3 Hak kepemilikan bersama mengikat para anggota komunitas menjadi satu
unit  yang  kompak  dan  membentuk keanggotaan serta kontrol  atas sumberdaya bersama untuk memfasilitasi kerja tim dan koorperasi.
4 Hak  kepemilikan  bersama  bersifat  konservasionis  karena  biasanya
berdasarkan pada prinsip ambil sesuai kebutuhan. 5
Hak  kepemilikan  bersama  dikatakan  dapat  membantu  menjaga keberlanjutan  ekologi,  dan  dengan  pengelolaan  bersama  ini  sering  kali
menggabungkan praktek ritual yang disinkronisasikan dengan siklus alam. Ostrom et.al 1999  memaparkan  mengenai  tipe  hak  kepemilikan  atas
sumberdaya bersama. Tabel 3. Hak Kepemilikan dan Karakteristiknya
Hak Kepemilikan Karakteristik
Open access akses terbuka Tidak ada yang memegang hak kepemilikan pada tipe
kepemilikan ini Kepemilikan kelompok
Hak kepemilikan sumberdaya dipegang oleh sekelompok penguna yang dapat mengeksklusi orang
lain.
Kepemilikan pribadi Hak kepemilikan sumberdaya dipegang oleh individu
atau perusahaan yang dapat mengeksklusi orang lain. Kepemilikan pemerintah
Hak kepemilikan sumberdaya dipegang oleh pemerintah yang dapat mengeksklusi pihak lain.
Sumber: Ostorm et.al 1999
2.1.4 Pelabelan Ramah Lingkungan Ecolabelling
Berikut  merupakan  beberapa  definisi  mengenai ecolabelling PRL  oleh berbagai ahli, antara lain:
1. PRL oleh  Gardiner  dan  Visnawathan  2004  diartikan  sebagai penyedia  informasi  bagi  konsumen  dengan memberi kesempatan
kepada  konsumen  untuk menunjukkan  perhatiannya terhadap  ekologi maupun lingkungan melalui produk yang mereka pilih.
2. Nunes dan Riyanto 2005 menyebutkan bahwa PRL mengarah kepada skema kebijakan yang dikarakterisasi oleh evaluasi suatu produk, atau
karakteristik  produk.  Hal  ini berlawanan  dengan  menspesifikasi produk  secara  khusus.  Intinya  untuk  mengukur  dan  mengemukakan
secara  detail  nilai  sosial,  ekologi,  dan  ekonomi  yang  menjadi  atribut dari produk tersebut.
3. FAO 2007 mendefinisikan PRL sebagai pemberian label pada produk dengan  sukarela  guna  menyampaikan  informasi  produk  kepada
konsumen untuk menciptakan insentif berbasis pasar demi pengelolaan perikanan yang lebih baik.
4. European Council 2002 dalam Mungkung et.al 2006 menyatakan bahwa PRL merupakan  sebuah  pendekatan,  digunakan  secara  luas
dalam  mengindustrialisasikan  negara-negara  sebagai  jalan  untuk mempromosikan  produk  yang  berkelanjutan  dengan cara yang  saling
melengkapi, yakni dengan meyediakan informasi bagi konsumen untuk memudahkan  mereka  memilih  produk  yang  lebih  ramah  lingkungan
atau  dengan  menggunakan  “brenchmarking” untuk  meningkatkan pengembangan produk.
5. Dalam buku Seafood Ecolabelling: Principles and Practise, Ward dan Phillpis  2009  menyatakan PRL merupakan  sistem  yang  dibentuk
berdasarkan  insentif  dari  mekanisme  pasar  untuk  mendorong  produk yang  memberitahukan  bahwa  diproduksi  dengan  memperhatikan
keberlanjutan ekologi. Gambar  1 menggambarkan  apa  yang  disebutkan  oleh  Ward  dan  Phillps
2009 mengenai sistem insentif  pasar  dan  beberapa  elemen  pendukungnya PRL ini sebenarnya  adalah  hanya  sebuah  tanda,  logo,  label,  atau  sebuah  pengesahan
produk  perikanan  yang  dimaksudkan  untuk  menyatakan  secara  tidak  langsung kepada  konsumen  bahwa produk  yang mereka  beli  adalah  produk  yang  telah
diproduksi  melalui  prosedur  keberlanjutan  ekologi,  dan  bersumber  dari sumberdaya  alam  yang  dikelola  dengan  baik. Gambar  2  merupakan  contoh  PRL
yang beredar di dunia.
Gambar 1 Insentif Pasar untuk Mendukung Praktik Lingkungan dan Keberlanjutan dalam Penangkapan dan Produksi Hasil Perikanan Ward dan Philips, 2009
Seperti  telah  dijelaskan  sebelumnya  bahwa PRL
ditelurkan  dari didirikannya  Marine  Stewardship  Council  MSC  yang  diinisiasi  oleh  Unilever
dan  WWF  pada  tahun  1997.  Sejarah  inisiasi PRL pada  sub-bab  ini  akan  dilihat dari kedua aktor besar yang berperan. Pertama, berlandaskan pada Unilever’s Fish
Sustainibility  Initiative 2003.  Unilever, berdasar  pada  data-data  yang  didapat dari  FAO  melihat  perikanan  global  mulai  menghadapi  ancaman  yang  memiliki
implikasi  sosial. Satu  miliar  orang  di  Asia  dan  Afrika  yang  menggantungkan hidupnya  pada  sumber  protein ikan  akan  menghilang.  Teknik  penangkapan  ikan
dan  penurunan  stok  perikanan  membuat  konservasi  menjadi  suatu  kebutuhan. Pada  2002,  dalam World  Summit  on  Sustainable  Development para  pemerintah
setuju  bahwa  stok  ikan  perlu  diperbaharui  demi  terjaganya  stok  ikan  pada  tahun 2015.  Di  dalam  FAO Code  of  Conduct  for  Responsible  Fisheries 1995
dinyatakan: “Fisheries, including aquaculture, provide a vital source of food,
employement,  recreation,  trade,  and  economic  well-being  for people  throughout  the  world,  both of  present  and  future
generations  and  should  therefore  be  conducted  in  a  responsible manner. FAO Code of Conduct for Responsible Fisheries sets out
principles and international standards of behavior for responsible
Credibillity anAAppealappeal
Consumer preference
Consumer Product
endorsement
verification
Environmental Regulations, Policies, plans and strategies;
principles and guidelines; practice; customary producers
Producer standard
Improved ecological
sustainability
practices  with  a  view  to  ensuring  the  effective  conservation, management,  and  development  of  living  aquatic  resources,  with
due respect for the ecosystem and biodiversity”
Gambar 2. Contoh Label Ramah Lingkungan PRL
WWF  untuk  mencapai  tujuannya  membuat  perikanan  berkelanjutan dengan  membuat sarana dan  insentif  untuk  perikanan  yang  dikelola  dengan  baik
dengan  menggandeng  partner  baik  dari  organisasi  pemerintahan  maupun  non- pemerintah,  industri,  dan  masyarakat  pesisir. Merujuk  kepada  Gardiner  dan
Visnawathan  2004 PRL memiliki  tiga  skema  yang  secara  garis  besar mengklasifikasikan PRL dalam  tiga  kategori.  Adapun  kategori  tersebut,  antara
lain: 1. Skema PRL jenis  pertama  atau  biasa  disebut self  declaration. Skema
ini diterapkan oleh perusahaan berdasarkan pada standar produk yang mereka  produksi  sendiri.  Biasanya  diinformasikan  melalui  media
periklanan. 2. Skema PRL jenis  kedua.  Skema  ini  diterapkan  oleh  asosiasi  industri
untuk konsumen mereka. Para anggota asosiasi ini menetapkan kriteria sertifikasi  sendiri,  atau  terkadang  dibantu  oleh  ahli  dari  luar  asosiasi
mereka, seperti akademisi maupun organisasi lingkungan. 3. Skema PRL jenis  ketiga.  Skema  ini  diterapkan  oleh  inisiator  publik
maupun  swasta  yang  bebas  dari  produsen, distributor,  maupun pedagang  dari  produk  tersebut.  Produk  yang  disuplai  oleh  organisasi
atau  sumbernya  disertifikasi  untuk menginformasikan  kepada
konsumen  bahwa  produk  ini  ramah  lingkungan.  Skema  ini  bertipikal sama dengan lisensi.
Forsyth 2008 menyatakan bahwa apabila berbicara mengenai lingkungan, kerusakan lingkungan, ataupun ekologi akan terkait dengan kebijakan yang telah
ada  dan  kebijakan  yang  akan  dibuat.  Penetapan  kebijakan  dan  pelaksanaannya tidak  terlepas  dari  unsur  politik,  sehingga  menganalisis  kejadian  serta  peristiwa
alam  yang  terjadi  dapat  dengan  baik  dijelaskan  dalam  kerangka  ekologi  politik. Adapun  dampak  dari  kekurangan  dan kelebihan  pelaksanaan  program PRL
perikanan  ini  bagi  nelayan terutama  nelayan  skala  kecil  yang  banyak  terdapat  di NSB seperti yang terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kelebihan dan Kekurangan PRL Berdasarkan Aktor
Aktor Ekolabeling
Kelebihan Kekurangan
Negara Skala Besar NSB
 Produk yang telah bersertifikasi memiliki
harga yang tinggi di pasar
 Mewujudkan praktek perikanan yang
berkelanjutan Mengurangi jatah tangkap
ikan NSBs sehingga permintaan akan produk ini
yang tinggi tidak dapat dipenuhi semua memebuat
harga ikan bersertifikasi lebih tinggi di pasar
Nelayan Skala Kecil NSK
Mewujudkan praktek perikanan yang
berkelanjutan  PRL perikanan berbiaya
tinggi sehingga NSK tidak dapat memenuhinya
 PRL merupakan instrumen pasar internasional
sehingga mempengaruhi praktek ekspor impor
negara sedang berkembang akan ter-drive
oleh negara maju
Kelangsungan Kelestarian Alam
 Perikanan dikelola secara baik, dapat merekoveri
stok ikan lebih cepat  Mewujudkan praktek
perikanan yang berkelanjutan.
 Belum ada hasil signifikan bahwa PRL ini
meningkatkan stok ikan  Hanya berfokus pada hasil
tapi tidak memperhatikan system pengelolaan yang
digunakan
Sumber:  Gardiner  dan  Visnawathan  2004;  Gudmusson  dan  Wessel  2000;  Molyneaux  2008; Suwarsono 2006; Sainsbury 2010
Bila  dilihat  dari  sudut  pandang  nelayan  skala  kecil  dan  dari  aspek  sosial, ekonomi, dan politik, PRL memiliki dampak tersendiri, antara lain:
1. Biaya  sertifikasi  yang  mahal  membuat  nelayan  skala  kecil  tidak  dapat mensertifikasikan  produk  perikanannya.  Hal  ini  membuat  produk
perikanan  ini  tidak  dapat  memasuki  perdagangan  internasional,  kerena tidak memenuhi persyaratan PRL Gardiner dan Visnawathan 2004.
2. Bagi perikanan yang telah tersertifikasi pun tidak lepas dari permasalahan. Dari  aspek  politik,  perikanan  yang  telah  disertifikasi  untuk  memenuhi
tuntutan  pasar  ekspor-impor  ternyata  memiliki  implikasi  adanya ketergantungan NSB kepada NM Soewarsono, 2000.
2.1.4.1 Dampak Ekologi Penerapan Sertifikasi Ekolabeling