2.3 Tuntutan
Para ahli telah mengemukakan defenisi mengenai tuntutan tetapi ada satu defenisi yang diterima secara universal. Setiap penulis memberikan defenisinya sendiri
bergantung pada sudut pandang masing-masing. Di bawah ini adalah beberapa defenisi tuntutan yang dikemukakan beberapa pakar.
1. Gilbreath 1995 mendefinisikan tuntutan adalah penyedia jasa meminta biaya,
waktu atau ganti-rugi terhadap pelaksanaan pekerjaan, kompensasi lain yang disetujui dari satu pihak pengguna jasa sesuai kontrak.
2. Soeharto 1995 mendefinisikan tuntutan adalah permintaan kompensasi atas biaya
atau waktu karena adanya perubahan atau perbedaan yang telah dijanjikan atau disetujui dalam kontrak.
3. Edward 1997 mendefinisikan tuntutan adalah permohonan akan tambahan uang,
tambahan waktu pelaksanaan, atau perubahan metode pelaksanaan pekerjaan yang selanjutnya dibuat dokumen tuntutan untuk diajukan ke salah satu pihak.
Pengertian tuntutan yang penulis gunakan untuk penelitian ini adalah permintaan kompensasi yang timbul dari pelaksanaan suatu pekerjaan jasa konstruksi dari penyedia
jasa kepengguna jasa karena adanya perubahan atau perbedaan apa yang dijanjikan atau disetujui dalam kontrak dengan apa yang terjadi di lapangan.
2.3.1 Landasan Hukum Tuntutan
Peraturan dan perundang-undangan yang digunakan sebagai pedoman pengadaan dan pelaksanaan jasa konstruksi yang berlaku adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang No.18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
Universitas Sumatera Utara
Pada bab 3 bagian 3 pasal 22 butir 2 dijelaskan bahwa kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus mencakup uraian tentang a cidera janji, b tanggung
jawab, jika salah satu pihak pengguna jasa atau penyedia jasa tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan. Dari isi bab 3 di atas cidera janji adalah suatu
keadaan apabila salah satu pihak dalam kontrak kerja konstruksi tidak melaksanakan apa yang diperjanjikan dalam kontrak, sedangkan tanggung jawab adalah suatu
keadaan apabila salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan, maka pihak lain berhak mendapat kompensasi waktu, penggantian
biaya dan perbaikan atau pelaksanaan ulang hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa yang diperjanjikan.
2. Peraturan Pemerintah No.29 tahun 2000 tentang Penyelenggara Jasa Kontsruksi.
Pada bab 3 pasal 23 dijelaskan bahwa kontrak kerja konstruksi harus memuat uraian mengenai hak dan kewajiban pengguna jasa dan penyedia jasa dan ketentuan
mengenai cidera janji. Yang dimaksud cidera janji penyedia jasa adalah tidak menyelesaikan tugas, tidak memenuhi mutu dan kuantitas, tidak menyerahkan hasil
pekerjaan. Sedangkan cidera janji pengguna jasa adalah terlambat membayar, tidak membayar, terlambat menyerahkan sarana pelaksanaan pekerjaan.
2.3.2 Penyebab Terjadinya Tuntutan
Penyebab timbulnya tututan dalam suatu kontrak konstruksi bisa terjadi antara pengguna jasa dan penyedia jasa. Tuntutan baru diketahui setelah pekerjaan dilaksanakan. Dengan
mengetahui sebab timbulnya tuntutan para pihak selaku pelaksana industri jasa konstruksi dapat menempatkan masalah tuntutan secara wajar dan proposional.
Universitas Sumatera Utara
Secara garis besar faktor-faktor penyebab tuntutan dapat dikelompokkan menjadi sembilan faktor.
2.3.2.1 Keterlambatan Akibat Pengguna Jasa
Kebanyakan tuntutan melibatkan paling tidak beberapa faktor penyebab keterlambatan. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, tuntutan keterlambatan dapat dikategorikan menjadi :
a. Nonexcusable tidak diijinkan atau tidak beralasan
Keterlambatan yang terjadi disebabkan oleh faktor yang masih dalam tanggung jawab penyedia jasa kesalahan penyedia jasa sehingga penyedia jasa tidak
mendapatkan kompensasi waktu.
b. Excusable dijinkan
Keterlambatan yang disebabkan faktor di luar jangkauan penyedia jasa, tetapi bukan disebabkan oleh tindakan pengguna jasa. Biasanya penyedia jasa akan memperoleh
kompensasi waktu.
c. Compensable mendapat kompensasi
Keterlambatan yang disebabkan faktor kesalahan pengguna jasa sehingga penyedia jasa memperoleh kompensasi waktu.
Keterlambatan dianggap dapat diganti apabila pengguna jasa gagal memenuhi kewajiban yang dinyatakan dalam kontrak. Berdasarkan keterlambatan itu, penyedia
jasa dapat meminta perpanjangan waktu kepada pengguna jasa.
2.3.2.2 Perubahan Jadwal Oleh Pengguna jasa
Hal ini menyebabkan penyedia jasa harus menghitung penjadwalan proyek dan membutuhkan tambahan waktu sehingga penyedia jasa dapat mengajukan tuntutan.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2.3 Perbedaan Kondisi Lapangan
Tuntutan ini terjadi karena kondisi lapangan yang berbeda dengan dokumen. Pada umumnya terjadi pada pekerjaan tanah dan substruktur karena keadaan tanah suatu
tempat dengan tempat lain berbeda. Penyelidikan tanah yang dilakukan pengguna jasa mungkin tidak menggambarkan kondisi tanah proyek karena sifat tanah yang sulit untuk
diperkirakan. Penyedia jasa berkewajiban mengantisipasi perubahan sifat tanah tersebut dengan melakukan inspeksi lapangan dan menggunakan data yang disediakan oleh
pengguna jasa. Biasanya waktu yang diberikan untuk melakukan inspeksi lapangan tersebut terlalu singkat. Karena itu, penyedia jasa dapat mengajukan tuntutan atas
perbedaan kondisi tanah tersebut.
2.3.2.4 Kondisi Cuaca Yang Tidak Biasa
Penyedia jasa dapat mengajukan tuntutan atas kondisi cuaca tidak biasa yang terjadi pada waktu dan tempat proyek dilaksanakan. Hal ini disebabkan penyedia jasa tidak
mempunyai kewajiban untuk mengantisipasi atau meramal cuaca tersebut sebelumnya. Kewajiban penyedia jasa hanyalah mengantisipasi cuaca normal dan musim yang terjadi
pada saat pelaksanan proyek tersebut. Hujan deras yang terus menerus atau kondisi cuaca sejenis yang menyebabkan pekerjaan tidak dapat atau terlambat dilaksanakan
biasanya termasuk keterlambatan yang diizinkan excusable sehingga penyedia jasa mengajukan tuntutan.
2.3.2.5 Percepatan Kerja
Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan percepatan kerja. Percepatan kerja ini dikenal sebagai waktu lembur. Produktivitas dengan waktu lembur tidak selalu lebih
besar dari waktu normal karena semakin lama produktivitas dengan waktu lembur akan menurun sedangkan biaya yang dikeluarkan lebih besar dari waktu normal. Kehilangan
Universitas Sumatera Utara
produktivitas itu dapat diajukan sebagai tuntutan oleh penyedia jasa jika percepatan kerja tersebut merupakan perintah pengguna jasa, bukan karena keterlambatan penyedia
jasa. Dalam hal ini, penyedia jasa dapat menyatakan produktivitasnya terganggu karena harus mengeluarkan sumber daya dan waktu yang lebih banyak untuk menghasilkan
keluaran yang sama.
2.3.2.6 Penundaan Pekerjaan Dan Penghentian Pekerjaan Oleh Pengguna Jasa
Pekerjaan proyek dapat ditunda atau bahakan dihentikan sama sekali oleh pengguna jasa karena berbagai alasan. Pada umumnya penundaan atau penghentian proyek oleh
pengguna jasa karena pengguna jasa mengalami kesulitan keuangan. Akibatnya, pengguna jasa menghentikan pembayaran semua kegiatan yang dipengaruhi oleh
penundaan atau penghentian pekerjaan tersebut.
Jika pengguna jasa menghentikan atau menunda proyek ini, penyedia jasa dapat mengajukan tuntutan kepada pengguna jasa karena penyedia jasa kehilangan waktu dan
kesempatan mengerjakan proyek lain selama penundaan atau penghentian itu. Penyedia jasa juga dirugikan atas pekerjaan-pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya seperti
pekerjaan pembongkaran, mobilisasi, demobilisasi, biaya langsung, dan lain-lain.
2.3.2.7 Kegagalan Kesepakan Harga Perubahan Pekerjaan
Pada saat berlangsungnya pekerjaan konstruksi, pengguna jasa ataupun perencana sering melakukan perubahan pekerjaan. Perubahan pekerjaan itu biasanya tidak menyebabkan
perubahan pada biaya total pengguna jasa tetapi mempengaruhi biaya total penyedia jasa. Keadaan ini seringkali diabaikan oleh pengguna jasa sehingga penyedia jasa
mengajukan tuntutan.
2.3.2.8 Perbedaan Pada Gambar Rencana dan spesifikasi
Universitas Sumatera Utara
Gambar rencana dan spesifikasi merupakan bagian kontrak yang penting sebagai acuan pelaksanaan di lapangan. Kesalahan ataupun perbedaan pada gambar rencana dan
spesifikasi dapat menyebabkan gangguan atau hambatan terhadap kinerja penyedia jasa di lapangan. Misalnya, adanya ketidakcocokan antara gambar yang satu dengan yang
lain, penggunaan standar spesifikasi yang lama sehingga produk yang bersangkutan sudah tidak ada lagi di pasaran utntuk, dan lain-lain. Kejadian diatas dapat menyebabkan
timbulnya tuntutan penyedia jasa.
2.3.2.9 Masalah Keuangan
Kondisi keuangan suatu negara sering mempengaruhi keuangan proyek. Hal ini terutama terjadi pada proyek-proyek yang dibiayai oleh pemerintah. Walaupun
demikian, sektor swasta juga tidak lepas dari pengaruh keuangan suatu negara karena kebanyakan proyek dibiayai oleh pinjaman-pinjaman dari luar negeri yang secara
otomatis mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi keuangan negara saat itu. Secara garis besar kondisi keuangan negara yang ada saat itu merupakan cerminan kondisi
perekonomian suatu negara.
2.3.2.10 Identifikasi Permasalahan mengenai “Klaim” Pada Proyek
Secara umum permasalahan mengenai klaim yang terjadi pada proyek sangat kompleks, kompleksitas pelaksanaan proses konstruksi, dokumen-dokumen proyek, dan kondisi
kontrak menyebabkan terjadinya klaim. Adapun permasalahan mengenai klaim yang teridentifikasi pada proyek antara lain
adalah :
1. Terjadinya perubahan spesifikasi
Universitas Sumatera Utara
Perubahan spesifikasi didalam pelaksanaan proyek ini terjadi akibat adanya perubahan desain oleh pengguna jasa yang termasuk dalam kontrak dan biasa
terjadi setelah pekerjaan dikerjakan lebih dari 50.
2. Terjadinya perubahan kondisi lapangan.
Perubahan kondisi lapangan ini terjadi karena kondisi lapangan proyek yang berbeda dengan dokumen. Pada umumnya terjadi pada pekerjaan tanah dan
substruktur karena keadaaan tanah suatu tempat dengan tempat lain berbeda.
3. Terjadinya kondisi cuaca yang tidak biasanya.
Di dalam pelaksaan proyek kondisi cuaca juga harus diperhatikan karena kondisi cuaca yang tidak biasanya ini bisa menghambat semua pekerjaan dalam
menyelesaikan proyek akibatnya proyek tersebut mengalami keterlambatan.
4. Terjadinya percepatan waktu
Percepatan waktu ini biasanya terjadi akibat adanya penundaan didalam pelaksanaan proyek.
5. Terjadinya pembengkakan biaya akibat biaya overhead
Biaya overhead ini terjadi akibat adanya penambahan pekerjaan di luar kontrak dan pekerjaan tersebut dihitung ulang didalam RAB.
Robert D. Gilbreath dalam bukunya “MANAGING CONSTRUCTION CONTRACTS” halaman 214 – 215 memberikan 3 tiga contoh kasus klaim.
Ringkasannya adalah sebagai berikut :
Adapun contoh kasusnya yang terjadi didalam proyek sebagai berikut : a.
Proyek PT. Sanggar Kaltim Jaya SKJ Dalam hal ini PT. Sanggar Kaltim Jaya SKJ adalah sebagai
kontraktor pelaksana dan PT. Karang Laut sebagai sub-kontraktor
Universitas Sumatera Utara
menandatangai kontrak dengan Total E P Indonesie Total untuk mengerjakan konstruksi plat form dan of sites di Kalimanatan Timur,
Permasalahan mulai muncul ketika Total mengubah hampir 80 desain proyek ketika proyek telah berjalan. Hal ini lalu berdampak kepada
perpanjangan penyelesaian pekerjaan dan membengkaknya biaya yang timbul akibat perubahan tersebut.
PT. Sanggar Kaltim Jaya Sebagai kontraktor beserta PT. Karang Laut lalu mengajukan tagihan kepada Total, tagihan tersebut berjumlah USD
18,092 juta yang dikarenakan pembengkakan biaya akibat perubahan tersebut. Total kemudian menolak pengajuan tagihan tersebut dikarenakan
tidak pernah ada technical. Setelah gagal mendapatkan tagihan dari Total, kedua perusahaan tersebut lalu mengadakan suatu usaha untuk mencari jalan
tengah dengan menyampaikan kepada BP Migas. Selanjutnya mereka menyetujui BP Migas sebagai mediator untuk menyelesaikan masalah
tagihan tersebut. BP Migas kemudian mengusulkan agar klaim tersebut diaudit oleh BPKP sebagai auditor independent dan Total mengisyaratkan
bahwa total juga setuju untuk mentaati hasil dari BPKP. Namun Total ternyata tidak melaksanakan hasil audit yang telah di keluarkan dari BPKP
untuk membayar tagihan klaim tersebut. Karena merasa Total tidak mempunyai itikad baik untuk menyelesaikan masalah tersebut, maka dua
perusahaan kontraktor itu memilih untuk menyelesaikan masalahnya ke pengadilan Niaga.
Hal- hal yang menjadi “klaim” pada proyek ini adalah
Klaim Perubahan Pekerjaan. Klaim akibat perubahan pekerjaan terjadi pada masalah teknis yaitu
pengguna jasa merubah hampir 80 desain ketika proyek berjalan. sehingga penyedia jasa perlu waktu tambahan untuk melakukan
pekerjaan tambahan untuk memperbaiki kesalahan atau kelalaian tersebut pada tahap pelaksanaan proyek.
Universitas Sumatera Utara
Klaim Penambahan Waktu dan Biaya. Klaim penambahan waktu dan biaya yang terjadi pada proyek ini adalah
perubahan desain dari pengguna jasa yang membuat Kontraktor meminta perpanjangan waktu dari kompensasi perubahan desain tersebut.
Klaim Pengguna Jasa. Klaim ini terjadi akibat adanya penolakan Change Order Request oleh
total selaku pengguna jasa yang membuat penyedia jasa keberatan. Mereka mempersoalkan penolakan atas penambahan biaya akibat
perubahan desaian tersebut dan mereka meminta bantuan BP Migas sebagai mediator dan menunjuk BPKP sebagai auditor independent.
Walaupun BPKP telah menghasilkan hasil audit dan memerintahkan Total membayar konpensasi kepada penyedia jasa. Total menolak hal
tersebut dan malah meminta kedua penyedia jasa untuk membayar penalty yang diakibatkan dari keterlambatan penyedia jasa menyelesaikan
proyek tepat waktu. Hal ini dianggap wajar bahwa permintaan klaim Total penyedia jasa untuk membayar penalty. Dengan kata lain
permintaan Total agar PT. Sanggar Kaltim Jaya dan PT. Istana Karang Laut membayar penalty dapat diterima karena Total tidak pernah
menyetujui permintaan Change Order dari kedua penyedia jasa tersebut. Penyelesaian Sengketa
Dalam kasus ini penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh kedua belah pihak adalah dengan cara abritrasi yaitu melalui juri atau hakim di bidang
perdagangan dan industri. Adapun prosedur penyelesaian tuntutan dengan cara arbitrase adalah
Membuat list item yang akan di klaim.
Membuat surat permohonan.
Melengkapi data-data sebagai bukti klaim.
Universitas Sumatera Utara
Menunjuk arbiter.
Mendaftar ke Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI.
Penyelesaian.
b. Proyek Pengelasan Pipa Uap
Proyek ini dimulai ketika perusahaan A sebagai pengguna Jasa dari suatu komplek industri yang sedang dibangun, menandatangani suatu
kontrak dengan perusahaan B sebagai penyedia jasa untuk mengerjakan suatu pekerjaan pengelasan pipa uap, permasalahan mulai muncul ketika
Pengguna jasa mengirimkan seorang insinyur mesin mengikuti seminar 3 hari mengenai teknik pemeriksaan pengelasan secara visual dengan
menggunakan X-Ray dan insinyur tersebut merubah spesifikasi untuk proses penanaman pipa uap tepat setelah Penyedia Jasa melaksanakan pekerjaan
tersebut. Hal ini berdampak pada perpanjangan penyelesaian pekerjaan dan pembengkakan biaya akibat inefesiensi dalam pengelasan. Karena
pemeriksaan dilakukan oleh perusahaan lain yang disewa Pengguna Jasa tidak ada perubahan pekerjaan. Setelah beberapa bulan bekerja, Penyedia
Jasa yang memasang pipa mengajukan klaim sebesar Rp.2.000.000.000,- sebagai tambahan kompensasi karena inefisiensi dan campur tangan
disebabkan kenaikan proses pengawasan. Karena penyedia jasa ingin menyelesaikan masalah tersebut dengan cara kekeluargaan maka dua
perusahaan itu memilih untuk menyelesaikan masalahnya dengan cara musyawarahmediasi.
Hal- hal yang menjadi “klaim” pada proyek ini adalah
Klaim Perubahan Spesifikasi. Klaim ini terjadi pada proses penanaman pipa uap yang dengan sengaja
pengguna jasa menyewa perusahaan lain untuk memeriksa pekerjaan tersebut dan merubah spesifikasinya yang telah tertulis dikontrak
Universitas Sumatera Utara
. Penambahan Waktu dan Biaya.
Pada proyek ini klaim penambahan waktu dan biaya terjadi akibat adanya perubahan spesifikasi yang berdampak pada perpanjangan penyelesaian
pekerjaan dan pembengkakan biaya akibat inefesiensi dalam pengelasan. Penyelesaian Sengketa.
Pada proyek ini kasus yang terjadi baik akibat penambahan waktu dan perubahan
spesifikasi diselesaikan
dengan cara
melalui musyawarahmediasi dengan prosedurnya sebagai berikut :
Membuat list item yang akan diklaim.
Melengkapi data-data sebagai bukti klaim.
Mengajukan surat resmi ke owner.
Klarifikasi bersama owner.
Negoisasi ke owner.
Penyelesaian.
c. Proyek Pembangunan Pusat Listrik
Dalam proyek ini perusahaan A sebagai owner dan perusahaan B sebagai kontraktor menandatangani kontrak yang berjenis kontrak unit price.
Permasalahan ini dimulai ketika gambar desain berubah yang mengenai saluran kabel bawah tanah dan rutejalannya kabel tersebut yang ditetapkan
secara tiba-tiba rusak ketika tarikan kabel dimulai dari dalam pabrik. Perubahan berdampak pada penambahan panjang kabel yang ditanam hanya
sebanyak 10 dari perkiraan asli dan Penyedia Jasa dibayar berdasarkan unit price untuk penambahan ini. Karena penyedia jasa ingin menyelesaikan
masalah tersebut dengan cara kekeluargaan maka dua perusahaan itu memilih
untuk menyelesaikan
masalahnya dengan
cara musyawarahmediasi.
Universitas Sumatera Utara
Hal- hal yang menjadi “klaim” pada proyek ini adalah
Perbedaan Pada Gambar Rencana dan spesifikasi Klaim ini terjadi karena adanya in-efisiensi dalam operasi pekerjaan
mengacu pada revisi gambar yang menyebabkan perubahan ukuran kabel dan rute, sebagai akibat penyedia Jasa tidak dapat merencanakan
penggunaan kabel sampai kepada panjang potongan kabel maksimum dari standar gulungan kabel jika kabel diukur, dipotong, ditarik dan
kemudian dikeluarkan lagi dan dibuang. Perbedaan Kondisi Lapangan
Pada proyek ini perbedaan kondisi lapangan terjadi karena adanya demobilisasi, waktu tunggu, dan remobilisasi dan angkatan kerja dari satu
tempat ketempat lain dari pabrik karena perubahan gambar kenyataan. Penyelesaian Sengketa.
Pada proyek ini kasus yang terjadi diselesaiakan dengan cara melalui musyawarah mediasi dengan prosedurnya sebagai berikut :
Membuat list item yang akan diklaim.
Melengkapi data-data sebagai bukti klaim.
Mengajukan surat resmi ke owner.
Klarifikasi bersama owner.
Negoisasi ke owner.
Penyelesaian.
d. Proyek Pusat Listrik Nuklir
Pada proyek ini jenis kontrak yang diberikan kepada penyedia jasa A - mekanikal adalah lump sum untuk memasang genarator turbin untuk pusat
listrik nuklir. Dalam proyek ini generator turbin yang digunakan untuk membangun pusat listrik nuklir ini dikirim melalui jalan laut dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan kapal tongkang. Pada waktu generator turbin akhirnya tiba, Penyedia Jasa-A tidak dapat memindahkan komponen-komponen berat dari
tongkang ke dermaga yang tujuannya untuk menempatkan turbin. karena lubang galian pipa sedalam 7 meter terisi dan sebagian pipa air sirkulasi
yang menghalangi jalan masuk maka untuk penempatan tersebut dibangunan gudang turbin sementara. Karena penyedia jasa ingin
menyelesaikan masalah tersebut dengan cara kekeluargaan maka dua perusahaan itu memilih untuk menyelesaikan masalahnya dengan cara
musyawarahmediasi.
Hal- hal yang menjadi “klaim” pada proyek ini adalah
Penambahan Waktu dan Biaya. Pada proyek ini penambahan waktu dan biaya terjadi akibat adanya
Tenaga kerja dan peralatan menunggu 2 bulan karena es serta tambahan 2 bulan untuk kelambatan pembuatan lubang pipa yang berdampak pada
perpanjangan penyelesaian pekerjaan dan kehilangan keuntungan karena tidak dapat menggunakan tenaga kerja dan peralatan untuk pekerjaan
lain. Perbedaan Kondisi Lapangan
Pada proyek ini perbedaan kondisi lapangan terjadi karena adanya pembangunan gudang sementara untuk generator turbin di lapangan yang
gunanya untuk menunggu demobilisasi dan remobilisasi generator turbin dari satu tempat ketempat lain.
Percepatan Kerja Pada proyek ini percepatan kerja terjadi akibat lubang galian pipa tertutup
es dan untuk mengatasi kehilangan waktu, pekerjaan untuk pipa tersebut dipercepat penyelesaiannya.
Universitas Sumatera Utara
Penyelesaian Sengketa. Pada proyek ini kasus ini penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh
kedua perusahaan dengan cara melalui musyawarah mediasi yang prosedurnya sebagai berikut :
Membuat list item yang akan diklaim.
Melengkapi data-data sebagai bukti klaim.
Mengajukan surat resmi ke owner.
Klarifikasi bersama owner.
Negoisasi ke owner.
Penyelesaian.
Berdasarkan contoh kasus klaim diatas adapun kesimpulan yang dapat diambil yaitu
Tuntutan yang diajukan oleh kontraktor disebabkan oleh faktor-faktor seperti perbedaan kondisi lapangan, kondisi cuaca yang tidak biasa,
percepatan kerja, penundaan dan penghentian waktu kerja oleh owner, perubahan design dan spesifikasi.
Bahwa hasil yang didapatkan tentang terjadinya tuntutan pada masing-masing proyek yang paling berpengaruh adalah faktor
perubahan oleh pengguna jasa baik masalah design atau spesifikasinya.
Adapun cara penyelesaian konflik yang paling disukai oleh masing- masing perusahaan adalah musyawarahmediasi dikarenakan cara ini
murah, cepat dan kedua perusahaan ingin tetap menjaga hubungan baiknya.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Jenis-jenis Tuntutan