Isu Pengembangan Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

penerbangan yang beroperasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung antara lain Sriwijaya Air, Batavia Air, Lion Air, Garuda Indonesia dan Riau Air Lines.

5.8 Isu Pengembangan Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Dari tinjauan karakteristik dan potensi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdapat beberapa isu pengembangan wilayah yang menjadi dasar pengembangan kegiatan ekonomi nonpertambangan pasca pertambangan timah. Pertama bahwa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih sangat bergantung pada pertambangan dan industri berbasis pertambangan terutama pertambangan timah, kaolin, dan pasir kuarsa. Ketergantungan tersebut menyebabkan sering terjadinya fluktuasi perekonomian terutama yang disebabkan oleh kegiatan pertambangan timah. Produksi dan harga timah sangat ditentukan oleh Dewan Timah Internasional ITC, oleh karena itu naik turunnya perekonomian sangat ditentukan oleh pasar internasional factor eksternal. Disamping adanya negara anggota produsen timah, terdapat juga negara yang bukan anggota. Negara-negara tersebut merupakan salah satu penyebab turunnya harga timah di pasar internasional. Oleh karena itu, mempertahankan basis ekonomi pertambangan terutama pertambangan timah untuk jangka panjang sangat riskan karena sangat bergantung pada permintaan dan kondisi pasar di luar wilayah. Kedua bahwa di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung cadangan timah yang menjadi basis ekonomi wilayah sudah menipis. Permasalahan utama tersebut tidak saja menurunkan pembangunan, pendapatan dan pendapatan per kapita wilayah, tetapi juga menimbulkan pengangguran terutama tenaga kerja eks pertambangan timah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah menyediakan lapangan pekerjaan dengan melakukan perluasan struktur ekonomi wilayah dengan mengembangkan kegiatan ekonomi dengan mengembangkan kegiatan ekonomi nonpertambangan, sehingga tenaga kerja dari kegiatan pertambangan timah tersebut dapat diserap oleh kegiatan ekonomi nonpertambangan. Perluasan struktur kegiatan ekonomi diperlukan untuk memperluas kesempatan kerja, sehingga kestabilan ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di masa yang akan datang diharapkan stabil dan bahkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah. Dengan demikian, berkembangnya kegiatan ekonomi nonpertambangan sebagai kegiatan penunjang perekonomian wilayah. Pada saat kegiatan pertambangan khususnya pertambangan timah habis, maka kegiatan penunjang dapat menjadi kegiatan basis Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pengembangan kegiatan ekonomi nonpertambangan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di arahkan kepada kegiatan pertanian tanaman pangan, perkebunan,dan perikanan dan kegiatan industri pengolahan terutama di arahkan kepada industri yang menggunakan bahan baku lokal terutama industri kecil dan menengah. Dengan demikian, pengembangan industri pengolahan diharapkan dapat ditunjang oleh kegiatan pertanian yang tangguh terutama dalam pengembangan pertanian yang berteknologi tinggi dan tepat guna. Pertimbangan ini disebabkan terbatasnya lahan untuk pengembangan pertanian dan industri ekstensif. Ketiga adalah kualitas sumber daya manusia dengan tingkat keahlian rendah khususnya eks pekerja pertambangan timah. Tingkat keahlian eks pekerja pertambangan timah dengan keahlian rendah sampai setengah terampil mencapai 93,82. Namun demikian, pengalaman bekerja di bidang industri merupakan modal dasar dalam pengembangan kegiatan industri nonpertambangan. Keempat, dalam meningkatkan arus perdagangan adalah transportasi. Potensi sumber daya alam Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang sangat baik perlu ditunjang oleh sarana dan prasarana transportasi laut dan udara yang memadai. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang merupakan wilayah kepulauan sangat bergantung pada transportasi laut dan udara terutama dalam kaitannya dengan ekspor dan impor komoditi.Oleh karena itu, berkembangnya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung harus ditunjang oleh transportasi laut dan udara yang baik. Untuk mempercepat arus perdagangan komoditi ekspor dan impor maupun untuk meningkatkan pariwisata penekanan dalam perbaikan sarana transportasi sangat diperlukan. Letak geografis Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang strategis akan berdampak lokasional yang menguntungkan terutama dalam mengantisipasi meluapnya kegiatan di pulau Jawa, Batam, Singapura, dan Malaysia. Kelima adalah keterbatasan dalam pengembangan sumber daya alam terutama ekstensifikasi usaha. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang merupakan kepulauan sangat terbatas terhadap lahan usaha. Demikian pula, adanya keterbatasan kesuburan tanah yang disebabkan oleh sebagian besar lahan usaha banyak mengandung kasiterit atau pasir timah. Oleh karena itu, hanya tumbuhan tertentu yang dapat dikembangkan dengan baik. Dari isu-isu tersebut, jelaslah bahwa tambang timah tidak bisa terus menerus menjadi andalan bagi provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Karena itu perlu dilakukan upaya transformasi struktur perekonomian dari yang semula mengandalkan timah sebagi pemicu utama perekonomian wilayah beralih ke non pertambangan timah. Dalam rangka mencari solusi tersebut, di bab selanjutnya akan dibahas mengenai proses dan upaya mencari struktur perekonomian yang tidak mengandalkan pertambangan timah di Provinsi Bangka Belitung.

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Struktur Perekonomian Kepulauan Bangka Belitung Sebelum

Transformasi Untuk mengetahui struktur perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dilakukan analisis struktur perekonomian menggunakan data IRIO Bappenas, 2005. Melalui analisis data IRIO dapat diketahui struktur perekonomian secara lebih lengkap dibandingkan menggunakan data Input Output Regional, karena selain terlihat keterkaitan antar sektor di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dapat juga dilihat keterkaitan antar sektor dengan sektor yang sama maupun sektor lainnya di Provinsi yang lain. Dari gambar 12 terlihat bahwa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mempunyai hubungan perekonomian dengan provinsi-provinsi lainnya di Indonesia. Terlihat bahwa Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat pertama dari sisi input antara. Artinya perekonomian Provinsi Bangka Belitung mendapatkan input dari Provinsi lain yaitu secara berurutan dari Provinsi Jawa Barat, disusul DKI Jakarta, Jawa Timur dan Banten, baru kemudian provinsi lainnya. Sedangkan dari sisi output, perekonomian Provinsi Bangka Belitung digunakan sebagai masukan oleh perekonomian Provinsi lain yaitu secara berurutan ke Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten kemudian provinsi lainnya. Sedangkan gambar 13 memperlihatkan perbandingan input antara dengan permintaan antara dalam persen untuk Provinsi Bangka Belitung dengan Provinsi lain, sebagai contoh, untuk hubungan perekonomian antara Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan Provinsi Jawa Barat, terlihat bahwa permintaan antara lebih kurang 20 persen sedangkan input antara adalah 80 persen. Berdasarkan interpretasi awal data IRIO tahun 2005 tersebut, maka analisis selanjutnya mengenai struktur perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan dilakukan keterkaitannya dengan Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten dan Sumatera Selatan. Pemilihan Provinsi Sumatera Selatan adalah untuk melihat keterkaitan perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan Provinsi induknya sebelum berdiri sendiri menjadi Provinsi.