh bagaimana peran yang dimiliki oleh negara tersebut. Kapabilitas tersebut dapat diperlihatkan oleh kekayaan alam yang dimiliki, besar wilayah, atau pendapatan negara tersebut. Tiongkok merupakan negara terbesar keempat di dunia. Pendapatan ekonomi yang berkembang pesat membuat Tiongkok menjadi negara emerging power yang mempunyai kekuatan yang dapat menyaingi Amerika Serikat. 144 Tiongkok kini memiliki kekuatan yang hampir setara dengan Jepang dan Amerika Serikat. Hal tersebut dikarenakan Tiongkok memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat hingga industri mereka mengalami kemajuan. Untuk mempertahankan pertumbuhan tersebut, Tiongkok memerlukan banyak sumber daya minyak untuk negaranya. Hal tersebut membuat Tiongkok banyak menimpor dari kawasan Arab dan Afrika. Salah satunya adalah Sudan yang menjadi mitra utama bagi Tiongkok. 145 Tiongkok memiliki investasi besar di Sudan dalam bidang minyak, sebesar US6 miliar telah diberikan kepada Sudan. Dari hasil 500.000 barel minyak, 143 Iva Rachmawati, Memahami perkembangan Studi Hubungan Internasional, Aswaja Presindo, Yogyakarta: 2012, 47. 144 Marijke Breuning, Foreign policy analisys a comaparative introduction, Palgrave Macmillan, 1957, 142. 145 Maria Josephina Ruth Kezia Saudale, “Geopolitics China di Afrika: Perpanjangan Pengaruh China di Afrika Melalui Minyak”, Universitas Airlangga, tersedia di http:maria-j-r- fisip10.web.unair.ac.idartikel_detail-83030-Umum-China20dan20Afrika.html diakses pada 27 November 2014.