Baradero 2006 Suzannec 2001 yang mengatakan bahwa dysmenorrhea itu timbul pada rentang usia 15-25 tahun, kemudian berkurang dengan bertambahnya
usia dan wanita yang telah melahirkan. Berdasarkan sifat nyeri yang dirasakan responden didapatkan bahwa
sebagian besar responden mengalami nyeri yang hilang timbul dan hanya sedikit responden yang merasakan nyeri menetap. Hasil ini sesuai dengan penjelasan
yang dikemukakan oleh Kasdu 2005 tentang sifat nyeri dysmenorrhea yang hilang timbul. Hanya saja Kasdu 2005 menggambarkan gejala dysmenorrhea
yang dirasakan wanita yaitu nyeri yang dirasakan sebagai kram yang hilang- timbul.
2.1 Karakteristik Gejala Dysmenorrhea dan Aktivitas Belajar Mahasiswi
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 42 orang mahasiswi S1 Keperawatan kelas Ekstensi Fakultas Keperawatan USU menunjukkan bahwa
karakteristik gejala dysmenorrhea yang paling banyak dialami adalah sedang dan ringan, sedangkan dysmenorrhea berat hanya sedikit. Menurut Manuaba dkk
2006 bahwa dysmenorrhea adalah rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Jones 2001
menyebutkan bahwa derajat nyeri yang dirasakan adalah 75 wanita yang mengalami dysmenorrhea adalah dengan intensitas ringan atau sedang, 10-25
mengalami intensitas nyeri berat. Dysmenorrhea yang dialami wanita dengan intensitas nyeri berat disertai mual, muntah, dan diare, bahkan juga dapat
membuat wanita tidak berdaya sehingga mengganggu aktivitas kerja dan aktivitas sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
Aktivitas belajar dipengaruhi juga oleh aspek fisiologis yaitu aspek yang berkaitan dengan kondisi umum jasmani yang menandai tingkat kebugaran, dan
dapat mempengaruhi semangat dan intensitas mahasiswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh mahasiswa juga sangat mempengaruhi kemampuan
mahasiswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas Suryabrata, 2002.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswi yang mengalami dysmenorrhea aktivitas belajarnya yang paling banyak adalah terganggu dan
sangat terganggu, sedangkan aktivitas belajar mahasiswi yang tidak terganggu akibat dysmenorrhea yang dialami hanya sedikit. Varney 2004 menyebutkan
bahwa dampak dari dysmenorrhea itu 15 dari wanita yang mengalami membatasi aktivitas harian ketika haid dan membutuhkan obat-obatan penangkal
nyeri, 8-10 tidak mengikuti atau masuk sekolahkuliah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati pada tahun 2008 terhadap pelajar di Surakarta yang
mendapatkan bahwa sebanyak 52 pelajar tidak dapat melakukan aktivitas harian dengan baik selama menstruasi.
2.2 Analisa Pengaruh Karakteistik Gejala Dysmenorrhea Terhadap Aktivitas Belajar mahasiswi