S S
S S
S S
S S
S S
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
P. Gosong Pandan P. Gosong Keroya
P. Semakdaun P Sempit
P. Karya P. Karang Congkak
P. Pramuka P. Panggang
0.7 1.4
2.1 Kilometers
N
Lautan Tubir Karang
Daratan
S
Lokasi Pada Pertemuan I
S
Lokasi Pada Pertemuan II
S
Lokasi Pada Pertemuan III
S
Lokasi Pada Pertemuan IV
S
Lokasi Pada Pertemuan V
LEGENDA
Kartografer Mega Dewi Astuti C24070066
Tahun Pembuatan : 2011 Sumber data:
- Peta Bakosurtanal - Peta Rupa Bumi Indonesia
- Data Survei Lapang
INSET
Skala 1:36.000
5° 4
5 5
°4 5
5° 4
4 5
°4 4
5° 4
3 5
°4 3
5° 4
2 5
°4 2
106 °33
106 °33
106 °34
106 °34
106 °35
106 °35
106 °36
106 °36
106 °37
106 °37
9° 9
° 8°
8 °
7° 7
° 6°
6 °
104 °
104 °
105 °
105 °
106 °
106 °
107 °
107 °
108 °
108 °
6.  Membuat  program  edukasi  yang  interaktif,  timbal  balik,  dan berkelanjutan bagi seluruh pihak terkait.
7.  Mengelola pembangunan limbah yang dapat mengakibatkan polusi pada perairan.
8.  Pengkajian dan evaluasi terhadap DPL yang sudah terlaksana periodik. Pendekatan  ini  sesuai  diterapkan  di  Pulau  Karang  Congkak  karena  daerah  ini
masih  banyak  terdapat  gugus  karang  yang  merupakan  rumah  bagi  ikan-ikan. Dengan  terjaganya  gugus  karang  dari  pemboman  ikan  dan  perusakan  karang
selain  dapat  menjaga  habitat  karang  tersebut  sebagai  objek  wisata  bahari  dapat juga menjadi tempat tinggal ikan sehingga ikan berlimpah.  Dengan ketersediaan
ikan  yang  berlimpah  sebagai  makanan  lumba-lumba,  maka  lumba-lumba  akan selalu  datang  ke  daerah  tersebut.    Selain  pengelolaan  secara  umum  yang
dipaparkan  diatas  juga  harus  ada  pengelolaan  secara  khusus  dengan  pngelolaan secara  temporal  dan  pengelolaan  secara  spasial.    Secara  temporal  dengan  cara
mengatur  tangkapan  ikan,  saat  waktu  pemijahan  dilarang  ada  penangkapan  di daerah  tersebut  karena dapat  berukarangnya  populasi ikan dalam jangka  panjang
kedepan  yang  merupakan  makanan  lumba-lumba,  sedangkan  pengelolaan  secara spasial dengan pembagian zona dikawasan tersebut.
Pemanfaatan ruang kawasan konservasi perairan KKP didistribusikan ke dalam 4 empat zona, yakni : zona
inti, zona pemanfaatan terbatas, zona perikanan berkelanjutan, zona lainnya.
Gambar 12. Pembagian zona berdasarkan distribusi lumba-lumba
Berdasarkan distribusi lumba-lumba  yang menyebar maka  pembagian zona yang  dapat  disarankan    adalah  pada  titik  6  dan  7  sebagai  zona  pemanfaatan
terbatas.  Hal  ini  sesuai  karena  letaknya  yang  jauh  dari  tubir  karang  dan  lebih  ke laut  lepas,  selain  itu  daerah  ini
mempunyai  daya  tarik  alam  yang  tinggi  berupa keunikan  kemunculan  lumba-lumba  dan  keindahan  obyek  alam,  adanya
aksesibilitas  untuk  dapat  mengunjunginya  berupa  kapal  nelayan. Zona
pemanfaatan  di  sini  dengan  maksud  sebagai  pemanfaatan  ekowisata  berupa dolphin watching. Sedangkan pada titik 1 dan 8 sebagai zona inti karena letakya
yang dekat dengan tubir yang memiliki kondisi alam baik biota maupun fisiknya
masih  asli  dan  atau  belum  diganggu  oleh  manusia  yang  mutlak  dilindungi  dan zona ini berfungsi untuk perlindungan jalur migrasi lumba-lumba.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pola  distribusi  lumba-lumba  tersebar  ke  seluruh  perairan  Pulau  Karang Congkak kecuali bagian barat perairan tersebut.  Selama 41 hari di dapat 5 priode
dengan  hasil  kemunculan  lumba-lumba  sebanyak  10  titik  perjumpaan  dengan jumlah 88 individu,  adapun spesies  yang ditemukan  yaitu  Delphinus delphis  dan
Tursiops  truncantus.    Saat  perjumpaan  lumba-lumba  melakukan  aktivitas travelling  dan  mencari  makan.    Saat  mencari  makan  lumba-lumba  lebih  menuju
ke tubir trumbu karang. Kondisi  lingkungan  oseanografi  perairan  Pulau  Karang  Congkak  secara
umum sangat sesuai bagi kelangsungan hidup plankton, ikan pelagis, dan lumba- lumba.    Namun  parameter  suhu  air,  salinitas,  kecepatan  angin,  dan  kedalaman
perairan  memiliki  korelasi  yang  sangat  rendah  terhadap  jumlah  pemunculan lumba-lumba,  artiya  bahwa  keberadaan  lumba-lumba  disana  tidak  semata-mata
ditentukan oleh faktor oseanografi dan klimatologi.  Keberadaan lumba-lumba di perairan Pulau Karang Congkak lebih dikareakan oleh faktor makan yang tersedia
ini dapat  dilihat dari kelimpahan plankton  yang tinggi  dan merupakan salah satu daerah spawning ground.
5.2. Saran
Saran  yang  dapat  diberikan  pada  penelitian  selanjutnya  dengan penambahan  selang  waktu  agar  mewakili  musim  timur  dan  musim  barat  dan
penambahan  alat  hydrophone  untuk  mengetahui  tingkah  laku  lumba-lumba  dari suaranya.