Sehingga bila kita bandingkan biaya pekerjaan tambah kurang tersebut dengan biaya total proyek, dimana total proyek sebesar Rp.164.500.000.000,- maka kita dapatkan
bahwa persentase biaya pekerjaan tambah kurang pada proyek ini adalah sebesar 0,99. Pekerjaan tambah kurang ini meliputi pekerjaan persiapan, pekerjaan arsitektur,
pekerjaan pembongkaran existing, dan pekerjaan arsitetur. Dari data pekerjaan tambah kurang yang disajikan di atas, penulis mengindentifikasi
penyebab dari masing-masing pekerjaan tambah kurang pada proyek ini yaitu perubahan oleh pengguna jasa, faktor masalah pada spesifikasi, dan faktor keterlambatan material.
Kemudian setelah dibandingkan antara ketiga faktor tersebut ternyata faktor perubahan oleh pengguna jasa merupakan faktor yang paling menentukan pada pekerjaan tambah
kurang pada proyek ini.
4.6 Analisa Hambatan yang Berpotensi Terjadi di Proyek
Proyek konstruksi semakin hari menjadi kompleks sehubungan dengan standar- standar baru yang ditetapkan, teknologi yang canggih, dan keinginan pengguna jasa
untuk melakukan penambahan ataupun perubahan lingkup pekerjaan. Suksesnya sebuah proyek tak lepas dari dari kerja sama antara pihak-pihak yang terlibat didalamnya yaitu
pengguna jasa, konsultan perencana dan penyedia jasa. Pihak-pihak tersebut mempunyai kepentingan dan tujuan yang berbeda sehingga konflik selalu timbul akibat perbedaan
pendapat pada saat perencanaan dan pembangunan proyek.
Berikut ini penulis uraikan hambatan-hambatan yang mungkin terjadi selama proses pelaksanaan tuntutan yang diajukan oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa.
Selanjutnya hambatan-hambatan tersebut akan diperbandingkan dengan kejadian- kejadian yang dialami pada proyek pembangunan gedung Hotel Santika. Hambatan-
hambatan yang dapat terjadi pada pengajuan tuntutan yaitu : 1.
Permohonan pengajuan tuntutan terlambat Permohonan pengajuan tuntutan suatu proyek konstruksi sangat tergantung pada
metodologi yang membutuhkan pertimbangan teknis dan administrasi kurang matang maka akan menyebabkan keterlambatan didalam permohonan pengajuan
tuntutan.
Universitas Sumatera Utara
Potensi keterlambatan pengajuan tuntutan pada proyek pembangunan gedung Hotel Santika ini bisa saja terjadi. Hal ini dikarenakan kondisi kerja penyedia jasa yang
dihadapkan pada waktu yang singkat sehingga dituntua untuk selalu bekerja memenuhi target waktu penyelesaian proyek. Akibat yang timbul dari waktu proyek
yang singkat adalah banyaknya rekaman data yang terlambat, serta kurang terkontrolnya keakuratan data dan keakuratan BQ.
2. Penyedia jasa tidak mengikuti prosedur kontrak
Prosedur kontrak merupakan suatu prosedur yang telah disepakati oleh penyedia jasa dan penggunaan jasa dan prosedur kontrak ini berkekuatan hukum. Prosedur ini
harus dilaksanakan oleh kedua pihak jika mengalami masalah dalam pelaksanaan konstruksi. Prosedur tersebut berisi mengenai hal-hal teknis dan administrasi yang
harus dipatuhi oleh masing-masing pihak yang terlibat dalam proyek kontruksi. Hambatan dari penyedia jasa yang tidak mengikuti prosedur kontrak pada proyek
pembangunan gedung Hotel Santika ini bisa saja terjadi dalam proses pengajuan tuntutan. Kasus yang terjadi pada proyek ini adalah porsedur administrasi, yaitu
tentang kelengkapan dokumen untuk pengajuan tuntutan. Dokumen pendukung pengajuan tuntutan yang tidak tersedia pada proyek ini adalah
dokumen instruksi lapangan. Dokumen ini seharusnya dikeluarkan oleh manajemen kontruksi, namun yang terjadi pada proyek ini, manajemen konstruksi tidak pernah
mengeluarkan bukti tertulis tentang instruksi lapangan melainkan hanya hanya berupa instruksi lapangan secara lisan. Hal ini menyebabkan penyedia jasa posisinya
menjadi lemah jika ingin mengajukan tuntutan terhadap pengguna jasa. Salah satu kasus yang terjadi tentang instruksi lapangan secara lisan adalah
perubahan pada lapisan besi beton dinding. Semula lapisan dinding tersebut berbahan dasar besi menjadi berbahan dasar besi dikarenakan harga baja ringan lebih
mahal dari besi maka digunakan lah lapisan dinding besi tersebut. Untuk mengantisipasi terjadinya kejadian dimana pihak penyedia jasa tidak
mengikuti prosedur kontrak, maka diperlukan kepedulian yang tinggi dan pemahaman yang baik terhadap isi dokumen kontrak tersebut. Hal ini diperlukan
Universitas Sumatera Utara
agar bila timbul masalah dalam pelaksanaan konstruksi, penyedia jasa dapat segera menyelesaikannya sesuai dengan prosedur yang ada dalam dokumen kontrak.
3. Kurang akuratnya rekaman data yang dibutuhkan
Masih berkaitan dengan hambatan sebelumnya, kurang akuratnya rekaman data yang dibutuhkan pada proyek ini dikarenakan kondisi kerja penyedia jasa yang
dihadapkan pada waktu yang singkat sehingga ditutntut untuk selalu bekerja agar memenuhi target waktu penyelesaian proyek.
Data penting yang tidak ada pada proyek ini adalah data tentang instruksi lapangan secara tertulis. Tidak adanya data tentang instruksi lapangan akan sangat merugikan
sekali bagi pihak penyedia jasa. Hal ini menyebabkan pihak penyedia jasa berada pada posisi yang lemah jika terjadi pengajuan posisi yang lemah jika terjadi
pengajuan tuntutan. Namun demikian instruksi lapangan yang dilakukan secara lisan tersebut pada akhirnya dapat didokumentasikan pada risalah rapat yang dilakukan
setiap minggu. Kurang akuratnya rekaman data yang dibutuhkan dapat berakibat bagi pihak
penyedia jasa. Akibat-akibat yang mungkin timbul yaitu pekerjaan yang telah dilaksanakan bisa saja tidak diakui oleh pihak pengguna jasa. Selain itu kesalahan
pada pekerjaan yang tidak diakui dapat menyebabkan biaya pelaksanaan bertambah. Akibat buruk berikutnya adalah audit yang dilakukan pihak pemerintah dapat
membuat keputusan bahwa proyek tersebut bermasalah. Kejadian mengenai kurang akuratnya rekaman data yang dibutuhkan pada proyek
yang dilaksanakan oleh PT. Waskita seharusnya tidak boleh terjadi. Hal ini dikarenakan PT. Waskita sendiri mempunyai standar instruksi kerja yang harus
dilaksanakan oleh para personilnya. Maka untuk mengantisipasinya diperlukan personil yang disiplin dan bertanggung jawab terhadap aturan yang telah ditentukan
PT. Waskita. 4.
Tuntutan yang diajukan tidak mempunyai dasar yang kuat Tuntutan merupakan suatu masalah pada proyek konstruksi. Oleh karena itu
diperlukan suatu tindakan yang tepat agar tuntutan yang diajukan dapat memenuhi syarat dan disetujui pengguna jasa. Salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam
Universitas Sumatera Utara
pengajuan tuntutan yaitu adanya dasar yang kuat tentang alasan pihak penyedia jasa mengajukan tuntutan. Tuntutan tersebut dapat terjadi jika penyedia jasa mengetahui
adanya pelanggaran dokumen kontrak dan kerugian berupa waktu dan biaya yang timbul dari pelaksanaan suatu pekerjaan yang diajukan oleh pengguna jasa terhadap
penyedia jasa karena adanya perubahan atau perbedaan apa yang dijanjikan atau disetujui dalam kontrak dengan apa yang terjai di lapangan.
Pada proyek ini, yang merupakan proyek milik pemerintah proses pengajuan tuntutan tidak pernah terjadi. Namun demikian memiliki potensi terjadinya tuntutan
pada saat pelaksanaan proyek. Potensi tersebut antara lain pekerjaan tambah Jika dilihat dari kasus di atas, pekerjaan tersebut tidak termasuk pelanggaran kontrak
karena telah disepakati antara kedua belah pihak mengenai pekerjaan tambahan. Tetapi pekerjaan tersebut menimbulkan kerugian bagi pihak penyedia jasa berupa
pengaturan kembali jadwal pelaksanaan proyek yang sebelumnya telah dibuat dan penambahan pkerjaan pada pekerjaan tersebut. Hal ini dilakukan agar waktu
penyelesaian proyek tetap terjaga. Dari uraian diatas di atas tidak terjadi pelanggaran kontrak oleh pengguna jasa karena pekerjaan tersebut di setujui kedua pihak dan
akan menjadi pekerjaan tambah pada proyek ini. 5.
Informasi yang dibutuhkan untuk menguji kebenaran tuntutan tidak tersedia Informasi merupakan hal yang penting yang harus dimiliki di setiap proyek
konstruksi. Kehilangan informasi pada pekerjaan konstruksi dapat mengakibatkan pekerjaan yang telah di kerjakan tidak di akui oleh pengguna jasa. Pada proyek ini
terjadi kasus yang berkaitan dengan informasi yang penting, yaitu tidak tersedianya instruksi lapangan yang di keluarkan oleh manajemen konstruksi dan pengguna jasa.
Ada dua kemungkinan yang menjadi alasan tidak tersedianya instruksi lapangan pada proyek ini, yaitu penyedia jasa tidak proaktif meminta dibuatkan instruksi
lapangan kepada manajemen konstruksi dan pihak manajemen konstruksi dengan sengaja tidak membuat instruksi lapangan. Alasan pertama terjadi karena waktu
pelaksanaan kerja yang singkat sehingga penyedia jasa lalai untuk meminta dibuatkan instruksi lapangan. Penyedia jasa beranggapan proses pembuatan instruksi
Universitas Sumatera Utara
lapangan tersebut dapat menyita waktu. Hal ini alur pembuatan instruksi lapangan sebagai berikut :
Perhitungan Nego
Pelaksanaan Biaya Harga Pekerjaan
Nego Harga
Perhitungan Biaya Ulang
Gambar 2.13 Alur Pembuatan Instruksi Lapangan
Instruksi lapangan tersebut muncul karena pengguna jasa menginginkan perubahan terhadap pekerjaan. Setelah itu perhitungan biaya dilakukan oleh penyedia jasa untuk
perubahn yang diinginkan pengguna jasa. Perhitungan biaya tersebut di laporkan kepada pengguna jasa untuk negoisasi harga, jika terjadi kesepakatan harga maka pekerjaan
tersebut dapat dilaksanakan. Namun jika terjadi penolakan, pihak penyedia jasa harus melakukan perhitungan biaya ulang yang selanjutnya di negoisasikan kembali kepada
pengguna jasa sampai terjadi kesepakatan bersama sehingga pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan. Namun pada proses tersebut dapat terjadi pembatalan instruksi lapangan
jika pengguna jasa tidak memiliki anggaran yang cukup untuk melakukan perubahan. Alur tersebut membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk mencapai kesepakatan.
Alasan kedua Karena pihak manajemen konstruksi lalai terhadap kewajibannya membuat instruksi lapangan yang mengakibatkan kerugian pada penyedia jasa. Namun
pada akhirnya segala pekerjaan yang telah dilakukan tanpa instruksi lapangan tertulis telah disetujui secara lisan oleh pengguna jasa dan didokumentasikan secara tertulis
rapat tiap minggunya.
Penyedia Jasa Instruksi
Lapangan Pengguna Jasa
Penyedia Jasa Penyedia
Jasa Pengguna Jasa
Tidak OK
OK
Universitas Sumatera Utara
4.7 Analisa Kemungkinan Alternatif Penyelesaian di Proyek