meningkatkan DPK perbankan akan cenderung menaikan suku bunga dana seperti tabungan dan deposito sehingga berakibat pada kenaikan suku bunga kredit.
Permintaan terhadap kredit baru cenderung turun karena suku bunga kredit yang meningkat dan menyebabkan investasi turun dan pertumbuhan ekonomi
melambat. Bank Indonesia juga dapat melakukan kontraksi moneter dengan
peningkatan Giro Wajib Minimum GWM. Peningkatan GWM akan mempengaruhi sisi liabilitas perbankan secara langsung sehingga dana yang siap
disalurkan juga akan cenderung menurun. Hal ini juga akan meningkatkan suku bunga kredit dan menurunkan permintaan terhadap kredit baru sehingga investasi
juga menurun. Investasi yang menurun akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.
2.2. Instrumen Moneter
Dalam menjalankan kebijakan moneter Bank Indonesia memiliki beberapa instrumen moneter yaitu Operasi Pasar Terbuka atau Open Market Operation
OPT, Giro Wajib Minimum GWM, Fasilitas Diskonto, dan Intervensi Mata
Uang Asing. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai beberapa instrumen moneter yang digunakan oleh Bank Indonesia dalam menjalankan operasi
moneternya: a. Operasi Pasar terbuka adalah kegiatan jual beli surat berharga oleh bank
sentral yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat suku bunga. Operasi ini memiliki dua aktivitas didalamnya, yaitu jual dan beli surat-
surat berharga termasuk Sertifikat Bank Indonesia SBI dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS. Kedua instrumen ini digunakan sebagai
instrumen utama dalam kebijakan moneter antara lain karena Bank Indonesia memiliki SBI dalam jumlah yang memadai untuk mengeksekusi
keputusan kontraksi atau ekspansi moneter yang diambil setelah mempertimbangkan tekanan terhadap inflasi. Selain itu SBI memenuhi
tiga syarat utama likuiditas surat berharga yang dapat diperjualbelikan dalam operasi pasar terbuka dan diterbitkan secara kontinyu serta tersedia
setiap saat Sugiyono, 2003. b. Giro Wajib Minimum Reserve Requirement
Giro Wajib Minimum adalah ketentuan bank sentral yang mewajibkan bank-bank untuk memelihara sejumlah alat likuid sebesar presentase
tertentu dari kewajiban lancarnya. Semakin kecil presentase tersebut maka semakin besar kemampuan bank memanfaatkan cadangannya untuk
diberikan kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman dan begitu juga sebaliknya.
c. Fasilitas Diskonto Fasilitas diskonto adalah kebijakan moneter bank sentral untuk
memengaruhi jumlah uang beredar melalui penetapan diskonto pinjaman bank sentral kepada bank-bank. Dengan penetapan diskonto yang tinggi
diharapkan bank akan mengurangi permintaan kredit dari bank sentral yang akibatnya akan mengurangi jumlah uang beredar.
d. Intervensi Mata Uang Asing Intervensi mata uang asing adalah kebijakan bank sentral untuk
mempengaruhi jumlah uang beredar atau likuiditas di pasar uang melalui jual beli valuta asing atau cadangan devisa. Apabila bank sentral ingin
mengetatkan likuiditas rupiah di pasar uang, bank sentral akan menjual cadangan devisanya.
Peraturan Bank Indonesia nomor 410PBI2002 tentang Sertifikat Bank Indonesia SBI menyatakan bahwa SBI adalah surat berharga dalam mata uang
rupiah yang diterbitkan bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. SBI ditebitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu piranti dalam
Operasi Pasar Terbuka OPT. Sedangkan Peraturan Bank Indonesia nomor 1011PBI2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah menyatakan bahwa
SBIS adalah surat berharga bedasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia menggunakan
Akad Jua’lah. SBIS dibuat oleh Bank Indonesia dalam rangka meningkatkan
efektifitas mekanisme moneter dengan prinsip syariah. Kedua instrumen ini memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai instrumen Operasi Pasar Terbuka dalam
rangka pengendalian moneter dengan tujuan akhir kestabilan nilai rupiah dan tingkat inflasi.
Penggunaan akad J ua’alah pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah berarti
suatu janji atau komitmen iltizam untuk memberi imbalan tertentu ju’ul atas
hasil natijah yang ditentukan dari suatu pekerjaan. Dalam hal ini Bank Indonesia bertindak sebagai pemberi pekerjaan
Ja’il, bank syariah bertindak sebagai penerima perkerjaan
Maj’ullah dan objek underlying Ju’alah mahall al-
‘aqd adalah partisipasi bank syariah untuk membantu tugas Bank Indonesia dalam pengendalian moneter melalui penyerapan likuiditas dari masyarakat dan
menempatkannya di Bank Indonesia dalam jumlah dan waktu tertentu. Di dalam prakteknya yaitu saat Bank Indonesia akan melakukan transaksi lelang SBIS maka
Bank Indonesia akan mengumumkan bahwa Bank Indonesia akan melakukan kebijakan moneternya yaitu akan menyerap likuiditas yang beredar di masyarakat.
Maka bank syariah akan membeli SBIS tersebut dan mendapatkan imbalan tertentu. Jumlah nominal
Ju’ul atau imbalannya harus dibayarkan oleh Ja’il yang ditetapkan saat terjadinya akad dan harus disepakati oleh kedua belah pihak.
Tingkat suku bunga pada Sertifikat Bank Indonesia SBI dan bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS nantinya akan digunakan sebagai proksi
bagi kebijakan moneter, oleh karenanya perubahan pada tingkat suku bunga SBI diharapkan mampu memberi pengaruh pada tingkat suku bunga kredit. Dengan
kata lain tingkat suku bunga SBI dijadikan barometer untuk menentukan tingkat suku bunga deposito, kemudian suku bunga pinjaman akan merespon perubahan
tersebut Muslim, 2008.
Sumber: Ascarya 2011 Gambar 2.1. Alur Penerapan Sistem Moneter Ganda di Indonesia
Dengan semakin berkembangnya perbankan syariah, transmisi kebijakan moneter tidak hanya mempengaruhi perbankan konvensional saja, namun juga
memengaruhi perbankan syariah karena mekanisme transmisi juga dapat melewati
jalur syariah. Instrumen kebijakan moneter ganda juga tidak terbatas hanya menggunakan suku bunga saja, tetapi dapat pula menggunakan bagi hasil atau
margin. Dengan demikian, dalam sistem moneter ganda, interest rate pass- through lebih tepat disebut policy rate pass-through, dimana policy rate untuk
konvensional menggunakan suku bunga, sedangkan policy rate untuk syariah dapat menggunakan bagi hasil atau margin Ascarya, 2012.
Dalam sistem perbankan syariah di Indonesia terdapat hubungan antara sistem moneter yang ada di Indonesia dengan sistem perbankan syariah, yaitu
dengan keikutsertaan perbankan syariah di dalam kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai otoritas moneter utama. Bank Indonesia
menyatakan bahwa cara-cara pengendalian moneter di Indonesia bisa dilakukan berdasarkan prinsip Syariah yang ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia
Triandaru, 2006.
2.3. Teori Preferensi Likuiditas