27
c. Pengelompokkan Aroma Sampel Minyak Nilam
Pengelompokan sampel minyak nilam dilakukan berdasarkan aroma yang mewakilinya menggunakan Principal Component Analysis PCA yang dilanjutkan
dengan biplot dengan menggunakan software MINITAB 16. Pengelompokan menggunakan PCA merupakan pengelompokan berdasarkan
keragaman data yang menghasilkan grafik scree plot, score plot, loading plot, dan biplot. Gambar scree plot deskripsi aroma minyak nilam pada Lampiran 14
menjelaskan nilai eigen yang diperoleh komponen utama. Selain dengan mengambil komponen utama dengan nilai eigen lebih dari satu, penentuan komponen utama juga
dapat dilakukan dengan uji gambar yang memetakan nilai-nilai eigen Setyaniningsih et al., 2010. Nilai eigen dan persentase ragam kumulatif aroma minyak nilam dapat
dilihat pada Tabel 10. Dari nilai eigen yang dihasilkan, komponen utama yang dapat diambil adalah satu buah. Sementara itu, berdasarkan scree plot komponen yang dapat
diambil berjumlah dua komponen karena terdapat dua komponen yang berada pada grafik sebelum grafik menunjukkan kecenderungan linier. Cara lain untuk menentukan
jumlah komponen utama yang diambil adalah berpatokan pada persentase ragam kumulatif dan pada kasus ini terdapat dua komponen dengan ragam kumulatif di atas
70, yakni 77,1. Komponen utama satu menjelaskan keragaman data sebesar 77,1 dan komponen utama dua menjelaskan sebesar 22,9 keragaman data.
Tabel 10. Nilai Eigen dan Persentase Ragam Kumulatif PC1
PC2 PC3
Eigenvalue 7,715 2,285
0,000 Proportion
0,771 0,229 0,000
Cumulative 0,771 1,000
1,000 Sementara itu, gambar score plot memberikan informasi mengenai komponen
utama satu dan komponen utama dua yang menerangkan hubungan antarsampel. Sampel yang diplotkan berdekatan dengan posisi dalam kuadran yang sama mempunyai
deskripsi yang sama sedangkan sampel yang berada pada lokasi kuadran yang berlawanan mempunyai deskripsi yang berbeda. Dari gambar score plot deskripsi aroma
minyak nilam pada Lampiran 15 dapat dilihat bahwa ketiga sampel minyak nilam, yaitu varietas Sidikalang, varietas Lhoksumawe, dan varietas Tapaktuan terletak pada
kuadran atau daerah yang berbeda-beda sehingga ketiga sampel tersebut memiliki deskripsi aroma yang cenderung berbeda satu sama lain. Hal ini menunjukkan bahwa
ketiga varietas minyak nilam aceh menghasilkan pengelompokan deskripsi aroma yang berbeda-beda.
Gambar loading plot deskripsi aroma minyak nilam pada Lampiran 16 memberikan informasi mengenai hubungan antarvariabel aroma. Atribut yang memiliki
nilai keragaman yang kecil digambarkan sebagai vektor yang pendek sedangkan atribut yang memiliki nilai keragaman yang besar digambarkan sebagai vektor yang panjang.
Dari loading plot tersebut, diperoleh informasi bahwa aroma camphor dan dry digambarkan sebagai garis pendek yang artinya intensitas kedua atribut aroma dari tiga
varietas minyak nilam aceh hampir sama besar atau dengan kata lain memiliki tingkat keragaman yang rendah. Sementara itu, aroma cherry, earthy, eugenol, floral, musky,
sweet, turpentine, dan woody memiliki garis panjang yang artinya intensitas kedelapan
28 atribut tersebut berbeda atau memiliki keragaman yang tinggi pada ketiga varietas
minyak nilam aceh. Loading plot juga memberikan informasi mengenai hubungan antaratribut. Hubungankorelasi positif ditandai dengan atribut yang terletak pada
daerah atau kuadran yang sama. Contoh atribut aroma yang memiliki korelasi positif, antara lain camphor-turpentine, earthy-eugenol, sweet-cherry, dan floral-woody. Di sisi
lain, korelasi negatif ditandai dengan atribut yang pada kuadran yang berbeda. Contohnya adalah camphor-dry, musky-earthy, cherry-musky, dan musky-eugenol.
Kesemua korelasi tersebut sesuai dengan hasil analisis menggunakan Pearson correlation. Data hasil QDA minyak nilam secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran
17-Lampiran 26. Grafik score plot yang digabungkan dengan loading plot akan menghasilkan
grafik biplot. Grafik biplot atribut aroma dapat dilihat pada Gambar 14. Grafik ini memberikan informasi hubungan antara varietas minyak nilam dengan atribut aroma.
Biplot merupakan suatu upaya membuat gambar di ruang berkomponen banyak menjadi gambar di ruang berkomponen dua. Konsekuensi yang terjadi akibat reduksi komponen
ini adalah penurunan informasi yang terkandung dalam PCA. Biplot yang mampu memberikan informasi sebesar 70 dari seluruh informasi dianggap cukup dimana
dalam penelitian ini biplot memberikan nilai 100, dimensi satu sebesar 77,1 dan dimensi dua sebesar 22,9.
3 2
1 -1
-2 -3
2,0 1,5
1,0 0,5
0,0 -0,5
-1,0
Komponen Sat u 77,1 K
o m
p o
n e
n D
u a
2 2
,9
W oody
Turpentine Sw eet
Musk y Floral
Eugenol Earthy
Dry
Cherry
Champor
Tapaktuan
Sidikalang Lhoksumawe
Gambar 14. Biplot Aroma Minyak Nilam Ditinjau dari kuadran positif-positif, aroma minyak nilam varietas Tapaktuan
berbeda dengan dua varietas lainnya pada aroma cherry, earthy, eugenol, floral, sweet dan woody. Sementara itu, ditinjau dari kuadran positif-negatif, aroma minyak nilam
varietas Lhoksumawe berbeda dengan dua varietas lainnya terutama pada aroma camphor,
dan turpentine. Interpretasi Biplot dari kuadran negatif-negatif
memperlihatkan aroma minyak nilam varietas Sidikalang berbeda dengan varietas
29 lainnya terutama pada aroma musky. Kuadran negatif-positif memperlihatkan pengaruh
aroma dry. Aroma dry tidak berpengaruh terhadap ketiga sampel minyak nilam. Pengelompokan aroma minyak nilam menggunakan PCA, menunjukkan bahwa
aroma minyak nilam dipengaruhi oleh varietas tanaman nilam tersebut. Pembudidayaan yang seragam dapat meminimalisasi kesalahan sistematis.
C. ANALISIS GC-MS