Untuk mewujudkan hal tersebut, maka pengembangan komoditi lada perlu dilakukan melalui satu gerakan yang terpadu dan berkelanjutan. Dalam hal ini,
peningkatan produktivitas dan mutu lada merupakan target yang akan ditempuh melalui pengembangan inovasi teknologi dan kelembagaan secara komprehensif
dan holistik. Kegiatan ini terdiri dari : 1 intensifikasi pada areal yang produktivitasnya rendah, 2 rehabilitasi atau peremajaan tanaman dengan bibit
unggul, 3 pengendalian hama dan penyakit, terutama penyakit busuk pangkal batang yang telah menjadi ancaman bagi produksi lada di tiap daerah, 4
perbaikan mutu lada dengan pengolahan yang benar dan tepat, 5 diversifikasi secara horizontal dan vertikal, dan 6 pengembangan kelembagaan yang
menunjang kesinambungan agribisnis lada yang efisien. Selain lada, perlu juga dipikirkan untuk pengembangan komoditas
perkebunan lainnya di Provinsi Bangka Belitung. Salah satu upaya untuk mengetahui potensi wilayah dalam pengembangan suatu komoditas adalah dengan
analisis kesesuaian lahan dengan menggunakan peta landsystem. Dengan peta landsystem
dapat diperoleh lokasi-lokasi yang sesuai untuk suatu komoditas, misalnya Lada, Kakao, Karet dan Kelapa Sawit, sebagaimana disebutkan di sub
bab sebelumnya. Kelapa sawit juga sudah diupayakan pengembangannya di Provinsi Bangka
Belitung. Dari kunjungan lapangan di pulau Belitung, dijumpai beberapa lokasi bekas tambang telah dikelola sebagai lahan perkebunan kelapa sawit, dan berhasil
dengan baik. Tetapi karena tanah yang dipakai mempunyai unsur hara yang minim, maka harus diberlakukan pengelolaan secara khusus dan memerlukan
biaya yang tinggi. Pola inti-plasma, yaitu perusahaan besar sebagai inti sedangkan perkebunan rakyat bermitra dengan perusahaan sebagai plasma, bisa diberlakukan
untuk pengembangan usaha perkebunan kelapa sawit.
6.2.6 Analisis Potensi Pengembangan Industri
Hasil analisis kegiatan perekonomian sebagai pengganti timah di Provinsi Bangka Belitung selain sektor pertanian adalah sektor industri. Agar industri
mampu berkembang dengan baik, perlu disokong oleh bahan baku yang tersedia di Provinsi bangka Belitung. Saat ini, sektor industi di Provinsi Bangka Belitung
sebagian besar merupakan industri pengolahan yang berbasis pada bahan
tambang, yaitu timah, kaolin dan pasir kuarsa. Adapun komoditas industri yang telah ada yang berbasis pertambangan adalah industri peleburan biji timah
smelter, industri tepung kaolin dan industri pasir kuarsa. Karena ketiga jenis industri ini berbasis bahan tambang, maka sebagaimana analisis sebelumnya
bahwa jika cadangan tambang habis, maka industri-industri ini akan terkena dampaknya, dengan demikian, maka pengembangan industri yang harus dilakukan
oleh Provinsi Bangka Belitung adalah industri yang berbasis pertanian. Saat ini industri pengolahan yang berbasis pada bahan baku hasil
perkebunan di Provinsi Bangka Belitung adalah Sortasi Lada dan CPO. Sedangkan untuk komoditas perkebunan yang lain belum ada industri
pengolahnya seperti karet, kelapa dan kakao. Perlu dikembangkan industri pengolahan hasil pertanian, sehingga hasil pertanian terutama sub sektor
perkebunan akan mempunyai nilai tambah yang lebih baik dibandingkan jika dijual tanpa pengolahan. Misalnya lada, walaupun merupakan komoditas
unggulan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia, tetapi komoditas ini dieksport belum dalam bentuk hasil pengolahan berupa tepung lada, ataupun
ekstraksi minyak lada, tetapi dalam bentuk utuh tanpa pengolahan. Demikian juga, untuk kelapa sawit, industri yang ada adalah industri yang menghasilkan Crude
Pal Oil CPO dan dieksport dalam bentuk CPO. Potensi yang perlu
dikembangkan adalah industri yang berbahan baku CPO seperti minyak goreng, margarine dan sabun. Begitu juga untuk komoditas karet, belum ada industri
pengolahan karet, maka potensi untuk pengembangan industri berbahan baku karet adalah industri yang mampu mengolah karet menjadi bahan siap pakai
dengan kualitas yang baik, sehingga karet yang dieksport bukan sebagai bahan baku, tetapi sudah dalam bentuk karet yang siap digunakan untuk pembuatan
barang-barang berbahan karet. Dengan demikian karet yang dieksport sudah memiliki nilai tambah.
Tabel 30 Pengembangan Industri Berbasis Hasil Perkebunan
No. Komoditi
Industri yang telah ada
Industri potensial dikembangkan
1 Lada
Sortasi Lada Tepung Lada - Ekstraksi minyak
lada 2
Kelapa Sawit Crude Palm Oil Minyak Goreng - Margarine -
Sabun 4
Karet -
Industri pengolahan karet 5
Kelapa -
Minyak kelapa, santan awet, sari kelapa, kecap kelapa - Sabut
kelapa pengisi jok kendaraan - Arang tempurung kelapa
Sumber : Bappeda Prov. Kep. Bangka Belitung, diolah
Selain komoditas perkebunan, Bangka Belitung mempunyai potensi perikanan laut. Perlu dikembangankan industri pengolahan hasil perikanan,
galangan kapal dan alat tangkap. Industri berbasis perikanan laut yang saat ini ada di Provinsi Bangka Belitung adalah industri kecil pengolahan pangan
berbahan baku hasil laut, pembekuan dan pembersihan udang, ikan, cumi untuk keperluan dalam negri maupun eksport.
Tabel 31 Pengembangan Industri Berbasis Hasil Perikanan Laut
No .
Komoditi Industri
yang telah ada Industri potensial dikembangkan
1, Perikanan
Laut Industri kecil pangan hasil laut
Pembekuan ikan, udang, cumi-cumi cold storage
Pembersihan ikan, udang dan cumi-cumi
Industri pengolahan hasil perikanan - Industri pengalengan ikan
- Industri cold storage - Industri pabrik es
Industri galangan kapal Industri pembuatan alat tangkap
Sumber : Bappeda Prov. Kep. Bangka Belitung, diolah
Untuk mendukung berkembangnya industri di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Pemerintah telah menetapkan kawasan industri di beberapa daerah
sebagaimana tercantum dalam tabel 32. Berdasarkan PP 242009 pengertian Kawasan Industri adalah kawasan
tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri
yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri.
Sarana dan prasarana yang dimaksud di atas meliputi jalan, pengolahan air bersih dan air kotor terpadu, komersial, perumahan, jaringan listrik, jaringan
telekomunikasi, jaringan gas dan sebagainya, sehingga pabrik disebut dengan perusahaan industri yang masuk ke Kawasan Industri akan mendapatkan
saranaprasarana ini. Pembangunan dan pengembangan Kawasan Industri bertujuan untuk mengendalikan pemanfataan ruang. Di Kawasan Industri diatur
pemanfaatan ruang max 70 untuk lahan industri dan min 30 untuk fasosfasumhijau. Sedangkan lahan yang dimanfaatkan oleh perusahaan industri
diatur 60 untuk bangunan dan 40 lahan terbukahijau. Dengan demikian Kawasan Industri bertujuan juga meningkatkan upaya pembangunan industri yang
berwawasan lingkungan. Perusahaan Industri tidak boleh sembarangan membuang air limbah ke
badan penerimasungai, karena air limbah dari dalam pabrik disalurkan ke sistem air limbah kawasan lalu diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL.
Kawasan Industri secara ketat menerapkan nilai ambang batas NAB air limbah yang boleh disalurkan ke IPAL. Jika NAB lebih besar dari ketentuan kawasan,
pihak pabrik harus melakukan pre-treatment terlebih dahulu. Dari IPAL kawasan, air limbah yang telah diolah dibuang ke badan penerimasungai dengan mengikuti
parameter air limbah yang ditetapkan oleh Pemerintah. Inilah yang menjadi perbedaan mendasar antara pabrik yang berada di Kawasan Industri dan di luar
Kawasan Industri. Pengelola Kawasan Industri menjadi kepanjangan tangan pemerintah dalam pengawasan terhadap air limbah yang dibuang ke badan
penerimasungai, karena Pengelola Kawasan Industri akan menegur pabrik yang kualitas air limbahnya tidak sesuai dengan NAB yang ditetapkan. Semua air
limbah yang keluar dari pabrik kualitasnya dapat dikendalikan. Keuntungan lain bagi perusahaan industri yang berlokasi di Kawasan
Industri tidak memerlukan adanya Ijin Lokasi, Ijin Gangguan, dan pengesahan rencana tapak bangunan, karena semua telah di-cover dengan perizinan Kawasan
Industri. Selain itu, Pengelola Kawasan Industri akan memfasilitasi perizinan dan hubungan industrial bagi Perusahaan Industri yang berada di dalamnya seperti
Izin Mendirikan Bangunan IMB, Izin Usaha Tetap IUT, penyambungan listrik,
penyambungan air
bersihair limbah,
penyambungan telekomunikasi,
penyambungan gas, penyusunan dokumen lingkungan dan sebagainya. Dalam pengelolaan Kawasan Industri dibuat Tata Tertib Kawasan Industri
Estate Regulations yang mengatur hak dan kewajiban Pengelola Kawasan
Industri dengan Perusahaan Industri yang berada di dalamnya. Tabel 32 Kawasan Pengembangan Industri Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
No. Nama Kawasan Industri
Dasar Hukum Pembentukan Kawasan
Luas Kawasan ha
Kewenangan
1 Kawasan Industri Ketapang
Pangkalpinang Perda Kota Pangkalpinang
No. 4 Tahun 1998 +- 440,00
Pemkot Pangkalpianng
2 Kawasan Industri Kec. Muntok
Perda Kab. Bangka No. 9 Tahun 2001
+- 578,74 Pemkab Bangka
Barat 3
Kawasan Industri Perikanan Terpadu diTelukKelabat
Perda Kab. Bangka No. 11 Tahun 2002
+- 7.500,00 Pemkab Bangka
4 Kawasan Industri Jelitik, Sungailiat
Perda Kab. Bangka No. 3 Tahun 2005
+- 275,00 Pemkab Bangka
5 Kawasan Industri Suge, Desa
Pegantungan, Kec. Badau Perda Kab. Belitung No. 15
Tahun 2001 +- 500,00
Pemkab Belitung 6
Kawasan Industri Desa Mangkubang dan Sukamandi, Kec. Manggar
- +- 2.500,00
Pemkab Beltim 7
Kawasan Industri Khusus Perkapalan Lipat Kajang, Kec. Manggar
- +- 250,00
Pemkab Beltim Total Luas Kawasan
+- 12.043,74
Sumber : Bappeda Prov. Kep. Bangka Belitung
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Secara ringkas penelitian ini menunjukkan bahwa proses transformasi perekonomian dari perekonomian yang mengandalkan timah menuju
perekonomian non timah di Provinsi Bangka Belitung saat ini sedang berlangsung. Ada indikasi bahwa sektor timah dapat digantikan oleh sektor
pertanian dan industri pengolahan. Analisis transformasi perekonomian dan ketenagakerjaan menunjukkan
bahwa ketika PDRB Timah menurun, maka sektor pertanian mengalami peningkatan, begitu juga dengan tenaga kerjanya. Hal ini menunjukkan bahwa
sektor pertanian dapat menjadi sektor substitusi pengganti timah. Sektor pertanian akan berkembang dengan baik jika didukung oleh sektor industri yang mengolah
hasil pertanian. Simulasi sistem dinamik menunjukkan bahwa pengelolaan timah yang
optimal adalah pada tingkat produksi 32.973,93 ton per tahun. Dengan demikian cadangan timah dapat bertahan sampai tahun 2032, merupakan waktu yang cukup
lama bagi Provinsi Bangka Belitung untuk mempersiapkan diri menghadapi berakhirnya era pertambangan timah yang sudah ratusan tahun menjadi sumber
perekonomian wilayah Bangka Belitung. Simulasi juga memperlihatkan bahwa proses transformasi perekonomian tidak berjalan dengan baik, terbukti ketika
tambang timah habis, tidak serta merta sektor lain menggantikan kehilangan PDRB dari sektor timah. Karena itu diperlukan kebijakan untuk mendorong
peningkatan produksi sektor lainnya yang diyakini bisa menggantikan sektor timah, yaitu sektor pertanian dan industri sejak sekarang, sehingga ketika timah
habis sektor pertanian dan industri sudah mampu menggantikan timah. Sektor pertanian yang dapat dikembangkan berdasarkan kesesuaian lahan
dan ketersediaan lahan pertanian di Provinsi Bangka Belitung adalah Lada, Kelapa Sawit dan Karet. Khusus lada harus dilakukan revitalisasi untuk
mengembalikan kejayaan lada Bangka Belitung yang sudah terkenal di dunia, sedangkan industri yang harus dikembangkan adalah industri-industri yang
berbasis pertanian khususnya komoditas terpilih tersebut.