77
Gambar 9. Persentase Luas Tutupan Karang di Desa Les Sumber: Yayasan Bahtera Nusantara
21.92 34.36
37.27 41.9
37.8 41.22
64.26 62.58
64.14 71.1
60.88
38.12
10 20
30 40
50 60
70 80
3 meter 7meter 3 meter 7meter 3 meter 7meter 3 meter 7meter 3 meter 7meter 3 meter 7meter 2002
2003 2004
2005 2006
2007
P E
R S
E N
L U
A S
T U
T U
P AN
KEBERLIMPAHAN TERUMBU KARANG DI DESA LES TAHUN 2002-2007
Life coral Soft Coral
Dead Coral
Algae Other
Fauna Abiotic
6.2.2 Peran Pemerintah
Perubahan sosial dibawa oleh berbagai agen perubahan Sztompka, 1994. Pemerintah baik pemerintah tingkat II, kecamatan, hingga pemerintah Desa Les
tidak memiliki andil yang berarti dalam perubahan yang terjadi. Pemerintah berposisi sebagai pengamat yang mendukung perubahan yang positif ini.
6.3 Adopsi Inovasi Perikanan Ramah Lingkungan
Satria 2009 menyebutkan beberapa strategi mata pencaharian yang dapat dilakukan untuk memutus rantai kemiskinan nelayan. Pertama, mengembangkan
strategi nafkah ganda. Tujuannya agar nelayan tidak bergantung pada hasil penangkapan saja. Pengembangan dan penguatan strategi ganda ini perlu
dilakukan terutama pada nelayan lapisan bawah. Salah satu aspek yang diperlukan untuk mendukung strategi ini adalah kebijakan permodalan. Nelayan ikan hias Les
tidak banyak yang menerapkan pengembangan strategi nafkah ganda oleh karena tidak memilki keahlian dalam bidang lain. Pendidikan yang rendah juga menjadi
kendala dalam melakukan hal ini. Nelayan cenderung berpasrah dengan keadaan ekonomi yang seperti ini.
Kedua, mendorong ke arah laut lepas. Kendalanya tidak hanya teknologi, tapi juga modal dan budaya. Menangkap ikan di laut lepas sangatlah kompleks,
mencakup manajemen usaha, organisasi produksi, perbekalan, ketahanan fisik, pemahaman perilaku ikan, pengoperasian kapal, jaring dan lainnya. Sehingga
selain dibutuhkan teknologi, para nelayan ini juga membutuhkan pelatihan magang untuk menggali pengalaman dan pengetahuan di usaha penangkapan
skala menengah dan besar. Selain itu tidak memungkinkan bagi nelayan ikan hias untuk mencari ikan di laut lepas. Ikan hias banyak hidup di daerah yang banyak
ditumbuhi terumbu karang. Habitat terumbu karang adalah di perairan laut dangkal dan sedang.
Ketiga, mengembangkan diversifikasi alat tangkap untuk mengantisipasi variasi musim. Dengan diversifikasi alat tangkap ini memungkinkan nelayan bisa
melaut sepanjang tahun. Diversikasi alat tangkap yang dilakukan oleh nelayan Les adalah untuk melakukan penangkapan yang ramah lingkungan dan bertanggung
jawab. Diversifikasi ini selain untuk melestarikan alam juga untuk menaikkan taraf ekonomi nelayan. Dengan menggunakan alat yang ramah lingkungan maka
keberlimpahan ikan akan tetap terjaga, dan nelayan dapat menangkap ikan dengan stabil. Kestabilan ini juga akan mengakibatkan kestabilan perekonomian nelayan.
Diversifikasi alat tangkap tentulah melalui proses adopsi inovasi. Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau objek yang dipandang baru oleh individu yang
mencakup dua komponen, ide dan objek Rogers dan Shoemaker, 1971 dalam Mugniesyah, 2006. Menurut komite yang terdiri dari ahli sosiologi pedesaan,
The North-Central Rural Sociology Subcommittee for The Study of Farm Practise, ada lima tahapan dalam proses adopsi inovasi. Inovasi pada konteks ini adalah
praktek perikanan ramah lingkungan yang diperkenalkan oleh LSM kepada nelayan Les. Adopsi inovasi yang terjadi pasa sistem sosial masyarakat nelayan
Desa Les adalah dalam penggunaan kembali alat tangkap tradisional yang ramah lingkungan, jaring penghalang barrier net dan serok scoopnet. Proses adopsi
inovasi ini dikenalkan oleh LSM kepada masyarakat nelayan. Masyarakat nelayan Les kemudian melakukan proses ini, dan menginternalisasi hasilnya kedalam
nilai-nilai kehidupan sehari-hari. Adapun kelima tahapan adopsi inovasi yang telah dilalui masyarakat nelayan Desa Les adalah:
1. Awareness tahap menjadi sadar Pada tahap ini nelayan menyadari bahwa adanya inovasi baru dalam
penangkapan ikan hias namun masih belum memperoleh informasi mengenai hal tersebut selengkapnya. Nelayan Les mengalami tahap ini
pada masa transisi dan pendekatan lingkungan oleh LSM. Nelayan menjadi sadar bahwa kegiatan penangkapan dengan menggunakan
sianida yang dilakukan selama ini telah menghauncurkan ekosistem laut Les. LSM memiliki peran dalam tahap ini sebagai media pembawa
pesan yang kemudian meningkatkan kesadaran nelayan. 2. Interest tahap menaruh minat
Nelayan mengembangkan minat terhadap inovasi dan mencari dengan aktif informasi tambahan atau yang lebih lengkap mengenai inovasi.
Nelayan melalui tahap ini dengan mengikuti perkumpulan- perkumpulan untuk saling bertukar pikiran. Pertemuan-pertemaun
dengan LSM yang menggambarkan keadaan ekosistem laut Les, dan pertemuan-pertemuan semacam itu lainnya. Tahap ini berfungsi
meningakatkan pengetahuan individu tentang inovasi. Kehadiran nelayan dalam pertemuan menunjukkan minat untuk mengadosi
inovasi baru ini. 3. Evaluation tahap menilai
Nelayan menerapkan inovasi secara mental dan mendapatkan bukti- bukti internal dari dalam pikirannya sendiri tentang kemungkinan
menggunakan inovasi itu, dengan membandingkannya dengan keadaan masa kini dan antisipasi keadaan masa depan. Bukti-bukti internal
yang dimaksud adalah keyakinan dari dalam pikiran nelayan sendiri hasil dari penilaian terhadap inovasi dan pengetahuan yang
diperolehnya. Nelayan membandingkan praktek penangkapan ikan hias sebelum ini dengan inovasi. Dalam ranah psikologi sosial nelayan
yang telah memiliki persepsi kemudian dituntut oleh dirinya sendiri untuk menentukan sikap terhadap inovasi.
4. Trial tahap mencoba Nelayan mulai mencoba menerapkan inovasi dalam skala yang kecil,
dalam usaha untuk mendapatkan bukti-bukti eksternal dari lapangan, dari luar pikirannya sendiri untuk menentukan kegunaan dan
keuntungan inovasi dalam keadaan yang mendekati nyata. Bukti eksternal berupa harga ikan hasil tangkapan yang lebih tinggi, kualitas
ikan yang lebih baik, kemudahan penangkapan dari pada menggunakan cara tangkap yang lama. Nelayan akan mendapatkan bukti eksternal
tersebut setelah mencoba. 5. Adoption tahap mengadopsi
Pada tahap ini nelayan menerapkan inovasi secara kontinyu dalam skala yang lebih besar. Setelah timbul keyakinan secara internal dan
dikuatkan secara eksternal membuat nelayan sampai kepada pengambilan keputusan untuk mengadopsi inovasi. Dengan kata lain
nelayan telah menerapkan inovasi. Proses adopsi inovasi inilah yang kemudian menetukan proses partisipasi
nelayan dalam praktek perikanan ramah lingkungan dan sertifikasi ekolabeling. Kelima tahap di atas dapat dilaksanakan walau tidak berurutan. Dengan
pendekatan yang dilakukan oleh LSM seperti yang dipaparkan pada sub-bab sebelumnya, tahap trial justru tahap pertama yang dilakukan nelayan, kemudian
disusul dengan tahap awareness dan selanjutnya.
6.4 Partisipasi Nelayan Ikan Hias Desa Les