4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan Lumba-lumba
Hasil  pengamatan  lumba-lumba  ditunjukan  oleh  Tabel  5.    Pengamatan lumba-lumba  di  perairan  Pulau  Karang  Congkak  dan  Perairan  Pulau  Karang  Lebar
selama bulan Maret-Juni 2011 dengan 5 priode pengambilan data ke lapang.  Total waktu yang dibutuhkan setiap harinya adalah ± 10 jam.  Jumlah kemunculan lumba-
lumba  selama  pengamatan  di  perairan  tersebut  sebanyak  88  individu.    Terdapat  2 jenis  spesies  yang  teridentifikasi  selama  pengamatan  yaitu  Delphinus  delphis  dan
Tursiops truncantus. Tabel 5. Hasil pengamatan lumba-lumba berdasarkan priode pengamatan.
Sampling ke
waktu pengamatan
Lama pengamatan
hari Jumlah yg
teramati individu
Jumlah jenis
Spesies Keterangan
Musim 1
2 - 10 Maret 2011 9
5 1
Peralihan
2 20 - 30 Maret 2011
11 Peralihan
3
15 - 21 April 2011 7
27 2
Timur awal
4 6 - 13 Mei 2011
7 24
1 Timur awal
5 13 - 19 Juni 2011
7 32
1 Timur awal
TOTAL 41
88 2
Sumber : Data primer 2011 Pengambilan  data  dilakukan  5  priode  dengan  perjumpaan  sebanyak  10  kali
selama  periode  ini  terjadi  dalam  2  musim  yaitu  musim  peralihan  dan  awal  musim timur.  Periode 1 dan 2 diambil saat musim peralihan sedangkan periode 3, 4, dan 5
diambil  saat  musim  timur  awal.    Perbedaan  musim  ini  mempengaruhi  kemunculan lumba-lumba  karena  mempengaruhi  angin  dan  gelombang  perairan  tersebut.
Apabila dilihat saat musim peralihan yaitu priode 1 dan 2 hanya  terjadi 1 pertemuan dengan jumlah 5 individu bahkan saat priode 2 tidak ditemukan kemunculan luma-
lumba.  Hal  ini  berbeda  dengan  priode  3,  4,  dan  5  yang  terjadi  pada  musim  timur awal  jumlah  yang  ditemukan  lebih  banyak.    Hal  ini  dikarenakan  pada  musim
peralihan  keadaan  angin  yang  besar  dan  gelombang  tinggi  yang  menyebabkan lumba-lumba tidak muncul  ke permukaan, karena  dalam kondisi  seperti ini  lumba-
lumba  akan  memerlukan  energi  lebih  besar  dalam  berenang  melawan  gelombang
sehingga  lumba –lumba  lebih  memilih  berada  di  kolom  perairan,  sedangkan  saat
musim  timur  awal  kondisi  angin  kecil  dan  gelombang  yang    tidak  tinggi  banyak lumba
–lumba  yang  muncul  ke  permukaan.    Pada  musim  peralihan  juga  banyak nelayan  yang  tidak  berani  melaut  hal  ini  dikarenakan  kondisi  perairan  yang  tidak
menentu  cenderung  berubah –ubah, terkadang kondisi angin tenang dan tidak lama
kemudian  kondisi  perairan  berangin  kencang.    Selain  itu  faktor  keberadaan  ikan –
ikan kecil sebagai makanan lumba –lumba mempengaruhi keberadaan lumba–lumba.
Saat  musim  timur  kelimpahan  ikan  kecil  lebih  tinggi  apabila  dibandingkan  musim peralihan.  Apabila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya Irfangi 2010 yang
melakukan  penelitian  di  pertengahan  musim  timur  juga  mendapatkan  hasil pencacahan  yang  hampir  sama  dan  dengann  spesies  yang  sama  yaitu  Delphinus
delphis dan Tursiops truncantus. Tursiops  truncantus  atau  lumba-lumba  hidung  botol  termasuk  hewan  yang
tidak  menyerang  sehingga  dapat  dengan  mudah  dan  aman  untuk  dinikmati atraksinya.    Sangat  aktif  di  permukaan  dan  sering  mengikuti  gelombang  yang
ditimbulkan oleh gerakan kapal.   Identifikasi Tursiops truncantus di perairan dapat ditandai melalui tubuhnya yang relatif pendek dengan moncong yang pendek.  Sirip
punggung  tinggi  dan  berujung  agak  bengkok  seperti  sabit  serta  muncul  dari pertengahan punggung.  Selama pengamatan di perairan Pulau Karang Congkak dan
perairan Pulau Karang  Lebar, Tursiops truncantus dijumpai dalam kelompok 5- 10 ekor.
Menurut  Priyono  2001,  Tursiops  truncantus  dijumpai  dalam  kelompok kurang dari 20 ekor.  Lumba-lumba membentuk grup yang lebih besar adalah bagian
dari  startegi  untuk  memangsa  karena  sumber  makanan  mereka  yang  berupa schooling  ikan  menyebar  di  perairan  terbuka.    Distribusi  Tursiops  truncantus
sebagian besar 500 m dari pantai, adakalanya berada lepas pantai dekat tebing curam tubir dimana mangsa mungkin secara relatif lebih berlimpah.
Berdasarkan  pengamatan  selama  41  hari,  tidak  setiap  hari  ditemukan gerombolan  lumba-lumba.    Hal  ini  terjadi  bersamaan  dengan  kondisi  angin  dan
ombak  yang  tidak  menentu  karena  sedang  musim  peralihan  dari  musim  barat  ke musim  timur.    Menurut  Lammers  et  al.  2001  in  Siahainenia  2008,  keberadaan
lumba-lumba  hidung  botol  di  dekat  Kahe  Point  Hawaii  yang  merupakan  pintu
masuk pelabuhan, hanya bersifat sementara karena kondisi perairan yang keruh dan angin  yang  bertiup  kencang,  sehingga  tidak  memungkinkan  untuk  beristirahat  dan
mencari makan.  Saat pengamatan lumba-lumba kebanyakan dijumpai saat pagi hari dimana kondisi perairan yang jernih.
Selama  pengamatan  berlangsung,  terlihat  adanya  fenomena  lainnya  seperti kemunculan  lumba-lumba  disertai  dengan  di  temukanya  schooling  ikan  tongkol
yang  berlompatan  dipermukaan  air.    Diduga  keberadaan  lumba-lumba  di  perairan Pulau  Karang  Congkak  dan  periaran  Pulau  Karang  Lebar  berhubungan  dengan
mencari makan.
4.2. Tingkah Laku Lumba-lumba di Permukaan Air