Karakteristik Gejala Dysmenorrhea dan Pengaruhnya Terhadap Aktivitas Belajar Mahasiswi S1 Keperawatan Kelas Ekstensi di Fakultas Keperawatan USU

(1)

KARAKTERISTIK GEJALA DYSMENORRHEA DAN

PENGARUHNYA TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR

MAHASISWI S1 KEPERAWATAN KELAS EKSTENSI

DI FAKULTAS KEPERAWATAN

USU

SKRIPSI

Oleh Desni Roza

091121051

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini. Skripsi penelitian disusun dengan tujuan untuk memenuhi penyelesaian tugas akhir dengan judul “Karakteristik Gejala Dysmenorrhea dan Pengaruhya Terhadap Aktivitas Belajar Mahasiswi S1 Keperawatan Kelas Ekstensi di Fakultas Keperawatan USU”.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian proposal ini, sebagai berikut:

1. dr. Dedi Adinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati S.Kp, MNS, pembantu Dekan I dan sekaligus dosen pembimbing 1 yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini .

3. Bapak Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes sebagai dosen pembimbing 2 yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini . 4. Ibu Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, S.Mat sebagai dosen penguji 5. Seluruh dosen Fakultas Keperawatan USU yang lainnya, yang ikut serta

dalam membantu saya dalam skripsi penelitian ini.

6. Kepada kedua orang tua, kakak dan adek saya yang ikut memberikan supor dan dukungannya dan terima kasih atas segala pengorbanan dan perjuangan kalian, yang telah menjadi motivasi dan dorongan kuat


(4)

dalam menggapai kesuksesan ananda, kasih sayang dan doa yang selalu menyertai dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada teman-teman kuliah saya di Keperawatan yang ikut membantu dalam penyelesaikan skripsi penelitian ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Keperawatan dan pihak-pihak yang membutuhkan. Penulis sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik di masa yang akan datang

Medan, Januari 2011


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Judul ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Gambar ... vii

Daftar Tabel ... viii

Abstrak ... ix

Bab 1. Pendahuluan 1. Latar Belakang ... 1

2. Perumusan Masalah ... 3

3. Hipotesa Penelitian ... 3

4. Tujuan Penelitian ... 3

5. Manfaat Penelitian ... 4

Bab 2. Tinjauan Pustaka 1. Siklus Menstruasi ... 5

1.1 Pengertian ... 5

1.2 Fisiologis Siklus Menstruasi ... 5

1.3 Bagian-bagian siklus Menstruasi ... 7

1.4 Faktor-faktor yang Berperan dalam Siklus Menstruasi ... 10

2. Dysmenorrhea ... 12

2.1 Pengertian ... 12

2.2 Patofisiologis Dysmenorrhea ... 12

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dysmenorrhea ... 13

2.4 Faktor Resiko Dysmenorrhea ... 15

2.5 Gejala Dysmenorrhea ... 15

2.6 Klasifikasi dan Karakteristik Gejala Dysmenorrhea ... 16

2.7 Terapi dan Penatalaksanaan Medik ... 18

3. Aktivitas Belajar ... 20

3.1 Pengertian Aktivitas Belajar ... 20

3.2 Klasifikasi Aktivitas Belajar ... 21

3.3 Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar ... 22

3.4 Tahap-tahap dalam Proses Aktivitas Belajar ... 24

Bab 3. Kerangka Konseptual 1. Kerangka Konsep ... 26

2. Defenisi Operasional ... 28

Bab 4. Metodologi Penelitian 1. Desain Penelitian ... 29


(6)

4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 30

5. Instrumen Penelitian dan Pengukuran Validitas-reliabilitas ... 31

6. Pengumpulan Data ... 34

7. Analisa Data ... 34

Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian ... 37

2. Pembahasan ... 40

Bab 6 . Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan ... 45

2. Saran ... 45

Daftar Pustaka ... 47

Lampiran-lampiran 1.. Formulir Persetujuan Peserta Penelitian ... 50

2.. Instrumen Penelitian ... 51

3.. Daftar Riwayat Hidup ... 55

4.. Data Hasil SPSS Penelitian ... 56


(7)

DAFTAR GAMBAR


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 28 Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik demografi dan

status obstetri responden ... 38 Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik gejala

dysmenorrhea dan aktivitas belajar mahasiswi ... 39 Tabel 4. Analisa karakteristik gejala dysmenorrhea dan pengaruhnya Terhadap aktivitas belajar mahasiswi ... 40


(9)

Judul : Karakteristik Gejala Dysmenorrhea dan Pengaruhnya Terhadap Aktivitas Belajar Mahasiswi S1 Keperawatan Kelas Ekstensi di Fakultas Keperawatan USU

Nama Mahasiswa : Desni Roza NIM : 091121051

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011

ABSTRAK

Dysmenorrhea adalah nyeri saat menstruasi yang terjadi pada perut bagian bawah yang terasa seperti kram yang dimulai saat menstruasi datang sehingga dapat menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari. Wanita yang mengalami dysmenorrhea mempunyai tingkat gejala nyeri yang berbeda-beda pada setiap wanita yang mengalaminya mulai dari gejala nyeri dysmenorrhea ringan sampai berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik gejala dysmenorrhea dan pengaruh terhadap aktifitas belajar mahasiswi S1 keperawatan kelas ekstensi di Fakultas Keperawatan USU. Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu total sampling dengan jumlah responden 42 orang. Pengumpulan data dimulai dari bulan Juli-Agustus 2010 di Fakultas Keperawatan USU.

Data diperoleh dengan membagikan lembar kuesioner kepada 42 orang responden. Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa karakteristik gejala dysmenorrhea yang dialami responden yang paling besar dysmenorrhea sedang sebanyak 23 orang (54,8%), sedangkan responden yang mengalami dysmenorrhea berat hanya 5 orang (11,9%). Untuk hasil penelitian terhadap aktivitas belajar responden yang mengalami dysmenorrhea dengan kriteria terbesar berada pada aktivitas belajar kategori terganggu sebanyak 30 orang (71,4%), sedangkan aktivitas belajar kategori tidak terganggu sedikit yaitu 2 orang (4,8%). Analisa pengaruh karakteristik gejala dysmenorrhea terhadap aktivitas belajar mahasiswi diuji dengan korelasi Spearman dengan hasil p value 0,816 (p>α) yang berarti tidak ada pengaruh kerakteristik gejala dysmenorrhea dengan aktivitas belajar mahasiswi. Perawat dan sebagai pendidik di Fakultas Keperawatan USU memahami bahwa dysmenorrhea yang dialami dapat juga mempengaruhi aktivitas belajar mahasiswi dan dapat mempertimbangkan kondisi mahasiswi yang sedang mengalami dysmenorrhea dalam proses belajar.


(10)

Judul : Karakteristik Gejala Dysmenorrhea dan Pengaruhnya Terhadap Aktivitas Belajar Mahasiswi S1 Keperawatan Kelas Ekstensi di Fakultas Keperawatan USU

Nama Mahasiswa : Desni Roza NIM : 091121051

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011

ABSTRAK

Dysmenorrhea adalah nyeri saat menstruasi yang terjadi pada perut bagian bawah yang terasa seperti kram yang dimulai saat menstruasi datang sehingga dapat menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari. Wanita yang mengalami dysmenorrhea mempunyai tingkat gejala nyeri yang berbeda-beda pada setiap wanita yang mengalaminya mulai dari gejala nyeri dysmenorrhea ringan sampai berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik gejala dysmenorrhea dan pengaruh terhadap aktifitas belajar mahasiswi S1 keperawatan kelas ekstensi di Fakultas Keperawatan USU. Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu total sampling dengan jumlah responden 42 orang. Pengumpulan data dimulai dari bulan Juli-Agustus 2010 di Fakultas Keperawatan USU.

Data diperoleh dengan membagikan lembar kuesioner kepada 42 orang responden. Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa karakteristik gejala dysmenorrhea yang dialami responden yang paling besar dysmenorrhea sedang sebanyak 23 orang (54,8%), sedangkan responden yang mengalami dysmenorrhea berat hanya 5 orang (11,9%). Untuk hasil penelitian terhadap aktivitas belajar responden yang mengalami dysmenorrhea dengan kriteria terbesar berada pada aktivitas belajar kategori terganggu sebanyak 30 orang (71,4%), sedangkan aktivitas belajar kategori tidak terganggu sedikit yaitu 2 orang (4,8%). Analisa pengaruh karakteristik gejala dysmenorrhea terhadap aktivitas belajar mahasiswi diuji dengan korelasi Spearman dengan hasil p value 0,816 (p>α) yang berarti tidak ada pengaruh kerakteristik gejala dysmenorrhea dengan aktivitas belajar mahasiswi. Perawat dan sebagai pendidik di Fakultas Keperawatan USU memahami bahwa dysmenorrhea yang dialami dapat juga mempengaruhi aktivitas belajar mahasiswi dan dapat mempertimbangkan kondisi mahasiswi yang sedang mengalami dysmenorrhea dalam proses belajar.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Menstruasi merupakan satu bagian dari perjalanan hidup wanita yang dimulai dari menarche sampai menopause. Siklus normal menstruasi lamanya bervariasi anatara 21-45 hari, dan lama periode keluarnya darah berkisar antara 3 sampai 7 hari (Smith, 2000). Menurut Walsh (1997) 60% wanita sekitar usia 15-44 tahun yang mengalami menstruasi mengeluhkan adanya gangguan pada saat menstruasi, salah satu diantaranya adalah dysmenorrhea. Suzannec (2001) mendeskripsikan dysmenorrhea sebagai nyeri saat menstruasi pada perut bagian bawah yang terasa seperti kram.

Berdasarkan derajat nyeri yang dirasakan sekitar 75% wanita yang mengalami dysmenorrhea dengan intensitas kram ringan atau sedang, tetapi pada 10-25% lagi mengalami nyeri berat yang disertai mual, muntah, dan diare yang dapat membuat penderita tidak berdaya sehingga mengganggu aktivitas kerja dan aktivitas sehari-hari (Jones, 2001 & Baradero, 2006).

Wanita yang mengalami dysmenorrhea pada saat menstruasi mempunyai lebih banyak hari libur kerja dan prestasinya kurang begitu baik di sekolah dibandingkan wanita yang tidak terkena dysmenorrhea. Di Amerika wanita diperkirakan kehilangan 1,7 juta hari kerja setiap bulan karena dysmenorrhea (Reeder, 1997).

Penelitian di Swedia yang dilakukan oleh Andersh, dkk (1982) menyatakan bahwa angka kejadian pada 72% dari 596 wanita usia 19-21 tahun menderita dysmenorrhea, sedangkan dampak dari dysmenorrhea itu 15% dari


(12)

mereka membatasi aktivitas harian ketika haid dan membutuhkan obat-obatan penangkal nyeri, 8-10% tidak mengikuti atau masuk sekolah/kuliah (Varney, 2004). Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Samsul et al. (1997) melaporkan bahwa angka kejadian dysmenorrhea pada pekerja wanita sebanyak 10% pekerja wanita mengalami sakit yang serius dan tidak boleh bekerja. Selain itu, penelitian Kurniawati (2008) melaporkan dampak dari dysmenorrhea pada pelajar di Surakarta sebanyak 52% pelajar tidak dapat melakukan aktivitas harian dengan baik selama menstruasi. Jika dysmenorrhea terjadi pada saat kuliah maka dampaknya akan mempengaruhi partisipasi mahasiswi terhadap angka kehadirannya dalam proses belajar mengajar.

Survai awal yang dilakukan peneliti di S1 keperawatan kelas ekstensi Fakultas Keperawatan USU pada minggu ketiga bulan April 2010 dengan jumlah mahasiswi kelas ekstensi yang masih aktif kuliah pada tahun ajaran 2009/2010 sejumlah 71 orang. Hasil survei awal penelitian dengan pemberian angket pada mahasiswi S1 keperawatan kelas ekstensi untuk menentukan jumlah mahasiwi yang mengalami dysmenorrhea didapatkan data sebanyak 59,15% (42 orang) yang mengalami dysmenorrhea. Maka dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang karakteristik gejala dysmenorrhea dan pengaruh terhadap aktivitas belajar mahasiswi di S1 keperawatan kelas ekstensi.


(13)

2. Rumusan Masalah

Masalah penelitian yang dirumuskan dalam penelitian adalah: “Bagaimanakah karakteristik gejala dysmenorrhea dan pengaruhnya terhadap aktivitas belajar mahasiswi S1 keperawatan kelas ekstensi di Fakultas Keperawatan USU?

3. Hipotesis

Hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah : karakteristik gejala dysmenorrhea mempengaruhi aktivitas belajar mahasiswi S1 keperawatan kelas ekstensi di Fakultas Keperawatan USU.

4. Tujuan Penelitian

4.1Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik gejala dysmenorrhea dan pengaruh terhadap aktifitas belajar mahasiswi S1 keperawatan kelas ekstensi di Fakultas Keperawatan USU.

4.2Tujuan Khusus

4.2.1 Untuk mengidentifikasi karakteristik gejala dysmenorrhea pada mahasiswi S1 keperawatan kelas ekstensi di Fakultas Keperawatan USU.

4.2.2 Untuk mengidentifikasi aktivitas belajar mahasiswi S1 keperawatan kelas ekstensi di Fakultas Keperawatan.


(14)

5. Manfaat Penelitian

5.1Bagi Praktek Keperawatan

Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam praktek keperawatan mengenai karakteristik gejala dysmenorrhea .

5.2Bagi Pendidikan Keperawatan

Sebagai bahan masukan dan informasi pada pengajar di Fakultas Keperawatan USU agar dapat mempertimbangkan kondisi mahasiswi yang sedang mengalami dysmenorrhea dalam proses belajar.

5.3 Bagi Penelitian Selanjutnya

Sebagai informasi dasar sejauh mana pengaruh/dampak dysmenorrhea terhadap aktivitas belajar mahasiswi.


(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Siklus Menstruasi 1.1 Pengertian

Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Bobak, 2004).

Suzannec (2001), mendeskripsikan siklus menstruasi adalah proses kompleks yang mencakup reproduktif dan endokrin. Menurut Bobak (2004), Siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan.

1.2Fisiologis Siklus Menstruasi

Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi (Bobak, 2004).

Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan progesteron. Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium, yang mengandung ovum yang sedang berkembang dan oleh sel-sel yang mengelilinginya. Estrogen ovarium yang paling berpengaruh adalah estradiol.


(16)

Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pemeliharaan organ-organ reproduktif wanita dan karakteristik seksual sekunder yang berkaitan dengan wanita dewasa. Estrogen memainkan peranan penting dalam perkembangan payudara dan dalam perubahan siklus bulanan dalam uterus. Progesteron juga penting dalam mengatur perubahan yang terjadi dalam uterus selama siklus menstruasi. Progesteron merupakan hormon yang paling penting untuk menyiapkan endometrium yang merupakan membran mukosa yang melapisi uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi kehamilan sekresi progesteron berperan penting terhadap plasenta dan untuk mempertahankan kehamilan yang normal. Sedangkan endrogen juga dihasilkan oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon endrogen terlibat dalam perkembangan dini folikel dan juga mempengaruhi libido wanita (Suzannec, 2001).

Menstruasi disertai ovulasi terjadi selang beberapa bulan sampai 2-3 tahun setelah menarche yang berlangsung sekitar umur 17-18 tahun. Dengan memperhatikan komponen yang mengatur menstruasi dapat dikemungkakan bahwa setiap penyimpangan system akan terjadi penyimpangan pada patrum umun menstruasi. Pada umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari selama ±7 hari. Lama perdarahannya sekitas 3-5 hari dengan jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncak pendarahannya hari ke-2 atau 3 hal ini dapat dilihat dari jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Diikuti fase proliferasi sekitar 6-8 hari (Manuaba dkk, 2006).


(17)

1.3 Bagian-bagian Siklus Menstruasi

Menurut Bobak (2004), ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi, yaitu:

1.3.1 Siklus Endomentrium

Siklus endometrium menurut Bobak (2004), terdiri dari empat fase, yaitu :

a. Fase menstruasi

Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.

b. Fase proliferasi

Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.


(18)

c. Fase sekresi/luteal

Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.

d. Fase iskemi/premenstrual

Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.

1.3.2 Siklus Ovulasi

Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon). Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum


(19)

mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.

1.3.3 Siklus Hipofisis-hipotalamus

Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone (Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH). LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi.


(20)

Gambar 1. Siklus menstruasi

1.4 Faktor-faktor yang Berperan dalam Siklus Menstruasi

Menurut Praworohardjo (1999), ada beberapa faktor yang memegang peranan dalam siklus menstruasi antara lain:

1.4.1 Faktor enzim

Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen dan asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut berperan dalam


(21)

pembangunan endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian bawahnya. Pada pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, yang berakibat mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak permulaan fase proliferasi. Dengan demikian lebih banyak zat-zat makanan mengalir ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum apabila terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka dengan menurunnya kadar progesterone, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan, karena itu timbul gangguan dalam metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi endomentrium dan perdarahan.

1.4.2 Faktor vaskuler

Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena. Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom baik dari arteri maupun dari vena.

1.4.3 Faktor prostaglandin

Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2. dengan

desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.


(22)

2. Dysmenorrhea 2.1 Pengertian

Suzannec (2001) mendeskripsikan dysmenorrhea sebagai nyeri saat menstruasi pada perut bagian bawah yang terasa seperti kram. Menurut Manuaba dkk (2006) dysmenorrhea adalah rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Dysmenorrhea merupakan menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut bagian bawah dan punggung bawah yang terasa seperti kram (Varney, 2004).

2.2 Patofisiologis Dysmenorrhea

Dysmenorrhea terjadi pada saat fase pramenstruasi (sekresi). Pada fase ini terjadi peningkatan hormon prolaktin dan hormon estrogen. Sesuai dengan sifatnya, prolaktin dapat meningkatkan kontraksi uterus. Hormon yang juga terlibat dalam dysmenorrhea adalah hormon prostaglandin. Prostaglandin sangat terkait dengan infertilitas pada wanita, dysmenorrhea, hipertensi, preeklamsi-eklamsi, dan anafilaktik syok. Pada fase menstruasi prostaglandin meningkatkan respon miometrial yang menstimulasi hormon oksitosin. Dan hormon oksitosin ini juga mempunyai sifat meningkatkan kontraksi uterus. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dysmenorrhea sebagian besar akibat kontraksi uterus (Manuaba , 2006).


(23)

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dysmenorrhea

Menurut Prawirohardjo (1999), ada beberapa faktor diduga berperan dalam timbulnya dysmenorrhea yaitu:

2.3.1 Faktor psikis

Pada wanita yang secara emosional tidak stabil, dysmenorrhea primer mudah terjadi. Kondisi tubuh erat kaitannya dengan faktor psikis, faktor ini dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Seringkali segera setelah perkawinan dysmenorrhea hilang, dan jarang sekali dysmenorrhea menetap setelah melahirkan. Mungkin kedua keadaan tersebut (perkawinan dan melahirkan) membawa perubahan fisiologis pada genitalia maupun perubahan psikis. Disamping itu, psikoterapi terkadang mampu menghilangkan dysmenorrhea primer.

2.3.2 Vasopresin

Kadar vasopresin pada wanita dengan dysmenorrhea primer sangat tinggi dibandingkan dengan wanita tanpa dysmenorrhea. Pemberian vasopresin pada saat menstruasi menyebabkan meningkatnya kontraksi uterus, menurunnya aliran darah pada uterus, dan menimbulkan nyeri. Namun, peranan pasti vasopresin dalam mekanisme terjadinya dysmenorrhea masih belum jelas.

2.3.3 Prostaglandin

Penelitian pada beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa prostaglandin memegang peranan penting dalam terjadinya dysmenorrhea. Prostaglandin yang berperan di sini yaitu prostaglandin E2 (PGE2) dan F2α (PGF2α). Pelepasan prostaglandin di induksi oleh adanya lisis endometrium dan


(24)

rusaknya membran sel akibat pelepasan lisosim. Prostaglandin menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut-serabut saraf terminal rangsang nyeri. Kombinasi antara peningkatan kadar prostaglandin dan peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan tekanan intrauterus hingga 400 mmHg dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Selanjutnya, kontraksi miometrium yang disebabkan oleh prostaglandin akan mengurangi aliran darah, sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang mengakibatkan timbulnya nyeri spasmodik. Jika prostaglandin dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam peredaran darah, maka selain dysmenorrhea timbul pula diare, mual, dan muntah.

2.3.4 Faktor hormonal

Umumnya kejang atau kram yang terjadi pada dysmenorrhea primer dianggap terjadi akibat kontraksi uterus yang berlebihan. Tetapi teori ini tidak menerangkan mengapa dysmenorrhea tidak terjadi pada perdarahan disfungsi anovulatoar, yang biasanya disertai tingginya kadar estrogen tanpa adanya progesteron. Kadar progesteron yang rendah menyebabkan terbentuknya PGF2α dalam jumlah banyak. Kadar progesteron yang rendah akibat regresi korpus luteum menyebabkan terganggunya stabilitas membran lisosom dan juga meningkatkan pelepasan enzim fosfolipase-A2 yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis prostaglandin melalui perubahan fosfolipid menjadi asam archidonat. Peningkatan prostaglandin pada endometrium yang mengikuti turunnya kadar progesteron pada fase luteal akhir menyebabkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus.


(25)

2.4 Faktor Resiko Dysmenorrhea

Menurut Damianus (2006), ada beberapa faktor resiko yang bisa meningkatkan terjadinya dysmenorrhea yaitu:

a. Wanita yang merokok

b. Wanita yang minum alkohol selama menstruasi karena alkohol akan memperpanjang nyeri pada saat menstruasi

c. Wanita yang kelebihan berat badan dan obesitas d. Wanita yang tidak memiliki anak

e. Menarche dini (wanita yang pertama menstruasi sebelum umur 12 tahun)

f.Mempunyai riwayat yang sama dalam keluarga

2.5 Gejala Dysmenorrhea

Menurut Kasdu (2005), gejala dysmenorrhea yang sering muncul adalah :

a. Rasa sakit yang dimulai pada hari pertama menstruasi b. Terasa lebih baik setelah pendarahan menstruasi mulai

c. Terkadang nyerinya hilang setelah satu atau dua hari. Namun, ada juga wanita yang masih merasakan nyeri perut meskipun sudah dua hari haid.

d. Nyeri pada perut bagian bahwa, yang bisa menjalar ke punggung bagian bahwa dan tungkai.


(26)

e. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus.

f. Terkadang disertai rasa mual, muntah, pusing atau pening.

2.6 Klasifikasi dan Karakteristik Gejala Dysmenorrhea

Menurut Jones (2001), dysmenorrhea berdasarkan penyebabnya diklasifikasikan menjadi dua yaitu :

2.6.1 Dysmenorrhea primer

Dysmenorrhea primer merupakan nyeri haid tanpa kelainan anatomis genitalis yang dapat diidentifikasi. Dysmenorrhea primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar usia 2-3 tahun setelah menarche dan mencapai maksimal antara usia 15-25 tahun. Akan tetapi, dysmenorrhea primer juga mengenai sekitar 50-70% wanita yang masih menstruasi. Dysmenorrhea primer diduga sebagai akibat dari pembentukan prostaglandin yang berlebih, yang menyebabkan uterus untuk berkontraksi secara berlebihan dan juga mengakibatkan vasospasme anteriolar. Nyeri dymenorrhea primer seperti mirip kejang spasmodik, yang dirasakan pada perut bagian bawah (area suprapubik) dan dapat menjalar ke paha dan pinggang bawah dapat juga disertai dengan mual, muntah, diare, nyeri kepala, nyeri pinggang bawah, iritabilitas, rasa lelah dan sebagainya. Nyeri mulai dirasakan 24 jam saat menstruasi dan bisa bertahan selama 48-72 jam (Baradero, 2006 & Suzannec, 2001).


(27)

2.6.2 Dysmenorrhea sekunder

Dysmenorrhea sekunder merupakan nyeri haid sebelum menstruasi yang disertai kelainan anatomis genitalis. Dysmenorrhea sekunder terjadi pada wanita berusia 30-45 tahun dan jarang sekali terjadi sebelum usia 25 tahun. Nyeri dysmenorrhea sekunder dimulai 2 hari atau lebih sebelum menstruasi, dan nyerinya semakin hebat serta mencapai puncak pada akhir menstruasi yang bisa berlangsung selama 2 hari atau lebih. Secara umum, nyeri datang ketika terjadi proses yang mengubah tekanan di dalam atau di sekitar pelvis, perubahan atau terbatasnya aliran darah, atau karena iritasi peritoneum pelvis. Proses ini berkombinasi dengan fisiologi normal dari menstruasi sehingga menimbulkan ketidaknyamanan. Ketika gejala ini terjadi pada saat menstruasi, proses ini menjadi sumber rasa nyeri. Penyebab dysmenorrhea sekunder seperti: endometriosis, adenomiosis, radang pelvis, sindrom menoragia, fibroid dan polip dapat pula disertai dengan dispareuni, kemandulan, dan perdarahan yang abnormal.

Karakteristik Gejala dysmenorrhea berdasarkan derajat nyerinya menurut Manuaba (2001) dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu:

2.6.3 Dysmenorrhea ringan

Dysmenorrhea ringan adalah rasa nyeri yang dirasakan waktu menstruasi yang berlangsung sesaat, dapat hilang tanpa pengobatan, sembuh hanya dengan cukup istirahat sejenak, tidak mengganggu aktivitas harian, rasa nyeri tidak menyebar tetapi tetap berlokasi di daerah peruh bawah.


(28)

2.6.4 Dysmenorrhea sedang

Dysmenorrhea yang bersifat sedang jika perempuan tersebut merasakan nyeri saat menstruasi yang bisa berlangsung 1-2 hari, menyebar di bagian perut bawah, memerlukan istirahat dan memerlukan obat penangkal nyeri, dan hilang setelah mengkonsumsi obat anti nyeri, kadang-kadang mengganggu aktivitas hidup sehari-hari.

2.6.5 Dysmenorrhea berat

Dysmenorrhea berat adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah pada saat menstruasi dan menyebar kepinggang atau bagian tubuh lain juga disertai pusing, sakit kepala bahkan muntah dan diare. Dysmenorrhea berat memerlukan istirahat sedemikian lama yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari selama 1 hari atau lebih, dan memerlukan pengobatan dysmenorrhea.

2.7 Terapi dan Penatalaksanaan Medik

Terapi dysmenorrhea terbagi atas dua macam yaitu:

2.7.1 Terapi Farmakologi

Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non-steroid (misalnya ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat). Obat anti peradangan non steroid akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi. Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual, tetapi mual dan muntah biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi, Jika nyeri terus


(29)

dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-hari, maka diberikan pil KB dosis rendah yang mengandung estrogen dan progesteron atau diberikan medroxiprogesteron. Pemberian kedua obat tersebut dimaksudkan untuk mencegah ovulasi (pelepasan sel telur) dan mengurangi pembentukan prostaglandin, yang selanjutnya akan mengurangi beratnya dysmenorrhea. Jika obat ini juga tidak efektif, maka dilakukan pemeriksaan tambahan (misalnya laparoskopi). Jika dysmenorrhea sangat berat bisa dilakukan ablasio endometrium, yaitu suatu prosedur dimana lapisan rahim dibakar atau diuapkan dengan alat pemanas

2.7.2 Terapi nonfarmakologi

Terapi pengobatan yang bisa dilakukan dalam mengurangi gejala Dysmenorrhea yang bersifat nonfarmakologi yaitu:

a. Istirahat yang cukup

b. Olah raga yang teratur (terutama berjalan). Olah raga Mampu meningkatkan produksi endorphin otak yang dapat menurunkan stress sehingga secara tidak langsung juga mengurangi nyeri

c. Pemijitan. Pijatan lembut pada bagian tubuh klien yang nyeri dengan menggunakan tangan akan menyebabkan relaksasi otot dan memberikan efek sedasi.

d. Yoga


(30)

f. Kompres hangat di daerah perut. Suhu panas dapat memperingan keluhan. Lakukan pengompresan dengan handuk panas atau botol air panas pada perut atau punggung bawah atau mandi dengan air hangat g. TENS ( Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation). Tindakan ini

melalui pendekatan gate control of pain atau gerbang transmisi nyeri yaitu memblok stimuli nyeri dengan stimuli kurang nyeri kepada serabut-serabut besar. Stimuli listrik dapat mengakibatkan opiat dan non opiat jalur yang menurun.

h. Distraksi pendengaran. Diantaranya mendengarkan musik yang disukai atau suara burung serta gemercik air, individu dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik tenang seperti musik klasik, dan diminta untuk berkosentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki.

3 Aktivitas Belajar

3.1 Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar sampai kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi (Dimyati, 2002).

Menurut Sardiman (2004) aktivitas belajar merupakan prinsip atau azas yang sangat penting didalam interaksi belajar mengajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini bukan hanya aktivitas fisik tetapi mencakup aktivitas


(31)

mental. Pada kegiatan belajar, kedua aktivitas tersebut saling berkait. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat dan aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik yang mempunyai aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya dalam rangka pengajaran. Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pengajaran yang optimal. Berdasarkan pendapat tersebut, aktivitas belajar dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan adanya perubahan pada dirinya baik yang tampak maupun yang tidak tampak.

3.2 Klasifikasi Aktivitas Belajar

Sardiman (2004), yang dikutip dari Paul B. Diendrich menggolongkan aktivitas sebagai berikut.

3.2.1 Visual activity, yang termasuk didalamnya seperti membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan.

3.2.2 Oral activity, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat mengadakan wawancara, diskusi, interuksi.

3.2.3 Listening activity, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, music, pidato.

3.2.4 Writing activity, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.


(32)

3.2.5 Drawing activity, seperti menggambarkan, membuat grafik, peta, diagram.

3.2.6 Motor activity, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

3.2.7 Mental activity, sebagai contoh misalnya: mengingat, memecahkan soal, menganalisa, mengambil keputusan.

3.2.8 Emotional activity, seperti minat, merasa bosan, berani, tenang, gugup, gembira, bersemangat.

3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar

Menurut Suryabrata (2002), secara global faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar dapat dibedakan menjadi 2 macam yakni:

3.3.1 Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri mahasiswa sendiri meliputi dua aspek, yakni:

a. Aspek Fisiologis

Aspek fisiologis adalah yang berkaitan dengan kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas mahasiswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ khusus mahasiswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengaran dan indera penglihatan, juga sangat mempengaruhi


(33)

kemampuan mahasiswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.

b. Aspek Psikologis

Aspek psikologis adalah aspek yang berkaitan dengan keadaan psikologi mahasiswa. Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar mahasiswa. Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk balajar itu adalah sebagai berikut:

- Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;

- Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju;

- Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman;

- Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi;

- Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran;


(34)

3.3.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa yang terdiri atas dua macam, yakni:

a. Lingkungan Sosial.

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

b. Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung dan leteknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa.

3.4 Tahap-tahap dalam Proses Aktivitas Belajar

Syah (2006) mengutip dari Witing (1981) dalam bukunya Psychology of Learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu:

3.4.1 Acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi)

Pada tingkatan ini seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulasi dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan


(35)

pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pula asimilasi antara pemahaman dengan perilakunya. Proses Acquisition dalam belajar merupakan tahap yang paling mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya.

3.4.2 Storage (tahap penyimpanan informasi)

Pada tingkat ini seorang siswa secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia peroleh ketika menjalani proses acquisition.

3.4.3 Retrieval (tahap mendapat kembali informasi)

Pada tingkat ini seorang siswa akan mengaktifkan kembali fungsi-fungsi sistem memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. Proses ini pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai respons atas stimulus yang sedang dihadapi.


(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya pengaruh kerakteristik gejala dysmenorrhea terhadap aktivitas belajar mahasiswi. Dysmenorrhea didefenisikan sebagai nyeri saat menstruasi yang terjadi pada perut bagian bawah yang terasa seperti kram yang dimulai saat menstruasi datang. Pengaruh dari gejala ini berbeda pada setiap orang, sebagian wanita merasa sangat tidak nyaman dengan munculnya gejala dysmenorrhea setiap bulannya, tetapi pada beberapa wanita lainnya tidak berpengaruh terhadap aktivitas keseharian mereka. Karakteristik gejala dysmenorrhea dibedakan menjadi 3 yaitu: ringan yang berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskan aktivitas sehari-hari, sedang diperlukan obat untuk menghilangkan rasa sakit, tetapi masih dapat meneruskan pekerjaannya, berat: rasa nyerinya hebat sehingga memerlukan istirahat dan pengobatan untuk menghilangkan nyerinya. Dysmenorrhea yang dirasakan mahasiswi setiap bulannya dapat mengganggu aktivitas belajar seperti visual activity, oral activity, listening activity, writing activity, mental activity, emotional activitiy, motorik activity, dan drawing activity.

Faktor yang mempengaruhi dysmenorrhea antara lain: psikis, prostaglandin, vasopresin, hormonal, sedangkan aktivitas belajar dipengaruhi oleh faktor internal (aspek fisiologis dan psikologis) dan faktor eksternal yang dalam penelitian ini tidak diteliti.


(37)

Keterangan :

= Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan antara variabel

Skema 1. Kerangka penelitian karakteristik gejala dysmenorrhea dan

pengaruhnya terhadap aktivitas belajar mahasiswa. Aktifitas belajar mahasiswi:

- Visual activity - Oral activity - Listening activity - Writing activity - Mental activity - Emotional

activity

- Motorik activity Karakteristik gejala

Dysmenorrhea: - Ringan - Sedang - Berat

Faktor yang mempengaruhi dysmenorrhea: - Psikis - Vasopresin - Prostaglandin - Hormonal Faktor yang menpengaruhi aktifitas belajar:

- Faktor internal (aspek fisiologis dan psikologis) - Faktor eksternal


(38)

2. Defenisi Operasional

Table 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Defenisi operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Variabel independen: Karakteristik gejala

dysmenorrhea

Rasa nyeri pada saat menstruasi datang dan intensitas nyeri yang dirasakan tersebut berdasarkan lokasi nyeri, penyebarannya, gejala yang menyertai, dampak dari nyeri yang dirasakan, dan penatalaksanaan untuk mengurangi rasa nyeri. Kuesioner dengan 4 pernyataan - Ringan - Sedang - Berat Ordinal

2. Variabel dependen: Aktivitas belajar mahasiswi Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam belajar yang meliputi: visual activity, oral activity, listening activity, writing activity, mental activity, emotional activity, motorik activity, drawing activity. Kuesioner dengan 32 pernyataan - Sangat terganggu - Terganggu - Tidak

terganggu


(39)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya pengaruh karakteristik gejala dysmenorrhea terhadap aktivitas belajar mahasiswi.

2. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam membuat suatu penelitian (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswi S1 keperawatan kelas ekstensi yang mengalami dysmenorrhea di Fakultas Keperawatan USU yang masih mengikuti kuliah pada tahun 2010 dengan jumlah populasi sebanyak 42 orang.

2.2 Sampel Penelitian

Sampel para peserta yang terpilih dari suatu populasi tertentu untuk sebuah penelitian yang terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek peneliti melalui sampling (Brockopp & Hasting, 2000). Menurut Arikunto (2006) jika jumlah populasi kurang dari 100, maka diambil semua populasi untuk dijadikan sampel penelitian (total sampling). Sehingga didapat jumlah sampel 42 orang.


(40)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Fakultas Keperawatan USU. Alasan peneliti memilih Fakultas Keperawatan USU bahwa populasi yang dipilih sudah mewakili tujuan penelitian, dan hasil penelitian tersebut bisa bermanfaat bagi Fakultas tersebut dalam proses belajar-mengajar, dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai karakteristik gejala dysmenorrhea dan pengaruhnya terhadap aktivitas belajar mahasiswi. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2010.

4. Pertimbangan Etik

Untuk menjaga kerahasian responden peneliti tidak mencatumkan nama responden pada lembar penggumpulan data yang diisi oleh peneliti. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasian informasi yang diberikan responden dijamin oleh peneliti (Nursalam, 2008). Etika penelitian sangat penting dalam pelaksanaan penelitian ini karena objek penelitian ini adalah manusia. Pertimbangan etik pada penelitian ini meliputi hal-hal berikut : Adanya penjelasaan dari penelitian kepada objek penelitian tentang tujuan penelitian yang dilaksanakan, penelitian yang dilaksanakan tidak menimbulkan resiko apapun bagi objek penelitian, adanya persetujuan suka rela dari objek penelitan yang dibuktikan dengan formulir persetujuan yang ditandatangani oleh objek penelitian, peneliti melindungi hak privasi dan martabat objek penelitian, dimana penelitian tidak merendahkan diri pasien serta catatan yang didapatkan dijamin kerahasiannya bagi pihak yang tidak berwenang, hak anonimitas atau identitas


(41)

objek penelitian tidak dipublikasikan saat pengumpulan data dan pembahasan hasil penelitian.

5. Instrumen Penelitian dan Pengukuran Validitas-reliabilitas 5.1 Kuesioner Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk kuesioner yang didasarkan pada tinjauan kepustakaan. Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian, yaitu kuesioner karakteristik calon responden/subjek yang berisi identitas calon responden, kuesioner karakteristik gejala dysmenorrhea, dan kuesioner aktivitas belajar mahasiswi.

5.1.1 Kuesioner Karakteristik Responden/Subjek

Kuesioner data demografi meliputi: data karakteristik responden (usia, agama, suku, status perkawinan),dan data obstetri responden (usia menarche, lama pendarahan menstruasi, sifat nyeri haid yang dirasakan). Data demografi responden bertujuan untuk mengetahui karakteristik calon responden dan mendeskripsikan distribusi frekuensi dan persentase demografi terhadap gejala dysmenorrhea dan pengaruhnya terhadap aktivitas belajar mahasiswi.

5.1.2 Kuesioner Karakteristik Gejala Dysmenorrhea

Kuesioner karakteristik gejala dysmenorrhea bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik gejala dysmenorrhea responden. Kuesioner ini terdiri dari 4 pernyataan dan cara pengisian dengan cheklist (√) pada salah satu pilihan yang tersedia dari pernyatan yang ada berkaitan dengan kondisi dysmenorhea yang dirasakan responden.


(42)

Untuk pernyataan karakteristik gejala dysmenorrhea ringan terdapat pada pernyataan nomor 1 [a], 2 [a], 3 [a], dan 4 [a], untuk karakteristik gejala dysmenorrhea sedang terdapat pada peryataan nomor 1 [b], 2 [b/c], 3 [b], dan 4 [b], sedangkan untuk karakteristik gejala dysmenorrhea berat pada pernyataan nomor 1 [c], 2 [b, c], 3 [c] , 4 [c].

5.1.3 Kuesioner Aktivitas Belajar Mahasiswi

Kuesioner ini bertujuan untuk mengidentifikasi aktivitas belajar mahasiswi. Kuesioner ini terdiri dari 32 pernyataan yang berbentuk skala likert dengan jawaban tidak, kadang-kadang, sering, dan sering sekali, serta cara pengisian dengan cheklist (√) pada tabel jawaban yang tersedia. Pernyataan positif dengan jawaban tidak diberi skor 0, untuk jawaban kadang-kadang diberi skor 1, dan untuk jawaban sering diberi skor 2, dan untuk jawaban sering sekali diberi skor 3. Pernyataan negatif untuk jawaban tidak diberi skor 3, untuk jawaban kadang-kadang diberi skor 2, untuk jawaban sering diberi skor 1, dan untuk jawaban sering sekali diberi skor 0.

Untuk pernyataan visual activity terdapat pada nomor 5-8, pernyataan oral activity terdapat pada nomor 13-16, pernyataan writing activity terdapat pada nomor 17-20, pernyataan mental activity terdapat pada nomor 25-28, pernyataan listening activity terdapat pada nomor 9-12, untuk pernyataan emotional activitiy terdapat pada nomor 1-4, untuk peryataan drawing activity terdapat pada nomor 21-24, dan untuk peryataan motorik activity terdapat pada pada nomor 29-32. Pernyataan negatif terdapat pada pernyataan nomor 3, 7, 17, 21, dan 28.


(43)

5.2 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas dapat diuraikan sebagai tindakan ukuran penelitian yang sebenarnya, yang memang didesain untuk mengukur. Validitas berkaitan dengan nilai sesungguhnya dari hasil penelitian dan merupakan karakteristik yang penting dari penelitian yang baik (Slevin, dkk, 2005). Uji validitas penelitian ini tidak dilakukan, namun telah di konsultasikan kepada dosen keperawatan yang ahli dibidangnya di Fakultas Keperawatan USU dan dinyatakan sudah sesuai dengan acuan yang digunakan dalam tinjauan pustaka.

Uji reliabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu instrumen akan menghasilkan suatu hasil yang sama/konsistensi dalam penggunaannya secara berulang kali, sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama (Dempsey & Dempsey, 2002). Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini adalah dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian hasilnya dianalisa. Pada penelitian ini pengujian reliabilitas yaitu digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0. Instrumen dikatakan reliabel bila nilai alpha 0,6-0,9 (Polit & Hugler, 1995).

Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian dilakukan setelah pengumpulan data terhadap 30 orang mahasiswi yang mengalami dysmenorrhea. Hasil uji reliabilitas instrumen karakteristik gejala dysmenorrhea yaitu 0,6 dan hasil reliabilitas instrumen aktivitas belajar mahasiswi yaitu 0,9, hasil sudah memenuhi ketentuan suatu reliabelitas instrumen.


(44)

6. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah mengikuti langkah-langkah pengumpulan data yaitu: pertama mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) dan mengirimkan izin tersebut ke institusi tempat penelitian. Setelah mendapatkan izin dari institusi tempat penelitian, pengumpulan data dilaksanakan. Penelitian akan menentukan calon responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

Setelah mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada calon responden mengenai tujuan, manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian, lalu calon responden yang bersedia menandatangani surat persetujuan (informed concent) untuk ikut serta dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Peneliti mengambil data dari responden dengan cara memberikan kuesioner kepada responden. Responden juga diberi kesempatan untuk bertanya tentang pertanyaan yang tidak dipahami. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti kemudian memeriksa kelengkapan data, dan ada data yang kurang lengkap dapat segera dilengkapi. Selanjutnya data yang terkumpul dianalisa.

7. Analisa Data

Setelah data terkumpul kemudian analisa data dilakukan melalui tahapan editing untuk mengecek dan memastikan bahwa kuesioner telah diisi oleh responden sesuai dengan petunjuk. Kemudian dilanjutkan dengan koding dan memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah dalam


(45)

menganalisa data. Selanjutnya peneliti memasukan data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi yaitu dengan menggunakan SPSS.

Metode statistik untuk analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah:

7.1 Statistik Univariat

Statistik univariat adalah suatu metode untuk menganalisa data dari suatu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit & Hugler, 2002). Pada penelitian ini metode statistik univariat digunakan untuk menganalisa variabel dependen yaitu aktivitas belajar mahasiswi. Untuk menganalisa variabel aktivitas belajar mahasiswi dianalisa dengan menggunakan skala ordinal dan ditampilkan dalam distribusi frekuensi.

Untuk menganalisa variabel independen yaitu karakteristik gejala dysmenorrhea dianalisa dengan menggunakan skala ordinal dan ditampilkan dalam distribusi frekuensi. Sedangkan data mengenai aktivitas belajar mahasiswi dikategorikan atas 3 kelas interval. Nilai terendah yang dicapai adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 96.

Berdasarkan rumus statistik untuk menentukan panjang kelas dengan rumus sebagai berikut:

Dimana p merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi dikurang dengan nilai terendah) dan dibagi atas 3 kategori kelas yaitu tidak tergangguan,


(46)

tergangguan, sangat terganggu, maka diperoleh panjang kelas 32. Maka aktivitas belajar digolongkan menjadi 3 kelas interval sebagai berikut:

0-32 = sangat terganggu 33-64 = terganggu 65-96 = tidak terganggu

7.2 Statistik Bivariat

Statistik bivariat adalah suatu metode analisa data untuk menganalisa hubungan antara dua variabel independen dan dependen. Untuk melihat hubungan antar variabel independen dan dependen dalam penelitian ini digunakan uji Spearman adalah ukuran erat/tidaknya kaitan antara dua yaitu variabel independen dan dependen. Dimana nilai korelasi terletak antara -1 dan +1. Bila nilai korelasi mendekati +1 atau -1 maka korelasi makin kuat, sebaliknya bila nilai korelasi mendekati 0 maka korelasi makin lemah. Dengan nilai derajat kemaknaan (α=0,05). Bila p<0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.


(47)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai karakteristik gejala dysmenorrhea dan hubungannya dengan aktivitas belajar mahasiswi S1 keperawatan kelas ekstensi Fakultas Keperawatan USU.

1. Hasil Penelitian

Pengambilan data penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2010 dengan jumlah responden sebanyak 42 orang. Berikut ini akan diuraikan karakteristik demografi responden, karakteristik gejala dysmenorrhea dan aktivitas belajar mahasiswi, serta analisa pengaruh karakteristik gejala dysmenorrhea terhadap aktivitas belajar mahasiswi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.1 Karakteristik demografi responden dan status obstetri

Deskripsi karakteristik demografi responden terdiri dari usia, agama, suku, status perkawinan, status obstetri (usia menarche, lama pendarahan menstruasi, dan sifat nyeri yang dirasakan). Berdasarkan hasil penelitian yang menjadi responden adalah seluruh mahasiswi S1 keperawatan kelas ekstensi yang mengalami dysmenorrhea.

Berdasarkan hasil penelitian yang di dapat responden yang terbanyak mengalami dysmenorrhea berada pada rentang usia 20-25 tahun sebanyak 38 orang (90,5%). Agama yang dianut responden paling banyak adalah Islam yaitu 28 orang (66,7%). Responden yang paling banyak bersuku Batak yaitu 24 orang (57,1%). Responden dalam penelitian ini cenderung belum menikah. Kategori


(48)

rentang usia menarche responden terbesar berada pada rentang usia 10-15 tahun sebanyak 40 orang (95,2%). Lama pendarahan menstruasi yang dialami responden dengan rentang 3-5 hari dan 6-8 hari sama banyak. Kategori sifat nyeri dysmenorrhea yang dirasakan responden terbanyak bersifat hilang-timbul yaitu 34 orang (81%).

Sebaran karakteristik demografi responden dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik demografi responden

dan status obstetri (n = 42)

Karakteristik Demografi Responden Frekuensi (n) Persentase (%) 1.Usia 20-25 tahun 26-30 tahun 31-36 tahun 38 2 1 90,5 4,8 2,4 2.Agama Islam Kristen protestan Lain-lain 28 12 2 66,7 28,6 4,8 3.Suku Batak Jawa Minang Melayu Aceh 24 6 5 4 3 57,1 14,3 11,9 9,5 7,1 4.Status Perkawinan

Belum menikah Menikah 41 1 97,6 2,4 5.Status obstetri

a. Usia Menarche 10-15 tahun 16-20 tahun 40 2 95,2 4,8 b. Lama Pendarahan Menstruasi

3-5 hari 6-8 hari 21 21 50,0 50,0 c. Sifat Nyeri yang Dirasakan

Hilang-timbul Menetap 34 8 81,0 19,0


(49)

1.2 Karakteristik Gejala Dysmenorrhea dan Aktivitas Belajar Mahasiswi

Penelitian yang dilakukan pada responden sebanyak 42 orang didapatkan bahwa karakteristik gejala dysmenorrhea yang dialami responden yang paling besar dysmenorrhea sedang sebanyak 23 orang (54,8%), sedangkan responden yang mengalami dysmenorrhea berat hanya 5 orang (11,9%). Untuk hasil penelitian terhadap aktivitas belajar responden yang mengalami dysmenorrhea dengan kriteria terbesar berada pada aktivitas belajar kategori terganggu sebanyak 30 orang (71,4%), sedangkan aktivitas belajar kategori tidak terganggu sedikit yaitu 2 orang (4,8%).

Sebaran karakteristik gejala dysmenorrhea dan aktivitas belajar mahasiswi dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik gejala dysmenorrhea

dan aktivitas belajar mahasiswi

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%) 1. Karakteristik gejala dysmenorrhea

Ringan Sedang Berat

14 23 5

33,3 54,8 11,9

2. Aktivitas belajar mahasiswi Sangat terganggu Terganggu Tidak terganggu

10 30 2

23,8 71,4 4,8


(50)

1.3 Analisa Pengaruh Karakteristik Gejala Dysmenorrhea Terhadap Aktivitas Belajar mahasiswi

Penelitian telah dilakukan terhadap mahasiswi S1 keperawatan kelas ekstensi yang mengalami dysmenorrhea dengan jumlah responden sebanyak 42 orang. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik gejala dysmenorrhea terhadap aktivitas belajar mahasiswi digunakan analisa uji korelasi Spearman.

Dari hasil analisa data didapatkan besar korelasi (r) antara kedua variabel adalah -0,037 dengan p-value adalah 0,816, angka ini lebih besar daripada batas kritis α=0,05 (p>α). Hal ini berarti tidak terdapat hubungan bermakna antara kedua variabel . Hasilnya dapat dilihat dari tabel berikut:

Table 4. Analisa karakteristik gejala dysmenorrhea dan pengaruhnya terhadap

aktivitas belajar mahasiswi

Variabel Mean Std.Deviasi Rho (r) p-value Karakteristik gejala

dysmenorrheal

7,21 1,55 -0,037 0,816 Aktifitas belajar

mahasiswi

42,52 13,08

2. Pembahasan

Dalam pembahasan ini terlebih dahulu akan diuraikan beberapa karakteristik demografi responden yaitu usia responden, dan sifat nyeri dysmenorrhea. Berdasarkan hasil penelitian terhadap mahasiswi S1 keperawatan kelas ekstensi yang mengalami dysmenorrhea sebagian besar usia responden berada pada rentang usia 20-25 tahun, dan hanya sebagian kecil berada pada rentang usia 26-30 tahun, dan usia 31-36 tahun. Hal ini dapat dikatakan bahwa kecenderungan usia responden yang mengalami dysmenorrhea adalah yang berada pada usia dewasa muda. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh


(51)

Baradero (2006) & Suzannec (2001) yang mengatakan bahwa dysmenorrhea itu timbul pada rentang usia 15-25 tahun, kemudian berkurang dengan bertambahnya usia dan wanita yang telah melahirkan.

Berdasarkan sifat nyeri yang dirasakan responden didapatkan bahwa sebagian besar responden mengalami nyeri yang hilang timbul dan hanya sedikit responden yang merasakan nyeri menetap. Hasil ini sesuai dengan penjelasan yang dikemukakan oleh Kasdu (2005) tentang sifat nyeri dysmenorrhea yang hilang timbul. Hanya saja Kasdu (2005) menggambarkan gejala dysmenorrhea yang dirasakan wanita yaitu nyeri yang dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul.

2.1 Karakteristik Gejala Dysmenorrhea dan Aktivitas Belajar Mahasiswi

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 42 orang mahasiswi S1 Keperawatan kelas Ekstensi Fakultas Keperawatan USU menunjukkan bahwa karakteristik gejala dysmenorrhea yang paling banyak dialami adalah sedang dan ringan, sedangkan dysmenorrhea berat hanya sedikit. Menurut Manuaba dkk (2006) bahwa dysmenorrhea adalah rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Jones (2001) menyebutkan bahwa derajat nyeri yang dirasakan adalah 75% wanita yang mengalami dysmenorrhea adalah dengan intensitas ringan atau sedang, 10-25% mengalami intensitas nyeri berat. Dysmenorrhea yang dialami wanita dengan intensitas nyeri berat disertai mual, muntah, dan diare, bahkan juga dapat membuat wanita tidak berdaya sehingga mengganggu aktivitas kerja dan aktivitas sehari-hari.


(52)

Aktivitas belajar dipengaruhi juga oleh aspek fisiologis yaitu aspek yang berkaitan dengan kondisi umum jasmani yang menandai tingkat kebugaran, dan dapat mempengaruhi semangat dan intensitas mahasiswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh mahasiswa juga sangat mempengaruhi kemampuan mahasiswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas (Suryabrata, 2002).

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswi yang mengalami dysmenorrhea aktivitas belajarnya yang paling banyak adalah terganggu dan sangat terganggu, sedangkan aktivitas belajar mahasiswi yang tidak terganggu akibat dysmenorrhea yang dialami hanya sedikit. Varney (2004) menyebutkan bahwa dampak dari dysmenorrhea itu 15% dari wanita yang mengalami membatasi aktivitas harian ketika haid dan membutuhkan obat-obatan penangkal nyeri, 8-10% tidak mengikuti atau masuk sekolah/kuliah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati pada tahun 2008 terhadap pelajar di Surakarta yang mendapatkan bahwa sebanyak 52% pelajar tidak dapat melakukan aktivitas harian dengan baik selama menstruasi.

2.2 Analisa Pengaruh Karakteistik Gejala Dysmenorrhea Terhadap Aktivitas Belajar mahasiswi

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: karakteristik gejala dysmenorrhea mempengaruhi aktivitas belajar mahasiswi S1 keperawatan kelas ekstensi di Fakultas Keperawatan USU. Hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Dalam penelitian ini menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel kerekteristik gejala dysmenorrhea dengan aktivitas belajar mahasiswi. Walaupun tingkat dan derajat lemah dan tidak bermakna (p>0,05).


(53)

Hasil analisa ini menunjukkan bahwa karakteristik gejala dysmenorrhea tidak mempengaruhi aktivitas belajar mahasiswi, namun hampir keseluruhan responden dalam penelitian ini mengalami gangguan aktivitas belajar karena dysmenorrhea yang dialami. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan karakteristik gejala dysmenorrhea yang dialami mahasiswi dapat menimbulkan gangguan aktivitas belajar pada mahasiswi baik dysmenorrhea ringan, sedang maupun berat.

Hal ini juga diungkapkan oleh Manuaba (2001) bahwa dysmenorrhea ringan adalah rasa nyeri yang dirasakan waktu menstruasi yang berlangsung beberapa saat dan tidak memerlukan obat untuk menghilangkan nyeri, serta memerlukan waktu untuk istirahat. Jika wanita mengalami dysmenorrhea sedang memerlukan istirahat yang hilang setelah mengkonsumsi obat anti nyeri, dan kadang-kadang mengganggu aktivitas hidup sehari-hari. Apa lagi jika wanita yang mengalami dysmenorrhea berat dimana mereka memerlukan obat untuk menghilangkan rasa nyeri dan memerlukan istirahat sedemikian lama serta meninggalkan aktivitasnya sehari-hari selama 1 hari atau lebih.

Menurut penelitian yang diungkapkan Varney (2004) yang menyebutkan bahwa dysmenorrhea yang dialami wanita mempunyai dampak terhadap aktifitas harian wanita dimana ditemukan 15% dari wanita yang mengalami dysmenorrhea harus membatasi aktivitas hariannya ketika haid dan membutuhkan obat-obatan penangkal nyeri, 8-10% tidak mengikuti sekolah/kuliah.

Pada umumnya wanita akan mengalami gangguan beraktivitas karena adanya dysmenorrhea. Walaupun pada umumnya dysmenorrhea tidak berbahaya namun dysmenorrhea bukanlah suatu hal yang bisa di abaikan begitu saja. Secara


(54)

fisiologis dysmenorrhea dapat menyebabkan/menimbulkan gangguan pada wanita. Menurut Prawirohardjo (1999) ada empat faktor penyebab yang mangakibatkan dysmenorrhea dapat sangat mengganggu aktivitas yaitu: faktor psikis, vasopresin, prostaglandin, dan hormonal.


(55)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah:

1.1Penelitian menunjukkan bahwa karakteristik dysmenorrhea yang paling banyak dialami responden yaitu dysmenorrhea ringan dan sedang, sedangkan dysmenorrhea berat hanya sedikit.

1.2Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswi yang mengalami dysmenorrhea aktivitas belajarnya yang paling banyak adalah tingkat terganggu dan sangat terganggu, sedangkan aktivitas belajar mahasiswi yang tidak terganggu akibat dysmenorrhea yang dialami hanya sedikit. 1.3Hasil analisa statistik uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya

hubungan signifikan antara karakteristik gejala dysmenorrhea dengan aktivitas belajar mahasiswi, hal ini dibuktikan dengan nilai p=0,816, angka ini lebih besar daripada batas kritis α=0,05 (p>α), yang berarti bahwa karakteristik gejala dysmenorrhea tidak mempengaruhi aktivitas belajar mahasiswi, namun apapun karakteristik gejala dysmenorrhea yang dialami mahasiswi menyebabkan gangguan aktivitas belajar.

2. Saran

2.1Bagi Praktek Keperawatan

Diharapkan dalam praktek keperawatan dapat mengenal bagaimana perbedaan karakteristik gejala dysmenorrhea yang dialami setiap wanita,


(56)

sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan dapat terlaksana secara optimal.

2.2Bagi Pendidikan

Hasil penelitian menunjukan bahwa apapun karakteristik gejala dysmenorrhea yang dialami mahasiswi cenderung mengalami gangguan terhadap aktivitas belajar. Hal ini dapat sebagai bahan masukan dan informasi pada pengajar di Fakultas Keperawatan USU bahwa dysmenorrhea yang dialami dapat juga mempengaruhi aktivitas belajar mahasiswi dan dapat mempertimbangkan kondisi mahasiswi yang sedang mengalami dysmenorrhea dalam proses belajar.

2.3Bagi Peneliti Selajutnya

Penelitian ini hanya dilakukan pada mahasiswi S1 ekstensi di Fakultas Keperawatan USU. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan pada populasi seluruh mahasiswi keperawatan sehingga dapat digeneralisasikan. Metode penelitian yang dilakukan berikutnya sebaiknya perlu menggunakan metode sampling yang lebih mewakili populasi. Misalnya dengan metode acak (simple random sampling). Dalam penelitian ini tidak diteliti dengan menghubungkan prestasi belajar mahasiswi, diharapkan untuk peneliti selanjutnya menghubungkan dengan prestasi belajar mahasiswi dan mencari tentang faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik gejala dysmenorrhea yang dapat menyebabkan gangguan aktivitas belajar mahasiswi.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2000). Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta

Almazini, A. (2009). Prevalensi Gangguan Menstruasi pada Siswa SMU di Jakarta. Diambil tanggal 14 Februari 2010 dari http://www.scribd.com Baradero, dkk. (2006). Seri Asuhan Keperawatan: Klien Gangguan Sistem

Reproduksi dan Seksualitas, Jakarta: EGC

Bobak, L dan Jansen. (2004). Buku ajar Keperawatan Maternitas (terjemahan ed.4), Jakarta: EGC

Burroughs, A & Gloria, L. (2000). Maternity Nursing: an Introductory Text. Ed.8, Philadelphia: W.B. Saunders Company

Dahlan, S. (2004). Statistika untuk Kedokteran dan kesehatan, Jakarta: ARKAS. Dempsey, P.A dan Dempsey, A.D. (2002). Riset Keperawatan: Buku Ajar dan

Latihan (edisi 4), Jakarta: EGC

Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Dunnihoo, D.R. (1990). Fundamentals of Gynecology and Obstetric,Philadelphia: J.B Lippincott Company

Heriani, T. (2009). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Siswa Kelas 1 Tentang Dismenore. Diambil tanggal 3 Maret 2010 dari http://www.scribd.com

Kasdu, D. (2005). Solusi Problem Wanita Dewasa, Jakarta: Puspa Suara

Kurniawati, D. (2008). Pengaruh Dismenorea Terhadap Aktivitas pada Siswa SMK Batik 1 Surakarta. Diambil tanggal 3 Maret 2010 dari http://www.scribd.com

Jones, D.L. (2001). Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Ed.6, Jakarta: EGC ______. (2005). Setiap Wanita, Jakarta: PT. Delapratasa Publishing

Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta: ARCA


(58)

______ (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB, Jakarta: EGC

Manuaba, C. (2006). Gawat Darurat Obstetri Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan, Jakarta: EGC

Notoadmojo. (2005). Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika

Polit and Hungler. (1995). Nursing Research: principles and Methods, Philadelphia: Lippincott

Prawirohardjo, S. (1999). Ilmu Kebidanan. Ed.2, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Purwanto, H. (1999). Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan, Jakarta:

EGC

Reeder, S.J. (1987). Maternity Nursing. Ed.16, USA: W.B. Saunders Company Sardiman, A.M. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja

Grafindo Persada

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta

Smith, M.A & Leslie, A.S. (2000). Women’s Health Care, USA: Me. Graw-hill. Sudjana. (1992). Metode Statistika. Ed.3, Bandung: Tarsito

Suhartatik. (2003). Hubungan Gejala Menstruasi dengan Produktifitas Kerja Perawat di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Diambil tanggal 12 Maret 2010 dari http://pengaruhdismenore.html

Suryabrata, S. (2002). Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Suzannec, S. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Suddarth.

Vol.2 Ed.8, Jakarta; EGC

Syah, M. (2006). Psikologi belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Varney, H., Kriebs M.J, Gegor. L.C. (2004). Buku Ajar Asuham Kebidanan. Vol.1 Ed.4, Jakarta: EGC


(59)

Walsh, T.D. (1997). Kapita Selekta Penyakit dan Terapi, Jakarta: EGC

Watik, A. (2001). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Ed.1, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Yatim, F. (2001). Haid Tidak Wajar dan Menopause. Ed.1, Jakarta:Pustaka Populer


(60)

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Karakteristik Gejala Dysmenorrhea dan Pengaruhnya Terhadap Aktivitas

Belajar S1 Keperawatan Kelas Ekstensi di Fakultas Keperawatan USU

Desni Roza 091121051

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik gejala dysmenorrhea dan pengaruhnya terhadap aktivitas belajar mahasiswa.

Saya mengharapkan partisipasi Anda yang menjadi subjek dalam penelitian ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di kuesioner. Identitas dan jawaban Anda akan dijamin kerahasiannya dan hanya digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan. Anda dapat memilih untuk menghentikan atau menolak berpartisipasi dalam penelitian ini kapan pun tanpa ada tekanan.

Jika Anda bersedia menjadi peserta penelitian ini, tolong perhatikan petunjuk pengisian kuesioner dalam pertanyaan-pertanyaan yang ada dan menandatangani formulir persetujuan ini. Terimakasih atas perhatian dan partisipasi yang Anda berikan. Jika ada yang penting silakan menghubungi peneliti di no ini 081397327504.

Medan, Juli 2010 Responden,


(61)

Lampiran 2

KUESIONER PENGUKURAN

KARAKTERISTIK GEJALA DYSMENORRHEA DAN AKTIVITAS BELAJAR MAHASISWI KEPERAWATAN

Petunjuk pengisian kuesioner sebelum menjawabnya

1. Kuesioner ini terdiri dari 3 bagian yaitu:

-Bagian A yang berkaitan dengan karakteristik responden/subjek yang terdiri dari 5 pernyataan dan bentuk pengisiannya ada yang pilihan dan ada yang mengisi titik-titik

-Bagian B yang berkaitan dengan karakteristik gejala dysmenorrhea yang terdiri dari 4 pernyataan dalam bentuk pilihan

-Bagian C yang berkaitan dengan aktivitas belajar mahasiswa yang terdiri dari 32 pernyataan dalam skala likert dengan jawaban tidak, kadang-kadang, sering, dan sering sekali.

2. Seluruh pernyataan harus diisi dan dijawab sesuai dengan keadaan Anda. 3. Bacalah terlebih dahulu setiap petunjuk cara menjawab pernyataan yang ada

A. Karakteristik Responden/Subjek

-Pernyataan pada bagian ini berhubungan dengan karakteristik responden. Berilah tanda cheklist (√) pada salah satu pilihan yang tersedia yang berhubungan dengan Anda

-Isilah semua pernyataan yang ada titik-titiknya berdasarkan kondisi Anda yang sebenarnya.

1. Usia : …….. tahun

2. Agama : [ ] 1. Islam [ ] 2. Kristen Protestan [ ] 3. Lain-lainnya ………

3. Suku Bangsa : [ ] 1. Jawa [ ] 2. Batak

[ ] 3. Melayu [ ] 4. Lainnya ……… 4. Status Perkawinan : [ ] 1. Menikah

[ ] 2. Belum Menikah 5. Status obstetri

a. Usia Menarche (pertama kali menstruasi) : …….. tahun b. Lama pendarahan menstruasi : [ ] 1. 3-5 hari

[ ] 2. 6-8 hari c. Sifat nyeri haid yang dirasakan : [ ] 1. Menetap

[ ] 2. Hilang-timbul


(62)

A. Karakteristik Gejala Dysmenorrhea

Pernyataan pada bagian ini menjelaskan tentang karakteristik gejala dysmenorrhea Anda. Berilah tanda cheklist (√) pada salah satu pilihan dari pernyatan yang tersedia yang berkaitan dengan kondisi dysmenorrhea yang Anda rasakan pada periode haid yang terakhir.

1.Nyeri yang dirasakan : [ ] 1. Tidak menyebar

[ ] 2. Menyebar ke perut bawah [ ] 3. Menyebar ke pingang/tubuh lain

2.Gejala yang menyertai (jawaban boleh lebih dari 1): [ ] 1. Tidak ada gejala lain, hanya nyeri

[ ] 2. Pusing/sakit kepala

[ ] 3. Mual/muntah, diare

3.Dampak dari nyeri yang dirasakan: [ ] 1. Tidak ada

[ ] 2. Kadang-kadang mengganggu aktivitas [ ] 3. Sangat mengganggu aktivitas

4.Penatalaksanaan/terapi untuk menghilangkan nyeri yang dirasakan: [ ] 1. Istirahat dan tanpa konsumsi obat nyeri

[ ] 2. Istirahat dan Konsumsi obat nyeri


(63)

B. Aktivitas Belajar Mahasiswi

-Pada bagian ini menjelaskan tentang aktivitas belajar mahasiswa. Berikan tanda cheklist (√) pada kotak jawaban yang tersedia yang sesuai dengan apa yang Anda alami saat mengalami dysmenorrhea.

-Semua peryataan harus dijawab -Keterangan:

T = Tidak

KK = Kadang-kadang S = Sering

SS = Sering Sekali

No Pernyataan Jawaban

T KK S SS 1 Menghadiri semua kegiatan perkuliahan waktu saya mengalami

dysmenorrhea

2 Bersemangat dalam mengikuti pelajaran di kelas waktu saya mengalami dysmenorrhea

3 Tidak berani mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas waktu saya mengalami dysmenorrhea

4 Menundah mengerjakan tugas yang diberikan dosen waktu saya mengalami dysmenorrhea

5 Memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan dosen dengan baik waktu saya mengalami dysmenorrhea

6 Membaca slide atau tulisan yang ditampilkan dosen dengan baik waktu saya mengalami dysmenorrhea

7 Tidak mampu memperhatikan gambar/skema, dan tulisan yang ditampilkan dosen mengajar waktu saya mengalami dysmenorrhea 8 Mampu memperhatikan demonstrasi yang ditampilkan dosen saat

pratikum/percobaan dengan cermat waktu saya mengalami dysmenorrhea

9 Mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan dosen dengan baik waktu saya mengalami dysmenorrhea

10 Mendengarkan hasil diskusi kelompok dengan baik waktu saya mengalami dysmenorrhea

11 Mendengarkan petunjuk/penjelasan yang disampaikan dosen di laboratorium dengan baik waktu saya mengalami dysmenorrhea 12 Mendengarkan dan mampu mengambil kesimpulan dari materi

yang disampaikan dosen waktu saya mengalami dysmenorrhea 13 Mampu bertanya tentang materi-materi yang tidak dipahami waktu

saya mengalami dysmenorrhea

14 Menyimpulkan materi yang disampaikan dosen dengan baik waktu saya mengalami dysmenorrhea


(64)

15 Mampu memberikan respon/jawaban dari pertanyaan yang diberikan dosen waktu saya mengalami dysmenorrhea

16 Mampu mengemungkakan pendapat, dan saran dalam berdiskusi kelompok waktu saya mengalami dysmenorrhea

17 Tidak mampu menyalin/membuat catatan materi pelajaran yang disampaikan dosen waktu saya mengalami dysmenorrhea 18 Mampu membuat laporan hasil pratikum/percobaan waktu saya

mengalami dysmenorrhea

19 Mampu menyelesaikan tugas-tugas atau latihan yang diberikan dosen di kelas waktu saya mengalami dysmenorrhea

20 Mampu menulis kesimpulan yang dibahas dalam diskusi kelompok waktu saya mengalami dysmenorrhea

21 Tidak mampu membuat gambar sederhana (lingkaran, persegi,dll) waktu saya mengalami dysmenorrhea

22 Mampu mengambar bagian-bagian tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan waktu saya mengalami dysmenorrhea

23 Mampu membuat patofisiologi dari materi pelajaran yang terkait waktu saya mengalami dysmenorrhea

24 Mampu membuat dan menganalisa grafik atau skema dari materi pelajaran yang disampaikan dosen waktu saya mengalami dysmenorrhea

25 Mampu mengingat tentang materi pelajaran yang telah diajarkan waktu saya mengalami dysmenorrhea

26 Mampu memecahkan soal/kuis yang diberikan dosen waktu proses belajar berlangsung waktu saya mengalami dysmenorrhea

27 Mampu menganalisa materi pelajaran yang disampaikan dosen waktu saya mengalami dysmenorrhea

28 Tidak mampu berdiskusi dengan teman ketika menghadapi

masalah dalam mengerjakan praktikum/percobaan di laboratorium waktu saya mengalami dysmenorrhea

29 Mampu melaksanakan kegiatan praktikum/percobaan sesuai waktu yang ditentukan waktu saya megalami dysmenorrhea 30 Mampu mendemonstrasikan kegiatan pratikum/percobaan waktu

saya mengalami dysmenorrhea

31 Mampu membuat strategi-startegi baru dalam kegiatan pratikum/percobaan waktu saya mengalami dysmenorrhea 32 Selalu melakukan dengan reflek apabila dosen menyuruh

mengerjakan soal yang ada di papan tulis waktu saya mengalami dysmenorrhea


(65)

Lampiran 3

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Desni Roza

Nim : 091121051

Tempat/Tgl Lahir : Seoban/2 Desember 1987

Agama : Islam

Tahun Ajaran : 2009/2010

Pendidikan : SD N.19 Bukit Putus Luar SUMBAR (1994-2000) SMP N.1 Ranah Pesisir SUMBAR (2000-2003) SMA N.1 Ranah Pesisir SUMBAR (2003-2006) D-III Keperawatan USU Medan (2006-2009) Ekstensi Keperawatan USU Medan (2009-2011)


(66)

Lampiran 4

HASIL DATA SPSS PENELITIAN

A. DATA KARAKTERISTIK DEMOGRAFI RESPONDEN

FREQUENCIES VARIABLES=usia agama suku statusperkwn usiamenarha lamapndrhan sifat /ORDER=ANALYSIS.

Frequency Table

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-25 tahun 39 92.9 92.9 92.9

26-30 tahun 2 4.8 4.8 97.6

31-36 tahun 1 2.4 2.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

Agama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Islam 28 66.7 66.7 66.7

kristen protestan 12 28.6 28.6 95.2

lain-lain 2 4.8 4.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

Suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid jawa 6 14.3 14.3 14.3

batak 24 57.1 57.1 71.4

minang 5 11.9 11.9 83.3

aceh 3 7.1 7.1 90.5

melayu 4 9.5 9.5 100.0


(67)

Status perkawinan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid menikah 1 2.4 2.4 2.4

belum menikah 41 97.6 97.6 100.0

Total 42 100.0 100.0

Usia menarche

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 10-15 tahun 40 95.2 95.2 95.2

16-20 tahun 2 4.8 4.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

Lama pendarahan menstruasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3-5 hari 21 50.0 50.0 50.0

6-8 hari 21 50.0 50.0 100.0

Total 42 100.0 100.0

Sifat nyeri yang dirasakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid menetap 8 19.0 19.0 19.0

hilang-timbul 34 81.0 81.0 100.0


(1)

Status perkawinan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid menikah 1 2.4 2.4 2.4

belum menikah 41 97.6 97.6 100.0

Total 42 100.0 100.0

Usia menarche

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 10-15 tahun 40 95.2 95.2 95.2

16-20 tahun 2 4.8 4.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

Lama pendarahan menstruasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3-5 hari 21 50.0 50.0 50.0

6-8 hari 21 50.0 50.0 100.0

Total 42 100.0 100.0

Sifat nyeri yang dirasakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid menetap 8 19.0 19.0 19.0

hilang-timbul 34 81.0 81.0 100.0


(2)

B.

Data Karakteristik Gejala Dysmenorrhea dan Aktivitas Belajar

Mahasiswi

FREQUENCIES VARIABLES=krktrik_gjl_dysmnrrhea ktgri_gngg_ktvtasbljr

/STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet0]

Statistics krktristikk_gejala

_dysmenorrhea

ktgri_gngg_aktvt as belajar

N Valid 42 42

Missing 0 0

Mean 1.79 1.81

Std. Deviation .645 .505

Frequency Table

karaktristik_gejala_dysmenorrhea

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ringan 14 33.3 33.3 33.3

sedang 23 54.8 54.8 88.1

berat 5 11.9 11.9 100.0

Total 42 100.0 100.0

ktgri_ganggua_aktivitas belajar

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat terganggu 10 23.8 23.8 23.8

Terganggu 30 71.4 71.4 95.2


(3)

C.

Analisa Data dengan Uji Korelasi Spearman

NONPAR CORR /VARIABLES=krt_d akt_bljr /PRINT=SPEARMAN TWOTAIL

NOSIG /MISSING=PAIRWISE.

Frequencies

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N karakteristik gejala

dysmenorrheal

7.21 1.554 42

aktivitas belajar mahasiswi 42.52 13.080 42

Nonparametric Correlations

[DataSet0]

Correlations

karakteristik gejala dysmenorrhea

aktivitas belajar mahasiswi Spearman's rho karakteristik gejala

dysmenorrhea

Correlation Coefficient 1.000 -.037

Sig. (2-tailed) . .816

N 42 42

aktivitas belajar mahasiswi

Correlation Coefficient -.037 1.000

Sig. (2-tailed) .816 .


(4)

D.

Uji test Data Distribusi Normal

EXAMINE VARIABLES=krt_d akt_bljr /PLOT BOXPLOT NPPLOT /COMPARE

GROUP /STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95 /MISSING

LISTWISE /NOTOTAL.

Explore

[DataSet0]

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

karakteristik gejala dysmenorrheal

42 100.0% 0 .0% 42 100.0%

aktivitas belajar mahasiswi 42 100.0% 0 .0% 42 100.0%

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. karakteristik gejala

dysmenorrheal

.245 42 .000 .909 42 .003

aktivitas belajar mahasiswi .124 42 .103 .958 42 .123


(5)

E.

Reliabel kuesioner Penelitian

RELIABILITY /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12

p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 p21 p22 p23 p24 p25 p26 p27 p28

p29 p30 p31 p32 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA.

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.904 32

Reliabel karakteristik Gejala dysmenorrhea

RELIABILITY /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL

/MODEL=ALPHA.

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items


(6)