produktif menurut Hubeis 2010 menyangkut pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa untuk dikonsumsi dan diperjualbelikan petani, nelayan,
konsultasi, jasa, pengusaha, dan wirausaha. Peran sosial menurut Hubeis 2010 adalah peran masyarakat terkait kegiatan jasa dan partisipasi politik.
Tabel 3 Klasifikasi Tiga Peran Gender: Peran Reproduktif, Peran Produktif,
dan Peran Sosial Gender
Reproduktif Produktif
Sosial Perempuan
Peran Utama: Istri, Ibu, Ibu
Rumahtangga Keluarga
1. Acap
diansumsikan tidak memiliki
peran produktif
2. Pembantu
turut mencari nafkah
keluarga 1.
Manajemen, jasa penyuluhan
terkait pada aspek peran
reproduktif
2. Pekerja tidak
dibayar informal
Lelaki Bapak
Kepala keluarga Peran Utama:
Mencari nafkah keluarga
1. Kepemimpinan
2. Politik
3. Ketahanan
militer 4.
Pekerja dibayar formal
Sumber: Hubeis 2010.
Pembagian peran gender mempengaruhi pembagian kerja, relasi antara perempuan dan laki-laki, akses dalam memperoleh sumberdaya dan manfaat,
kontrol atau kuasa dalam memperoleh suamberdaya dan manfaat. Implikasi pembagian kerja gender yang tercantum dalam Panduan Pelatihan PUG Depkeu,
T.t adalah sebagai berikut: 1
Perempuan menjalankan pekerjaan yang beragam dan pergantian peran yang lebih banyak dan lebih cepat daripada laki-laki
2 Pekerjaan perempuan lebih banyak berhubungan dengan pekerjaan
rumahtangga dan pengasuhan anak reproduktif, sementara laki-laki bertanggung jawab untuk melakukan pekerjaan yang lebih nyata terlihat
oleh masyarakat seperti pekerjaan ekonomi maupun politik.
2.1.7 Analisis Gender dalam CSR Bidang Pemberdayaan Ekonomi Lokal
Kegiatan atau program dikatakan telah responsif gender apabila kebijakan, program, kegiatan atau kondisi yang sudah memperhitungkan
kepentingan perempuan dan laki-laki lihat Tabel 4. BMT Swadaya Pribumi merupakan program CSR Holcim Indonesia Pabrik Narogong di bidang
pemberdayaan ekonomi lokal yang bergerak sebagai lembaga keuangan mikro berbasis syari’ah dengan tujuan memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat.
Kebutuhan atau kepentingan peserta perempuan dan peserta laki-laki meliputi kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis gender. Analisis gender menjadi suatu
alat analisis untuk mengetahui sejauhmana kesetaraan gender dipertimbangkan dalam pelaksanaan BMT Swadaya Pribumi.
Tabel 4 Konsep dan Pengertian Istilah Gender
Konsep Pengertian
Buta gender gender blind
Kondisi atau keadaan seseorang yang tidak memahami tentang pengertian atau konsep gender ada perbedaan kepentingan
antara perempuan dan laki-laki.
Sadar gender gender aware
Mengenali perbedaan antara prioritas dan kebutuhan perempuan dan laki-laki.
Bias gender Pandangan dan sikap yang lebih mengutamakan salah satu
jenis kelamin daripada jenis kelamin lain sebagai akibat pengaturan kepercayaan budaya yang lebih berpihak kepada
laki-laki daripada perempuan dan sebaliknya.
Netral gender Kebijakan, program, kegiatan, atau kondisi yang tidak
memihak pada salah satu jenis kelamin. Sensitif gender
Kemampuan dan kepekaan seseorang dalam melihat dan menilai hasil pembangunan dan aspek kehidupan lainnya dari
perspektif gender disesuaikan dengan kepentingan yang berbeda antara perempuan dan laki-laki.
Responsif gender
Kebijakan, program, kegiatan, atau kondisi yang sudah memperhitungkan kepentingan perempuan dan laki-laki.
Peka gender Selalu mempertanyakan apakah suatu kebijakan, program,
proyek, atau kegiatan organisasi adalah adil dan berdampak sama terhadap perempuan dan laki-laki dan hasilnya juga
sama-sama dinikmati oleh perempuan dan laki-laki.
Perspektif gender
Menggunakan aspek gender untuk membahas atau menganalisis isu-isu dalam politik, ekonomi, sosial, budaya,
agama, dan psikologi untuk memahami bagaimana aspek gender tersebut mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
kebijakan-kebijakan, program, proyek, dan dalam kegiatan- kegiatan pembahasan tersebut dipelajari bagaimana faktor
gender menumbuhkan diskriminasi dan menjadi perintang bagi kesempatan dan pengembangan diri seseorang.
Sumber: Dephut 2004.
Definisi analisis gender dalam Pedoman Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional adalah:
“Proses yang dibangun secara sistematis untuk mengidentifikasi dan memahami pembagian kerja atau peran perempuan dan
laki-laki, akses dan kontrol terhadap sumber-sumberdaya pembangunan, partisipasi dalam proses pembangunan dan
manfaat yang mereka nikmati, pola hubungan antara perempuan dan laki-laki yang timpang, yang di dalam
pelaksanaannya memperhatikan faktor-faktor lainnya seperti kelas sosial, ras, dan suku bangsa”.
Analisis gender merupakan suatu alat kunci bagi gender mainstreaming
14
untuk memperoleh pemahaman lebih mengenai lingkungan, dampak dan manfaat dari suatu kegiatan, dan prakarsa pemberdayaan masyarakat bagi perempuan dan
laki-laki. Analisis gender menjadi himpunan dan analisis informasi dan data mengenai: 1 Peran, kewajiban, dan hak-hak berbeda bagi perempuan dan laki-
laki; 2 Kebutuhan, prioritas, peluang, dan hambatan berbeda bagi perempuan dan laki-laki; 3 Alasan mengapa terjadi perbedaan tersebut; dan 4 Peluang-peluang
serta strategi untuk meningkatkan kesetaraan gender
15
. Kegiatan analisa gender tersebut meliputi:
a. Mengidentifikasi kesenjangan antara perempuan dan laki-laki dalam
memperoleh manfaat dari kebijakan dan program pembangunan dalam berbagai aspek kehidupan,
b. Mengidentifikasi dan memahami sebab-sebab terjadinya
ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender dan menghimpun faktor- faktor penyebabnya,
c. Menyusun langkah-langkah yang diperlukan untuk mewujudkan
kesetaraan dan keadilan gender, d.
Menetapkan indikator gender untuk mengukur capaian dari upaya- upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.
14
“Gender mainstreaming” adalah proses penilaian dampak dari setiap tindakan yang terencana terhadap perempuan dan laki-laki.
15
Sophie Dowling. 2008. Analisis Gender: Sebuah Panduan Pengantar Disiapkan untuk PT Kaltim
Prima Coal KPC Mitra Proyek . Alih bahasa dari bahasa Inggris oleh Aria Jalil. [Internet].
[diunduh 30 April 2011]. Format Ukuran: PDF 431 KB. Dapat diunduh dari: empoweringcommunities.anu.edu.au...Gender20Analysis20Toolkit_Bahasa20Version.pdf
Terdapat lima komponen kunci dalam analisis gender tersebut, yaitu: a. Data yang dipilah-pilah berdasarkan jenis kelamin: data sosial-
ekonomi yang dipilah berdasarkan jenis kelamin dan variabel demografis, seperti umur, kelompok sosial, dan etnis kuantitatif
maupun kualitatif, b. Analisis pembagian tugas: apa, dimana, kapan, dan berapa banyak
yang dikerjakan oleh laki-laki maupun perempuan untuk menggambarkan tuntutan yang berbeda-beda terhadap waktu dan
tenaga perempuan dan laki-laki, berapa pekerjaan mereka dihargai, pola kerja musiman dan strategi dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari, c. Analisis akses dan kontrol,
d. Analisis kebutuhan strategis dan kebutuhan praktis, e. Analisis konteks sosial: meneliti dan memahami konteks sosial
setempat hukum, sosio-kultural, agama, institusi, kebijakan pemerintah yang mempengaruhi peran dan hubungan gender
16
. Teknik dalam analisis gender memiliki beberapa model yang telah
dikembangkan oleh beberapa ahli Depkeu, T.t, yaitu:
1 Model Harvard
Model Harvard dikembangkan oleh Harvard Institute for International Development
bekerjasama dengan Kantor Women in Development WID-USAID. Model Harvard didasarkan pada pendekatan efisiensi WID yang merupakan
kerangka analisis gender dan perencanaan gender paling awal. Model analisis Harvard lebih sesuai digunakan untuk perencanaan proyek, menyimpulkan data
basis atau data dasar Dephut, 2004. Komponen dasar dalam model Harvard, yaitu:
a. Profil kegiatan produktif, reproduktif, dan sosial yang didasarkan
pada pembagian kerja dan data terpilah berdasarkan jenis kelamin,
b. Profil akses dan kontrol,
c.
Faktor yang mempengaruhi kegiatan akses dan kontrol,
16
Ibid. h. 7-8.
d.
Analisis siklus proyek. 2
Model Moser
Teknik analisis Moser adalah suatu teknik analisis yang membantu perencana atau peneliti dalam menilai, mengevaluasi, merumuskan usulan dalam
tingkat kebijaksanaan program dan proyek yang lebih peka gender dengan menggunakan pendekatan terhadap persoalan perempuan kesetaraan, keadilan,
anti kemiskinan, efisiensi, penguatan atau pemberdayaan, identifikasi terhadap peranan majemuk perempuan reproduksi, produksi, sosial-kemasyarakatan, serta
identifikasi kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis Handayani dan Sugiarti, 2008. Model Moser didasarkan pada pendapat bahwa perencanaan gender
bersifat ‘teknis dan politis’, kerangka ini mengasumsikan adanya konflik dalam perencanaan dan proses transformasi serta mencirikan perencanaan sebagai suatu
‘debat’. Terdapat kelemahan dalam model ini yang tidak memperhitungkan kebutuhan strategis laki-laki Dephut, 2004. Komponen dasar model Moser
adalah: a.
Tiga peran gender, b.
Kontrol dan pengambilan keputusan, c.
Kebutuhan strategis dan praktis gender, d.
Matriks Women In Development WID dan Gender And Development
GAD, e.
Pelibatan organisasi untuk pemastian pemasukan kebutuhan startegis gender dan kebutuhan praktis gender.
Kebutuhan praktis gender merupakan kebutuhan dasar atau hidup, seperti pangan, air, tempat tinggal, air, sandang, penghasilan, dan perawatan kesehatan
sedangkan kebutuhan strategis gender merupakan kebutuhan akan kesetaraan dan pemberdayaan, seperti pemerataan tanggung jawab dan pengambilan
keputusan, akses pendidikan dan pelatihan yang sama
17
.
17
Nelien Haspels dan Busakorn Suriyasarn. 2005. Panduan Praktis bagi Organisasi: Meningkatkan Kesetaraan Gender dalam Aksi Penaggulangan Pekerja Anak serta Perdagangan Perempuan dan
Anak. [Internet]. [diunduh 10 Mei 2011]. Format Ukuran: PDF808 KB. Dapat diunduh dari:https:www.ilo.orgwcmsp5groupspublic---asia---ro-bangkok---
ilojakartadocumentspublicationwcms_150508.pdf
3 Model SWOT
Analisis manajemen dengan cara mengindetifikasikan secara internal mengenai kekuatan strength dan kelemahan weakness serta secara eksternal
mengenai peluang opportunity dan ancaman threats. Aspek internal dan eksternal tersebut dipertimbangkan dalam rangka menyusun program aksi,
langkah-langkah atau tindakan untuk mencapai sasaran maupun tujuan kegiatan dengan cara memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta meminimalkan
kelemahan dan ancaman, sehingga dapat mengurangi resiko dan meningkatkan efektivitas.
Sumber: Depkeu T.t.
Gambar 3 Bagan Analisa SWOT
4 Model PROBA
Suatu teknik atau cara analisis gender untuk mengetahui masalah kesenjangan gender sekaligus menyusun kebijakan program dan kegiatan yang
responsif gender serta rancangan monitoring dan evaluasi.
5 Model GAP dan POP
Suatu alat analisis gender yang dapat digunakan untuk membantu para perencanaan dalam melakukan pengarusutamaan gender dalam perencanaan
kebijakan, program, proyek, atau kegiatan pembangunan. Model analisis gender yang dilakukan dalam menganalisis keberhasilan
BMT Swadaya Pribumi dalam penelitian ini adalah menggunakan model Harvard dan model Moser. Kedua model tersebut digunakan dengan pertimbangan
pengukuran keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini adalah keberhasilan BMT Swadaya Pribumi dalam memenuhi kebutuhan praktis dan kebutuhan
strategis gender peserta produk pembiayaan BMT Swadaya Pribumi dengan
WEAKNESS STRENGTH
OPPORTUNITY THREATS
menggunakan profil kegiatan, profil akses, profil kontrol, dan manfaat yang dirasakan dan diperoleh oleh peserta perempuan dan peserta laki-laki.
2.2 Kerangka Pemikiran