Tenaga Kerja Pertambangan Timah

sumbangannya terhadap kegiatan industri menengah dan besar di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Docking kapal sangat potensial untuk dikembangkan terutama untuk industri maritim. Pabrik zat asam tidak saja melayani kebutuhan untuk industri pertambangan timah tetapi juga untuk melayani kebutuhan untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan bahkan adanya kerja sama dengan PT. Bakrie Brother untuk pabrik pipa baja. Jumlah investasi dari kegiatan unit usaha keteknikan ini sebesar Rp. 3 milyar. Di samping ketiga unit usaha di atas, terdapat pula fasilitas kesehatan, pendidikan, olah raga, hiburan, dan rekreasi dan sarana transportasi yang dapat digunakan untuk umum.

5.6.4 Tenaga Kerja Pertambangan Timah

Menurut Payaman 1998 bahwa pendidikan dan latihan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengembangan sumberdaya manusia. Pendidikan dan latihan tidak saja menambah pengetahuan, akan tetapi juga meningkatkan ketrampilan bekerja, dengan demikian meningkatkan produktivitas kerja. Dalam konteks Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terutama jika dilihat dari jumlah karyawan PT. Tambang Timah sebelum retrukturisasi 1991 seluruhnya sekitar 25.000 orang. Dalam rangka efisiensi perusahaan, telah dilakukan pengurangan tenaga kerja maka jumlah karyawan berkurang berturut- turut 11.079 orang pada tahun 1991; 9.349 orang pada tahun 1992; 8.373orang pada tahun 1993; dan 6.117 orang pada tahun 1994 Sujarwo, 1995. Dari hasil studi Sujarwo, 1995 tingkat keahlian tenaga kerja PT. Tambang Timah sebagian tenaga kerja tidak terampil sebesar 58,94 dan tenaga kerja setengah terampil 34,88; tenaga kerja terampil 5,28; tenaga kerja ahli sebanyak 0,90. Formasi tenaga kerja tersebut merupakan permasalahan besar di masa yang akan datang terutama pasca pertambangan timah. Kondisi yang sama terjadi di wilayah pertambangan timah Kinta Valley Malaysia. Pada umumnya sangat kecil dampak negative dari bekas pekerja tambang di wilayah tersebut mengingat ketrampilan rendah sangat sulit untuk mencari pekerjaan pasca pertambangan timah. Berdasarkan hasil penelitian Sujarwo et al 1994 menunjukkan bahwa pasca pertambangan timah eks pekerja timah cenderung ingin bekerja ke kegiatan nonpertambangan sebesar 73,75, sedangkan yang memilih bidang pertambangan umum sebesar 26,25. Kegiatan nonpertambangan tersebut terdiri dari kegiatan industri dan perdagangan sebesar 33,01, wiraswasta 22,33 dan pertanian 22,33. Dari hasil studi tersebut menunjukkan bahwa eks pekerja tambang timah lebih cenderung memilih pekerjaan ke kegiatan nopertambangan khususnya industri dan perdagangan, wiraswata dan pertanian. Potensi pengembangan kegiatan tersebut terbuka dengan berkembangnya kegiatan perkebunan lada dan kelapa sawit, perikanan, industri kecil khususnya industri makanan dan industri kerajinan dari logam timah. Kegiatan ini sangat potensial dalam pengembangan kewirausahaan lokal khususnya dalam peningkatan pendapatan masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Berdirinya Politehnik manufaktur di kotamadya Pangkalpinang memberikan angin segar untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengingat potensi kegiatan industri pengolahan cukup besar.

5.6.5 Pengaruh Pertambangan Timah Terhadap Kegiatan Ekonomi