40
meyakini bahwa hipotesa agenda setting tentang fungsi media terbukti - terdapat korelasi yang hampir sempurna antara prioritas agenda media dan
prioritas agenda publik. Asumsi dasar teori agenda seting adalah bahwa jika media itu akan mempengarhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi,
apa yang dianggap penting bagi media, maka penting juga bagi masyarakat. Oleh karena itu apabila media memberi perhatian kepada isu-isu tertentu dan
yang mengabaikan yang lainnya, akan mempengaruhi pendapat umum.
44
Mc Combs dan Shaw mengatakan pula, bahwa audiense tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi juga
mempelajari seberapa besar arti penting diberikan kepada suatu isu atau topik.
45
Sebagai contoh:seseorang membaca sebuah artikel pada surat kabar tentang sebuah virus computer baru yang menghancurkan penyimpanan data
pada sebuah komputer pemerintah dan sebuah perbincangan ambigu mengarah kepada pengertian virus beberapa menit kemudian, orang akan lebih berfikir
virus sebagai program komputer yang daripada sebuah organisme mikroskopis.
46
E. Representasi Media dari Dunia Sosial
David Croteau dan William Hoynes dalam MediaSociety: Industries, Images, and Audiences: Second Edition, 2000: 194-196 mengatakan bahwa
entertainment dan media berita tidak selalu merefleksikan dunia nyata.
44
Ibid h 260
45
Ibid h. 261
46
Ibid h. 261
41
Dengan ketidaksamaan
itu, konten
media memang
menunjukkan ketidaksamaan yang nyata dalam dunia sosial dan dalam industri media.
Literatur pada media dan studi kebudayaan mengingatkan kita bahwa representasi pada media adalah tidak nyata, bahkan pada saat audiens
memutuskan. Repesentasi Bahkan yang memproduksi kenyataan seperti film
dokumenter sebagai hasil dari proses seleksi yang artinya bahwa aspek
tertentu diutamakan dan aspek lainnya diabaikan. Media biasanya tidak mencoba untuk merefleksikan dunia nyata. Representasi merupakan produk
dari proses seleksi yang mengakibatkan ada sejumlah aspek dari realitas yang ditonjolkan serta ada sejumlah aspek lain yang sengaja dilenyapkan. Ini berarti
seluruh representasi merupakan penghadiran kembali dunia sosial yang memiliki akibat bahwa hasil dari representasi itu pastilah bersifat sempit dan
tidak lengkap.
47
Pertama, representasi merupakan produk dari proses seleksi yang mengakibatkan ada sejumlah aspek dari realitas yang ditonjolkan serta ada
sejumlah aspek lain yang sengaja dilenyapkan. Ini berarti seluruh representasi merupakan penghadiran kembali dunia sosial yang memiliki implikasi bahwa
hasil dari representasi itu pastilah bersifat sempit dan tidak lengkap. Kedua, media biasanya tidak sudi mencoba untuk merefleksikan dunia riil yang serba
nyata. Ini disebabkan adanya keterbatasan atau bahkan mungkin juga pembatasan waktu dan intervensi berbagai sumber daya finansial, misalnya kemampuan
jurnalis dalam melakukan liputan, atau juga ketertutupan narasumber pemberitaan, dan juga campur tangan pemilik modal dalam kebijakan
47
David Croteau, Wiliam Hoynes, MediaSociety:Industries, Images, and Audiences pine Foge Press, 1997 h 133-135,
194-196