25 Pada aroma camphor, cherry, earthy, eugenol, floral, sweet, turpentine, dan woody
intensitas tertinggi terdapat pada minyak nilam varietas Lhoksumawe. Intensitas tertinggi pada aroma dry terdapat pada minyak nilam varietas Tapaktuan, sedangkan
aroma musky terdapat pada minyak nilam varietas Sidikalang. Intensitas terendah pada aroma cherry, earthy, eugenol, floral, sweet, turpentine, dan woody terdapat
pada minyak nilam varietaas Sidikalang. Untuk aroma champor dan musky intensitas terendah terdapat paada minyak nilam varietas Tapaktuan, sedangkan
aroma dry terdapat pada minyak nilam varietas Lhoksumawe. Kesepuluh jenis aroma yang diujikan dapat dideteksi dan dikuantifikasi
dengan nilai relatif yang baik berkisar antara 27-74 dengan skala penilaian 0-100 yang dapat terlihat pada spider web hasil QDA. Aroma yang paling dominan
terdapat pada minyak nilam adalah aroma woody dan musky yang memiliki intensitas tertinggi dibandingkan aroma lainnya. Berdasarkan hasil QDA, minyak
nilam varietas Lhoksumawe merupakan sampel yang memiliki intensitas aroma tertinggi paling banyak, sedangkan minyak nilam varietas Sidikalang merupakan
minyak nilam yang memiliki intensitas terendah paling banyak dibandingkan sampel lainnya. Dengan demikian, minyak nilam varietas Lhoksumawe memiliki intensitas
aroma paling kuat serta varietas Sidikalang memiliki intensitas aroma paling lemah diantara varietas lainnya.
b. Korelasi Atribut Aroma Minyak Nilam
Atribut aroma pada minyak nilam memiliki korelasi satu sama lain. Korelasi yang timbul dapat bersifat positif atau negatif. Korelasi atribut aroma yang dilihat dari
koefisien korelasi masing–masing atribut aroma dengan atribut aroma lain disebut dengan Pearson correlation Tabel 9. Angka yang bercetak tebal menunjukkan
korelasi antar atribut. Jika nilai korelasi suatu atribut dengan atribut lain bernilai 0,5, atribut tersebut dapat dikatakan berkorelasi, sedangkan jika nilai korelasinya lebih dari
0,8, atribut tersebut dapat dikatakan berkorelasi tinggi Limpawattana, Shewfelt, 2010. Nilai korelasi tersebut ditunjukkan oleh hubungan antara atribut aroma camphor dan dry
yang berkorelasi negatif sebesar 0,954. Nilai koefisien korelasi tersebut diartikan sebagai semakin tinggi intensitas aroma camphor, maka semakin rendah intensitas
aroma dry. Berbeda dengan cherry dan woody yang memiliki korelasi positif sebesar 0,990. Nilai tersebut menun jukkan semakin tinggi intensitas aroma cherry, maka
semakin tinggi pula intensitas aroma woody. Atribut–atribut lain yang berkorelasi positif tinggi antara lain earthy-eugenol
0,999, camphor-turpentine 0,930, aroma cherry dengan lima aroma lainnya, aroma woody dengan lima aroma lainnya, aroma sweet dengan empat aroma lainnya, dan
aroma floral dengan tiga aroma lainnya. Aroma cherry berkorelasi positif tinggi dengan earthy 0,995, eugenol 0,999, floral 1,000, sweet 1,000, dan turpentine 0,819.
Aroma woody berkorelasi positif tinggi dengan earthy 0,972, eugenol 0,982, floral 0,989, sweet 0,992, dan turpentine 0,890. Aroma sweet memiliki berkorelasi positif
tinggi dengan turpentine 0,826, earthy 0,994, eugenol 0,998, dan floral 1,000. Aroma floral berkorelasi positif tinggi dengan turpentine 0,815, earthy 0,996, dan
eugenol 0,999. Aroma musky berkorelasi negatif tinggi dengan cherry 0,846, earthy 0,894, eugenol 0,873, floral 0,849, dan sweet 0,839.
26 Tabel 9. Korelasi Atribut Aroma pada Minyak Nilam
Variables Camphor Cherry Dry
Earthy Eugenol Floral Musky Sweet Turpentine Woody Camphor
1 Cherry 0,551 1
Dry -0,913
-0,163 1
Earthy 0,467 0,995
-0,066 1
Eugenol 0,506 0,999
-0,111 0,999 1
Floral 0,546 1,000
-0,157 0,996 0,999
1
Musky -0,021 -0,846
-0,388 -0,894 -0,873 -0,849
1
Sweet 0,562 1,000
-0,176 0,994 0,998 1,000 -0,839
1
Turpentine 0,930 0,819
-0,700 0,758 0,787 0,815 -0,386
0,826 1
Woody 0,661 0,990
-0,299 0,972 0,982 0,989
-0,763 0,992 0,890 1
26
27
c. Pengelompokkan Aroma Sampel Minyak Nilam