20 Gambar 10. Fraksinasi Minyak Nilam menggunakan Teknik Kromatografi Kolom
C. METODE ANALISIS DATA
Analisis atribut aroma yang diperoleh dari uji kuantitatif QDA berupa data rata-rata intensitas. Selanjutnya, dibuat grafik spider web untuk membandingkan intensitas masing-
masing atribut secara visual. Selain itu, data diolah secara statistik menggunakan two-way ANOVA dengan program SPSS 16 dengan uji lanjut Duncan jika terlihat ada pengaruh yang
nyata pada masing-masing atribut. Penggunaan two-way ANOVA dipilih karena penilaian intensitas tidak hanya dipengaruhi oleh perbedaan sampel, tetapi juga oleh perbedaan panelis.
Kemudian menggunakan multivariate analysis, yaitu Principal Component Analysis PCA yang dilanjutkan dengan biplot menggunakan software MINITAB 16. Analisis statistik ANOVA yang
dilakukan menggunakan hipotesis awal sebagai berikut: H
= tidak terdapat perbedaan yang nyata pada semua sampel H
1
= paling tidak terdapat satu sampel yang berbeda nyata dengan sampel lainnya taraf kepercayaan sebesar 95
α= 0.05 Data komponen volatil hasil GC-MS berupa persentase area relatif diolah
menggunakan multivariate analysis, yaitu Principal Component Analysis PCA yang dilanjutkan dengan biplot menggunakan software MINITAB 16. Analisis PCA akan
menghasilakan 4 buah grafik, yakni scree plot, score plot, loading plot, dan scatter plot biplot. Analisiss korelasi sensori deskriptif dengan komponen volatil minyak nilam, menggunakan
analisis statistik PLS Partial Least Square Regression dengan software XLSTAT 2011. Minyak Nilam
Kromatografi Kolom
Fraksi 1 Fraksi 2
Fraksi n
Gas Chromatography GC Fraksi terbaik
GC-MS
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PENYULINGAN MINYAK NILAM
Sampel nilam yang dipanen dari Desa Sukamulya, Kecamatan Garawangi, Kuningan, Jawa Barat kemudian dikeringanginkan di bawah sinar matahari selama 15 jam tiga hari lalu
dirajang sebesar 3-5 cm. Sampel yang sudah dirajang kemudian ditimbang dengan berat yang sama 800 gram lalu disuling hingga menjadi minyak nilam. Penyulingan dilakukan di
Laboratorium Balai Tanaman Obat dan Tanaman Aromatik Balittro, Cimanggu, Bogor dengan menggunakan metode penyulingan uap selama 8 jam. Analisis Kadar air dengan metode
azeotropik juga dilakukan untuk mengetahui rendemen minyak nilam secara pasti. Hasil perhitungan rendemen tiga varietas minyak nilam dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rendemen Minyak Nilam
Varietas Kadar Air
BK Rendemen Rata-rata
Lhoksumawe 11,38 2,38±0,00
Sidikalang 11,81 2,55±0,00
Tapaktuan 15,93 2,22±0,00
Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa Varietas Sidikalang memiliki rendemen minyak paling tinggi yaitu 2,55, diikuti oleh Lhoksumawe 2,38, dan Tapaktuan 2,22. Rendemen
tiga varietas minyak nilam sedikit berbeda dengan penelitian sebelumnya Nuryani 2007 yang menyebutkan bahwa rendemen minyak nilam tertinggi terdapat pada varietas Lhoksumawe
3,21, diikuti oleh Sidikalang 2,89, dan paling rendah adalah Tapaktuan 2,83. Hal ini terjadi karena perbedaan teknik budidaya, lokasi pengambilan sampel minyak nilam, serta faktor
lingkungan, yaitu ketinggian dan curah hujan Pustikasari 2011. Rendemen ketiga varietas minyak nilam tersebut dihitung berdasarkan kadar air basis basah, yaitu 11,38 untuk
Lhoksumawe, 11,81 untuk Sidikalang, dan 15,93 untuk Tapaktuan.
Gambar 11. Minyak nilam hasil penyulingan