Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian

generasi saat ini. Ditambahkan FAO dalam Sinclair dan Valdimarsson 2003 perikanan berkelanjutan semestinya dilihat secara pendekatan holistik dan integratif juga dengan partisipasi dari para pemangku kepentingan yang mengarah kepada dimensi pengelolaan yang terpusat. Berikut Galser et.al merumuskan beberapa instrumen yang seharusnya ada dalam praktek perikanan berkelanjutan: 1. Keadilan distributif; ini penting untuk memastikan siapa yang bertanggung jawab atas biaya dan yang memperoleh keuntungan dari wilayah konservasi. Baik keuntungan material maupun non-material. 2. Transparansi dan Representatif; pada tingkat lokal peraturan dan program ini dibangun, pemilihan pengurus, dan lainnya harus diurus secara inklusif dan menghindari marginalisasi. Seluruh pelaksanaan ini dilaksanakan secara transparan dan memilki unsur keterwakilan. 3. Budaya lokal; hal tabu maupun mitos di lingkungan sekitar wilayah konservasi harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam memutuskan wilayah konservasi. 4. Partisipasi aktif; diperlukan peran aktif dari masyarakat pengguna sumberdaya dalam merumuskan implementasi wilayah konservasi. 5. Mengaitkan pengetahuan; baik itu pengetahuan lokal maupun pengetahuan modern dan pengetahuan lainnya disejajarkan dalam pertimbangan pengambilan keputusan agar tercipta peraturan yang tidak berat sebelah. 6. Peraturan Lokal; jangan abaikan peraturan lokal yang telah menjadi tradisi di wilayah tersebut.

2.2 Kerangka Pemikiran

Timbul kesadaran akan rusaknya lingkungan di laut Les yang diakibatkan penggunaan bahan berbahaya dalam menangkap ikan destructive fishing serta penangkapan ikan berlebih over-exploitation fishing. Hal ini kemudian mengawali pergerakan perikanan ramah lingkungan yang dilakukan oleh kelompok nelayan ikan hias dibantu oleh Lembaga Swadaya Masyarakat LSM lokal, yakni Yayasan Bahtera Nusantara yang juga dibantu oleh Telapak Indonesia. Gerakan pelestarian yang dilakukan dimulai dengan merubah cara pandang nelayan, kemudian diikuti dengan memutuskan solusi yang tepat untuk kebaikan bersama. Gerakan ini mengubah cara tangkap ikan hias yang dari menggunakan potassium-sianida menjadi menggunakan jaring, dari pola tangkap mengambil sebanyak-banyaknya ikan menjadi berpola mengikuti order, juga termasuk memberi pelatihan penyelaman untuk menangkap ikan yang hidup lebih dari 15 meter di bawah permukaan laut. Setelah gerakan perikanan ramah lingkungan berjalan beberapa waktu, kemudian Marine Aquarium Council melakukan PRL ecolabelling terhadap pemangku kepentingan rantai pasar dari ikan hias. Munculnya program PRL ini kemudian menimbulkan dampak, baik dari sisi sosial dan ekonomi masyarakat nelayan dan ekologis lingkungan terutama laut. Perubahan pendapatan, perubahan kondisi tempat tinggal, ragam sumber pandapatan, serta kepemilikan alat tangkap menjadi tolak ukur ekonomi nelayan. Sedangkan dari sisi sosial, kekuatan jejaring sosial networking, stratifikasi masyarakat nelayan, sebaran wilayah tangkap, dan tingkat kepuasan kerja oleh nelayan menjadi parameternya. Sementara luas tutupan karang dan keberanekaragaman ikan hias di laut Les menjadi alat ukur akibat yang dihasilkan dari PRL ini.

2.1 Hipotesis Penelitian

1 Terdapat hubungan perubahan pola kehidupan sosio-ekonomi masyarakat nelayan ikan hias akibat pelaksanaan PRL. Perubahan sosial yang terjadi memiliki hubungan:  Responden yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi cenderung memiliki keikutsertaan yang tinggi dalam kelompok.  Responden yang memiliki tingkat pengalaman kerja yang tinggi maka cenderung memiliki tingkat keikutsertaan yang tinggi.  Responden dengan tingkat pengalaman yang tinggi maka cenderung memiliki tingkat pendapatan tinggi.  Responden yang memiliki tingkat pengalaman kerja yang tinggi maka cenderung memiliki tingkat pendapatan yang tinggi. 2 Terdapat perubahan ekologi perairan Les akibat pelaksanaan PRL. 3 Terdapat perubahan pelaksanaan perikanan ikan hias setelah pelakaksanaan sertifikasi PRL. Kerusakan Lingkungan Laut Gerakan Perikanan Ramah Lingkungan Sertifikasi Ekolabeling Dampak Sosial:  Jaringan sosial  Tingkat keikutsertaan dalam kelompok  Stratifikasi masyarakat nelayan Dampak Ekonomi:  Tingkat pendapatan  Ragam sumber pendapatan  Persaingan wilayah tangkap  Kondisi tempat tinggal Karakteristik Nelayan:  Umur  Tingkat pendidikan  Tingkat pengalaman  Tingkat pengetahuan tentang perikanan yang ramah lingkungan Dampak Ekologi:  Luas tutupan Karang  Keberanekaragaman ikan hias Nelayan Ikan Hias LSM Lembaga sertifikasi Dampak Sosial:  Jaringan sosial  Tingkat keikutsertaan dalam kelompok  Stratifikasi masyarakat nelayan Dampak Ekonomi:  Tingkat pendapatan  Ragam sumber pendapatan  Persaingan wilayah tangkap  Kondisi tempat tinggal Karakteristik Nelayan:  Umur  Tingkat pendidikan  Tingkat pengalaman  Tingkat pengetahuan tentang perikanan yang ramah lingkungan Dampak Sosial:  Jaringan sosial  Tingkat keikutsertaan dalam kelompok  Stratifikasi masyarakat nelayan Keterangan: Hubungan Pengaruh Stakeholder yang berperan dalam kegiatan Hubungan peristiwa Gambar 3. Bagan Alir Kerangka Pemikiran Penelitian Sertifikasi Ekolabeling Dan Dampaknya Terhadap Nelayan Ikan Hias

2.2 Definisi Konseptual