Perang Sipil Pertama 1955 -1972

menjadi hukum Islam. Hal ini menimbulkan keresahan dan ketakutan bagi penduduk Sudan karena tidak semua penduduk Sudan beragama Islam, terutama di wilayah Selatan . 52 Kebijakan yang ingin diterapkan oleh Presiden Nimeiry membuat Sudan diberikan sanksi oleh PBB yang didukung oleh Amerika Serikat. Embargo ekonomi ini mengakibatkan Sudan harus bersikap mandiri karena tidak ada bantuan international. Dalam keadaan diembargo, Sudan terus berusaha bertahan dengan kemandiriannya dalam sektor pertanian dan pengembangan teknologi negaranya. 53 Keterpurukan Sudan dari embargo diperparah oleh musim kemarau panjang yang melanda Sudan hingga masyarakat Sudan mengalami kekeringan serta kelaparan. Akibat kebijakan Presiden Nimery tersebut membuat masyarakat Sudan bagian Selatan geram hingga Sudan kembali terjatuh dalam penyebab konflik dengan pola yang sama. Perang Kedua pecah pada tahun 1983 ketika pemerintah Sudan mencabut otonomi Selatan dan berusaha untuk menerapkan Hukum Syariah Islam di seluruh negeri. 54 Tidak lama berlangsung, kekuasaan Presiden Nimeiry digulingkan hingga wilayah Utara mengalami ketidakstabilan. Konflik semakin menjadi dengan adanya kudeta tahun 1993 oleh pemerintahan sipil di bawah aliansi kekuasaan Omar Al- Bashir sebagai pemimpin militer dan kelompok Islam ekstrimis. 55 52 Marina ottaway and Mai El- Sadany, “Sudan: From Conflict To Conflict”, May 2012, 5. 53 Wawancara pada tanggal 7 September, terdapat pada lampiran 1. 54 “The United States and South Sudan: A Relationship Under Pressure”. 55 “The United States and South Sudan: A Relationship Under Pressure”. Selain karena kebijakan baru mengenai hukum Islam yang ingin diterapkan di seluruh Sudan, penyebab perang kali ini lebih kompleks. Hal itu dikarenakan meningkatnya kompetisi untuk mengontrol sumber minyak di pusat negara yang baru ditemukan serta adanya perubahan kerjasama pada perusahaan minyak milik barat yang menolak kebijakan Sudan, sehingga Sudan beralih menjalin kerjasama dengan pada Tiongkok, Malaysia, serta India. 56 Perang sipil pertama di Sudan dapat mereda karena besarnya tekanan dari pemerintah. Hal ini juga dikarenakan adanya perjanjian yang mengikat pihak Selatan untuk tidak menyerang pemerintahan kembali di kemudian hari. Namun pada Perang Sipil Kedua di Sudan, terdapat banyak faktor hingga konflik ini sulit untuk diatasi. Kondisi ini terus berlangsung hingga ke wilayah Darfur, yaitu bagian barat Sudan. Penjelasan perang di Darfur akan dibahas pada subbab berikut ini:

1. Perang Darfur Tahun 2003

Darfur merupakan daerah di Sudan tepatnya di sebelah barat dekat dengan perbatasan Afrika Tengah dan Chad. Di Darfur, masyarakatnya sangat beragam dengan lebih dari 30 kelompok etnis yang berkebangsaan Afrika dan Arab. Suku asli di Darfur adalah Fur, Masalit, Daju, Zaghwa, dan Berti. Penduduk di Darfur didominasi oleh populasi muslim dari berbagai macam etnis. 57 Banyak penduduk Darfur yang beragama Islam dan beretnis Arab mendiami wilayah Utara Darfur, sedangkan Selatan dihuni oleh petani Afrika. 56 Ottaway and Sadany, Sudan, 6. 57 Tim Youngs, “Sudan: Conflict in Darfur”, 7. Masyarakat Darfur banyak didiami orang Muslim Arab yang menikah dengan pribumi Darfur berbangsa Afrika, akibatnya orang Darfur didominasi orang berkulit hitam Arab-Afrika. Sejak bangsa Arab datang ke Darfur pada abad ke-18, hubungan mereka dengan suku pribumi terjalin tanpa perselisihan. Jika terjadi perselisihan pun akan langsung diselesaikan melalui mediasi dengan pemimpin lokal. Di Darfur sejak dulu hidup banyak dinasti yang menjadikan Darfur semakin makmur dengan tanah yang subur karena letaknya dekat dengan Gunung Jabal Marra. Darfur memulai konflik internal ketika abad ke-19 karena tidak adanya penegak hukum, sedangkan Darfur menjadi tempat perdagangan yang besar saat itu. 58 Salah satu konflik yang tidak dapat dihindari oleh Darfur adalah sejak Inggris meyerahkan seluruh jajahannya kepada pemerintah yang berpusat di Utara dan hanya mengembangkan tanah subur di Utara serta mengabaikan daerah selatan dan Darfur yang berada di Barat. Akibat adanya ketimpangan oleh pemerintahan, mengharuskan mereka harus berkonflik menuntut hak atas kejengahan yang mereka alami. Hal ini diperparah ketika Sudan menemukan lahan minyak baru yang pengolahannya dimonopoli serta adanya pemaksaan hukum Islam yang ingin diterapkan di Sudan. 59 Hal lain diperparah dengan adanya pangkalan militer Libya di Darfur untuk Perang Islam di Chad dalam perang Arab-Fur yang terjadi pada tahun 1987-1989. Dari perang tersebut, membuat Darfur dibanjiri oleh senjata. Akibatnya, ribuan 58 Gerard Prunier, Darfur: the Ambiguous Genocide London: C. HurstCo, 2005, 8. 59 Prunier, Darfur, 42-47.