3 Pola bagi hasil, seperti mudharabah dan musharakah;
4 Pola jual beli, seperti murabahah, salam, dan istishna;
5 Pola sewa, seperti ijarah dan ijarah wa iqtina; dan
6 Pola lainnya, seperti wakalah, kafalah, hiwalah, ujr, sharf, dan rahn.
Salah satu Baitul Maal wa Tamwil yang merupakan bagian dari CSR suatu perusahaan adalah Baitul Maal wa Tamwil BMT Swadaya Pribumi. BMT
Swadaya Pribumi merupakan salah satu bentuk dari lembaga keuangan mikro yang berbasis syari’ah yang dibentuk secara bersama oleh pihak Community
Relation PT Holcim Indonesia Tbk dan tokoh masyarakat di Kecamatan
Klapanunggal. BMT Swadaya Pribumi memiliki dua jenis produk, yaitu produk pembiayaan murabahah, mudharabah, ijarah, dan musyarakah dan produk
simpanan simpanan swadaya pribumi, simpanan pendidikan, simpanan Idul Fitri, simpanan qurban, dan simpanan berjangka mudharabah. Penjelasan mengenai
BMT Swadaya Pribumi dan jenis produk yang ada di BMT Swadaya Pribumi dijelaskan pada BAB V.
2.1.3 Tujuan ke-3 MDGs
MDGs memiliki delapan tujuan yang harus dicapai pada tahun 2015, diantara kedelapan tujuan tersebut terdapat tujuan yang berkaitan dengan
kesetaraan gender, yaitu tujuan pertama sampai dengan tujuan keenam. Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan secara lebih spesifik diuraikan
pada tujuan ketiga MDGs: mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Salah satu tujuan pembangunan manusia di Indonesia adalah
mencapai kesetaraan dan keadilan gender dalam meningkatkan kualitas hidup manusia tanpa membeda-bedakan antara laki-laki maupun perempuan. Meskipun
telah banyak pembangunan yang dicapai, namun kenyataan menunjukkan bahwa kesenjangan gender gender gap masih ada dalam sebagian besar bidang UNDP
Indonesia, 2007. Perempuan dan laki-laki memang berbeda, namun tidak untuk dibeda-bedakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mencapai
kesetaraan dan keadilan gender diantaranya dengan menghilangkan ketimpangan gender dalam berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, pekerjaan di sektor
formal maupun informal, dan berbagai kegiatan atau program lainnya, termasuk program CSR bidang pemberdayaan ekonomi lokal PT Hocim Indonesia Tbk.
Tabel 2 Indikator dari Tujuan Ketiga MDGs
Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 4
Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan
tidak lebih dari dari tahun 2015
4.1 Rasio anak perempuan terhadap anak laki-laki di tingkat pendidikan dasar, lanjutan dan tinggi, yang
diukur melalui angka partisipasi murni anak perempuan terhadap anak
laki-laki 4.2
Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki usia 15-24 tahun, yang diukur melalui angka melek huruf
perempuanlaki-laki indeks paritas melek huruf gender 4.3
Tingkat partisipasi angkatan kerja TPAK perempuan 4.4
T ingkat pengangguran terbuka TPT perempuan 4.5
Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan 4.6
T ingkat daya beli Purchasing Power Parity, PPP pada kelompok perempuan
4.7 Proporsi perempuan dalam lembaga-lembaga publik
legislatif, eksekutif, dan yudikatif .
Sumber: UNDP Indonesia 2007.
Tabel 2 menunjukkan indikator atau pengukuran terhadap pencapaian tujuan ketiga MDGs, yaitu mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan. Indonesia dapat dikatakan berhasil mencapai tujuan ketiga apabila indikator tersebut telah tercapai dengan optimal. Beberapa tantangan yang
dihadapi untuk mencapai tujuan ketiga, yaitu: 1 menjamin kesetaraan gender dalam berbagai peraturan perundang-undangan, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan, mulai dari tingkat nasional, provinsi, hingga kabupatenkota, terutama dibidang-bidang pembangunan pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan,
ekonomi, hukum, dan politik; 2 meningkatkan kualitas hidup dan peran perempuan melalui aksi afirmasi affirmative action di berbagai bidang
pembangunan; 3 meningkatkan kualitas dan kapasitas kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender; 4 meningkatkan peran lembaga masyarakat dalam
pemberdayaan perempuan; 5 merevisi peraturan perundang-undangan dan
kebijakan yang bias gender danatau diskriminatif terhadap perempuan UNDP, 2007.
2.1.4 Definisi Gender