Wakaf Produktif dalam Fiqih

25 Pendapat ulama fiqih kontemporer dalam menyikapi wakaf produktif: a. Wahbah al-Zuhaili Tidak ada larangan untuk mewakafkan harta benda bergerak kalau ia berbentuk barang yang mempunyai manfaat. Jadi kalau ia berbentuk uang ia tidak boleh dihabiskan, ia mesti diinvestasikan pada sektor yang menguntungkan dan keuntungan inilah yang akan dinikmati oleh masyarakat, atau ia digunakan untuk membangun harta wakaf yang sudah ada atau untuk membeli harta wakaf baru. 16 b. Syaikh Musthafa al-Zarqa Syaikh Musthafa al-Zarqa brpendapat bahwa ahli fiqih menyebutkan kondisi-kondisi dimana wakaf produktif yang brsifat sementara hukumnya sah. Seperti wakaf bangunan atau tanah untuk disewakan dalam kurun waktu tertentu sekalipun lama, maka wakafnya sah dan akad sewanya tidak batal. 17 c. Sayyid Sahiq Sayyid Sahiq di dalam kitabnya yang berjudul Fiqih Sunnah berpendapat bahwa kita dapat mewakafkan properti, harta benda bergerak, mushaf, kitab, senjata dan binatang. Dapat juga mewakafkan segala sesuatu tidak boleh mewakafkan anjing, babi, binatang buas yang tidak boleh diburu, dan 16 Wahbah al-Zuhail, Fiqh Islami wa adillatuh, h.161. 17 Munzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, Jakarta: Khalifa, 2003, h.466. 26 binatang-binatang buas yang tidak boleh ditangkap. 18 d. Mundzir Qahaf Menurut Mundzir Qahaf, wakaf adalah memberikan harta atau pokok benda yang produktif terlepas dari campur tangan pribadi, menyalurkan hasil dan manfaatnya secara khusus sesuai dengan tujuan wakaf, baik untuk kepentingan perorangan, masyarakat, agama atau umum. 19 Melakukan wakaf merupakan bagian memberdayakan asset ekonomi masyarakat yang ada dalam harta wakaf. Dengan demikian, harta wakaf harus dikelola secara produktif agar menghasilkan peluang bagi terbukanya sektor strategis yang menguntungkan, seperti membuka lapangan kerja baru dan pengelolaan pelayanan publik yang meringankan beban ekonomi masyarakat. Dengan melakukan wakaf, berarti seseorang telah memindahkan harta dari upaya konsumsi menuju reproduksi dan investasi dalam bentuk modal produktif yang dapat memproduksi dan menghasilkan sesuatu yang bisa dikonsumsi pada masa-masa yang akan datang, baik oleh pribadi maupun kelompok. Dengan demikian wakaf merupakan kegiatan menyimpan dan berinvestasi secara bersamaan. Kegiatan ini mencakup kegiatan menahan harta yang mungkin dimanfaatkan oleh wakif baik secara langsung maupun setelah berubah 18 Sayyid Sahiq, Fiqh Sunnah, Jakarta: Pena, 2009, h.466. 19 Abdul Hakim, “Manajemen Harta Wakaf Produktif dan Investasi dalam Sistem Ekonomi Syari’ah”, Riptek 4, no.II 2010: h.22. 27 menjadi barang konsumsi, sehingga tidak dikonsumsi saat ini, dan pada saat yang bersamaan ia telah mengubah pengelolaan harta menjadi investasi yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah harta produktif. 20

5. Tujuan dan Hikmah Wakaf

Wakaf merupakan salah satu bentuk ibadah yang nilainya dominan pada ibadah sosial Beberapa tujuan dan hikmah yang ingin dicapai oleh Islam adalah: a. Membentangkan tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia pada umumnya. b. Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial. c. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin dalam suatu masyarakat. d. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama mereka yang mempunyai harta. e. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban, menyerahkan hak orang lain yang ada padanya, berhati pemurah dan tidak kikir. f. Mensyukuri nikmat yang diberikan Allah dengan cara berbagi kepada yang membutuhkan. g. Untuk mencari keridhaan Allah, termasuk di dalamnya segala macam usaha untuk menegakkan agama Islam, seperti: mendirikan 20 Abdul Hakim, “Manajemen Harta Wakaf Produktif dan Investasi dalam Sistem Ekonomi Syari’ah”, Riptek 4, no.II 2010: h.22.