26
dengan cara hedging dan metode mitigasi risiko lainnya seperti penerbitan garansi, sekuritisasi aset dan credit derivatives, serta penambahan modal
bank untuk menyerap potensi kerugian.
14
e. Pengawasan dan Pengendalian Risiko
Keseluruhan proses manajemen risiko harus terus disempurnakan karena sistem dan lingkungan secara dinamis selalu menimbulkan
perubahan. Pengawasan dilakukan untuk melihat kemungkinan penyempurnaan tahapan analisis risiko yang diakibatkan oleh perubahan
lingkungan. Langkah tersebut dilanjutkan dengan penambahan serta penyempurnaan perencanaan risiko perusahaan.
15
C. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Secara harafiah, pembiayaan financing atau marhun bih diartikan sebagai dana rahn, yaitu dana yang diperoleh rahin nasabah setelah aplikasi
rahn-nya diterima oleh pihak murtahin bank, dengan syarat setelah ada penyerahan marhun jaminan kepada pihak murtahin.
16
14
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management: Teori, Konsep, dan Aplikasi Panduan Praktis Untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan Mahasiswa,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, h. 800.
15
Fahmi Basyaib, Manajemen Risiko, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, h. 5.
16
Bank Indonesia, Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah, Jakarta: Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2006, h. 39.
27
Secara istilah, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
17
2. Unsur-unsur Pembiayaan
18
Pembiayaan pada dasarnya diberikan atas dasar kepercayaan. Dengan demikian, pemberian pembiayaan adalah pemberian kepercayaan. Hal ini
berarti prestasi yang diberikan benar-benar harus diyakini dapat dikembalikan oleh penerima pembiayaan sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang telah
disepakati bersama. Berdasarkan hal tersebut, maka unsur-unsur dalam pembiayaan adalah:
a. Adanya 2 pihak, yaitu pemberi pembiayaan shahibul maal dan penerima
pembiayaan mudharib. Hubungan keduanya merupakan kerjasama yang saling menguntungkan, yang diartikan pula sebagai kehidupan tolong-
menolong. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al Maidah [5] ayat 2:
17
Ahmad Kamil dan M.Fauzan, Kitab Undang-undang Hukum Perbankan dan Ekonomi Syariah, Jakarta: Kencana, 2007, h. 31-32.
18
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management: Teori, Konsep, dan Aplikasi Panduan Praktis Untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan Mahasiswa,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, h. 4-5.
28
⌧ “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertakwalah kamu kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
b. Adanya kepercayaan shahibul maal kepada mudharib yang didasarkan
atas prestasi dan potensi mudharib. c.
Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak mudharib kepada pihak shahibul maal untuk berjanji membayar. Perjanjian tersebut dapat berupa
janji lisan, tertulis akad pembiayaan, atau berupa instrumen credit instrument. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al Baqarah [2]
ayat 282:
⌧ ☺
☺ ☺
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,
hendaklah kamu menuliskannya, dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar, dan janganlah penulis
enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan apa yang akan ditulis itu, dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah, Tuhannya.”
29
d. Adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari shahibul maal kepada
mudharib. e.
Adanya unsur waktu time element. Unsur waktu merupakan unsur esensial pembiayaan. Pembiayaan terjadi karena unsur waktu, baik dilihat
dari sisi shahibul maal maupun dari sisi mudharib. f.
Adanya unsur risiko degree of risk di kedua belah pihak. Risiko di pihak shahibul maal adalah risiko gagal bayar risk of default, baik karena
kegagalan usaha pinjaman produktif maupun ketidakmampuan membayar pinjaman konsumtif atau karena ketidaksediaan membayar.
Risiko di pihak mudharib adalah kecurangan dari pihak pemberi pembiayaan, antara lain berupa shahibul maal yang bermaksud
mencaplok perusahaan yang diberi pembiayaan atau tanah yang dijaminkan.
3. Tujuan Pembiayaan