Tursiops  adancus  yang  tidak  sengaja  tertangkap  oleh  gillnet  di  Zanzibar,  Tanzania kurang lebih terdapat 50 spesies bony fish dan tiga spesies cumi-cumi.  Lima spesies
ikan  diantaranya  adalah  Uroconger  lepturus,  Synaphobranchus  kaupii,  Apogon apogonides,  Lethrinus  crocineus,  dan  Lutjanus  fulvus,  dan  tiga  spesies  cumi-cumi
diantaranya adalah Sepioteuthis lessoniana, Sepia latiamanus, dan Loligo duvauceli. Berdasarkan  persentase  jumlah  dan  berat  yang  dominan,  Uroconger  lepturus
merupakan  makanan  utama  bagi  lumba-lumba  dewasa  sudah  mengalami kematangan organ reproduksi, sedangkan Apogon apogonides merupakan makanan
utama  bagi  lumba-lumba  yang  masih  kecil  belum  mengalami  kematagan  organ reproduksi.  Hasil  penelitian  tersebut  secara  umum  menggambarkan  bahwa  lumba-
lumba  jenis  Tursiops  adancus  yang  ditemukan  di  Pantai  Zanzibar  hanya  memakan Chepalopoda  dan  ikan-ikan  berukuran  kecil  hingga  sedang  yang  berada  di  zona
neritik.    Ekologi  dan  tingkah  laku  dari  ikan-ikan  yang  dimangsa  oleh  Tursiops adancus  mengindikasikan  bahwa  lumba-lumba  tersebut  lebih  banyak  di  sekitar
karang atau di perairan dengan substrat yang halus dan dekat pantai. Tingkah laku breaching yang merupakan gerakan salto, berputar dan berbalik
sebelum  masuk  ke  dalam  air.    Menurut  Lusseau  2006,  Tingkah  laku  breaching dilakukan  sebagai  bentuk  unjuk  kekuatan  dalam  intraspesies  atau    hanya  sekedar
kesenangan.    Tingkah  laku  ini  juga  sering  dilakukan  oleh  lumba-lumba  untuk melahirkan schooling ikan agar mudah dimakan Carwardine 1995
Tingkah  laku  travelling  dilakukan  oleh  lumba-lumba  untuk  bermigrasi  dari satu  tempat  ke  tempat  lain,  maupun  untuk  mencari  makan  secara  bergerombol.
Bearzi  2005  menyatakan  bahwa  tingkah  laku  yang  sering  dilakukan  oleh Bottlenose dolphin di Teluk Santa Monica Bay, California adalah travelling dengan
kecepatan  4,3  kmhari.    Tingkah  laku  travelling  ini  dilakukan  oleh  semua  jenis lumba-lumba yang dijumpai.
4.3. Distribusi Lumba-lumba
Menurut  Irfangi  2010  dan  Wahyudi  2010  Kepulauan  Seribu  merupakan salah  satu  habitat  bagi  lumba-lumba.  Spesies  lumba-lumba  yang  dapat  dijumpai  di
Kepulauan  Seribu  adalah  Delphinus  delphis,  Pseudorea  crassidens,  Stenella longirostis,  dan  Tursiops  truncatus.    Hasil  penelitian  mereka  berhasil  mencacah
sekitar  145  individu  yang  ditemukan  di  sekitar  Pulau  Gosong  Congkak  Karang
W ´
µ ´
µ ´
µ ´
é é
X X X
W ´
µ 17042011 ´ 08052011
é
12052011
X 19072011
03032011 10052010
U V
Y Ê
Ú þ
a \
]
11052010 16052010
18052010 19052010
25052010 26052010
27052010 23062010
24062010 28062010
03072010
Pulaudaratan Gosong karang
Sebaran lumba-lumba Berdasarkan Waktu ditemukan:
Keterangan
Lokasi yang dipetakan Sumber peta:
BAKOSURTANAL, Atlas DKI Jakarta 2003 Dinas Pertanahan dan Pemetaan
DKI Jakarta
Congkak, Karang Lebar, Pulau Opak, Pulau Kelapa, Pulau Kaliage Besar, Gosong Mungu,  Karang  Baronang,  Pulau  Payung,  Pulau  Pari,  Pulau  Pramuka,  dan  Pulau
Panggang Gambar 5.
Gambar 5. Distribusi lumba-lumba di Kepulauan Seribu priode Juni –Juli
2010 Irfangi 2010 ; Wahyudi 2010 dan Maret –Juni 2011.
Berdasarkan peta distribusi lumba-lumba di Kepulauan Seribu priode Juni –Juli
2010  Irfangi  2010  ;  Wahyudi  2010  dan  Maret –Juni  2011  Gambar  5  yang
merupakan peta penggabungan pengamatan tahun sebelumnya dengan penelitian ini dapat  dilihat  bahwa  pola  distribusi  lumba-lumba  menyebar  ditemukan  di  sekitar
perairan  Pulau  Gosong  Congkak  Karang  Congkak,  Karang  Lebar,  Pulau  Opak, Pulau  Kelapa,  Pulau  Kaliage  Besar,  Gosong  Mungu,  Karang  Baronang,  Pulau
Payung,  Pulau  Pari,  Pulau  Pramuka,  dan  Pulau  Panggang,  sedangkan  lokasi perjumpaan dengan lumba-lumba yang paling sering terjadi di sekitar Pulau Gosong
Congkak Karang Congkak.  Berdasarkan hasil tersebut maka penelitian tahun 2011 dispesifikan di pulau Karang Congkak.
Selama  pengamatan  di  perairan  Pulau  Karang  Congkak,  distribusi  lumba- lumba  terletak  menyebar  di  sekitar  perairan  Pulau  Karang  Congkak.  Perjumpaan
yang paling banyak terdapat dibagian selatan perairan tersebut, sedangan yang tidak
pernah  di  jumpai  pertemuan  lumba-lumba  yaitu  bagian  barat  perairan  Gambar  6. Hal  ini  di  duga  dipengaruhi  oleh  keadaan  perairan  dan  ketersediaan  makanan  ini
sesuai  dengan  pernyataan  Leatherwood  dan  Reeves  1990  in  Purnomo  2001 menyatakan  bahwa  distribusi  lumba-lumba  didaerah  tempat  tinggalnya  berubah-
ubah  secara  musiman,  diduga  ada  tiga  faktor  yang  mempengaruhinya:  Perubahan distribusi musiman dan mangsa, tekanan predator dan kebutuhan reproduksi.  Selain
itu apabila di lihat secara tofografinya bagian Barat pulau Karang Congkak memiliki selat  yang dangkal dan sempit  karena di  bagian ini  terdapat  beberapa  gusung  yang
besar. Saat  pengamatan,  lumba-lumba  banyak  dijumpai  di  dekat  tubir  ini  diduga
lumba-lumba  sedang  melakukan  tingkah  laku  feeding,  karena  di  tubir  banyak terdapat ikan pelagis yang merupakan sumber makanan.  Ini sesuai dengan Priyono
2001  menyatakan  bahwa  Tursiops  truncantus  dijumpai  dalam  kelompok  kurang dari  20  ekor.    Lumba-lumba  membentuk  grup  yang  lebih  besar  adalah  bagian  dari
startegi  untuk  memangsa  karena  sumber  makanan  mereka  yang  berupa  schooling ikan  menyebar  di  perairan  terbuka.    Distribusi  Tursiops  truncantus  sebagian  besar
500 m dari pantai, adakalanya berada lepas pantai dekat tebing curam tubir dimana mangsa mungkin secara relatif lebih berlimpah.  Pada setiapa perjumpaaan terdapat
kelimpahan  lumba-lumba  yang  berbeda  dan  jenis  yang  berbeda.    Selain  itu, keberadaan lumba-lumba di sekitar karang diduga karena di perairan sekitar karang
ombaknya  tidak  terlalu  besar,  sehingga  lumba-lumba  merasa  nyaman.    Gugusan karang dapat meredam ombak yang datang sehingga permukaan airnya lebih tenang.
Berdasarkan  pengamatan  terdapat  lumba-lumba  yang  ditemui  jauh  dari  tubir gugusan karang seperti pada titik 6 dan 7 di bagian selatan perairan Pulau Karang
Congkak  di  duga  sedang  melakukan  aktivitas  travelling,  dimana  mereka  berenang ke  arah  tertentu  dan  melakukan  penyelaman  secara  berkelompok,  muncul  ke
permukaan  air,  dan  mengejar  ikan  secara  berkelompok.    Menurut  Canadas  et  al. 2002,  kedalaman  sangat  mempengaruhi  distribusi  Cetacea  di  suatu  perairan.
Delphinus  delphis  dan  Tursiops  truncantus  banyak  dijumpai  di  perairan  dangkal. Lumba-lumba  jenis  lain  juga  sering  ditemukan  di  perairan  dangkal  namun
frekuensinya sedikit.  Hal ini sesuai dengan keadaan pada lokasi penelitian, dimana
kedalaman  di  kawasan  perairan  Pulau  Karang  Congkak  berkisar  antara  5-55  m Wahyudi 2010
Berdasarkan  pengamatan  ditemukan  2  spesies  yang  teridentifikasi  yaitu Delphinus  delphis  dan  Tursiops  truncantus.    Ini  dapat  dilihat  dari  peta  persebaran
kelimpahan dan jenis lumba-lumba Gambar 7.  Dapat dilihat bahwa lumba-lumba paruh  botol  merupakan  lumba-lumba  yang  paling  sering  ditemukan.    Dari  gambar
penyebaran  bahwa  mayoritas  setiap  perjumpaan  pasti  ditemukan  spesies  tersebut. Hal  ini  menunjukan  bahwa  perairan  pulau  Karang  Congkak  meupakan  kondisi
habitat  yang  cocok  untuk  spesies  jenis  Delphinus  delphis  dan  Tursiops  truncantus. Menurut  Priyono  2001  lumba-lumba  hidung  botol  Tursiops  truncantus,  lumba-
lumba  paruh  panjang  Stenella  longirostris,  dan  lumba-lumba  biasa  Delphinus delphis memiliki persebaran di sekitar laut jawa dan menurut Rice 1998, lumba-
lumba hidung botol Tursiops truncantus memiliki daerah penyebaran yang sangat luas  meliputi  perairan  tropis  dan  temperate.    Lumba-lumba  ini  juga  dijumpai
diperairan dangkal dekat pantai dan di daerah lepas pantai.  Jenis lumba-lumba yang paling  sedikit  dijumpai  Delphinus  delphis.    Di  Mercury  Bay,  New  Zealand,
pergerakan  secara  geografis  dari  Delphinus  delphis  dipengaruhi  oleh  musim. Lumba-lumba ini banyak dijumpai di  daerah  inshore pada musim  semi,  sedangkan
pada  musim  panas  dan  musim  gugur,  lumba-lumba  ini  lebih  banyak  dijumpai  di daerah  offshore  Neumann    Orams  2005  in  Irfangi  2010.    Setiap  perjumpaan
tidak selamanya lumba-lumba bergerombol dengan 1 spesies saja.  Ada di beberapa perjumpaan terdapat kombinasi 2 spesies lumba-lumba sekaligus.
S
S S
S
S S
S S
S S
1
2 3
4
5 6
7 8
9 10
P. Gosong Pandan P. Gosong Keroya
P. Semakdaun P Sempit
P. Karya P. Karang Congkak
P. Pramuka P. Panggang
0.7 1.4
2.1 Kilometers