Profil Kabupaten Buleleng dan Kecamatan Tejakula Profil Desa Les

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Profil Kabupaten Buleleng dan Kecamatan Tejakula

Kabupaten Buleleng merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Propinsi Bali yang terletak di belahan utara Pulau Bali memanjang dari barat ke timur. Secara geografis, Kabupaten Buleleng terletak pada posisi 8 o 03’40”- 8 o 23’00” lintang selatan dan 114 o 25’55”-115 o 27’28” bujur timur. Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Buleleng adalah 136.588 hektar atau 24,25 persen dari luas Propinsi Bali. Terdiri dari sembilan kecamatan, yakni Kecamatan Gerokgak, Seririt, Bungsubiu, Banjar, Sukasada, Buleleng, Sawan, Kubutambahan, dan Kecamatan Tejakula. Desa Les secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan Tejakula yang memiliki luas 97,68 km 2 dan terletak di sisi timur Kabupaten Buleleng. Kecamatan Tejakula berjarak 38 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Buleleng. Kecamatan ini memiliki garis pantai sepanjang 27,23 km yang merupakan garis pantai kedua terpanjang di kabupaten ini. Topografi Kecamatan Tejakula adalah daratan rendah dengan suhu rata-rata 28 o C. Kecamatan Tejakula terdiri atas 10 desa, salah satunya adalah Desa Les yang berada disebelah timur Desa Tejakula ibukota Kecamatan Tejakula. Kabupaten Buleleng memiliki potensi yang besar dalam bidang perikanan, seperti yang digambarkan pada Gambar 4. Setiap kecamatan dalam wilayah administratif Kabupaten Buleleng memiliki potensi perikanan. Kecamatan Tejakula selain dikenal potensial untuk pembudidayaan rumput laut juga memiliki potensi sebagai daerah penghasil ikan hias. Desa Les, Desa Penuktukan, dan Desa Tembok merupakan tiga desa pada Kecamatan Tejakula yang sekarang menjadi penghasil ikan hias terbesar, juga sebagai penghasil ikan hias ramah lingkungan di Bali. Gambar 4. Peta Pesebaran Wilayah Potensi Perikanan sumber: www.bulelengkab.go.id

4.2 Profil Desa Les

Desa Les merupakan salah satu dari sepuluh desa yang berada di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Propinsi Bali.

4.2.1 Sejarah Desa Les

Diceritakan bahwa penduduk Desa Panjingan selalu didatangi dan dirusak oleh bajak laut sehingga mereka merasa tidak aman dan selalu dalam ketakutan. Hal ini menyebabkan semua warga desa terpaksa ngenesmekiles berpindah tempat dan bersembunyi di tempat yang lain agar terbebas dari kedatangan bajak laut itu. Menurut penuturan secara turun menurun dari orang-orang tua di Desa Les, Desa Les adalah bagian dari Kancasatak perhimpunanpersekutuan dari desa-desa yang jumlah seluruh warganya sebanyak 200 KK, desa-desa itu sekarang adalah: 1. Desa Les Penuktukan 2. Desa Sambirenteng Banjar Geretek 3. Desa Tembok 4. Desa Pinggan 5. Desa Si Yakin Desa Pinggan dan Desa Si Yakin termasuk Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, sedangkan Desa Les, Penuktukan, Sambirenteng, Geretek dan Tembok termasuk Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. Kancasatak ini sampai sekarang masih menyungsung Kahyangan Kancasatak yaitu Pura Dalem Blingkang yang terletak di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli, serta Pura Segara Pegonjongan dan Pura Puseh Panjingan yang terletak di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. Mengenai asal usul nama “Les” sendiri, dapat dijelaskan sebagai berikut: nama “Les” berasal dari kata ngenes yang sama artinya dengan mekiles yaitu pergi dari suatu tempat ke tempat lain sambil bersembunyi. Akan tetapi karena kata ngenes ditulis dengan huruf bali maka huruf “nge” melele maka oleh orang- orang yang paham dengan pasang Sastra Bali ‘nge’ melele ’me’ megantungan ‘ne’ metengenan ‘se’ di baca Les, dan sampai saat ini tetap dibaca Les dikutip dari situs resmi pemerintah Kabupaten Buleleng, Propinsi Bali. Desa Les merupakan desa yang masih memegang teguh warisan kebudayaan dan agama dari leluhur. Kebudayaan Hindu sangat kental disini, upacara adat diadakan di beberapa Pura yang tersebar di seluruh desa. Adapun upacara adat besar yang mereka lakukan antara lain: 1. Upacara Galungan dan Kuningan, merupakan upacara setahun sekali yang merupakan upacara terbesar di Bali. Pada Hari Raya ini umat Hindu Bali dari seluruh nusantara diwajibkan untuk kembali ke Bali dan berdoa bersama di Pura keluarga masing-masing. 2. Upacara Bulan Mati dan Bulan Hidup, dilaksanakan sebulan sekali pada saat bulan purnama bulan hidup dan pada saat akhir bulan bulan mati. 3. Upacara Tumpek, merupakan upacara awal bulan kalender Bali yang diadakan setiap 35 hari sekali.

4.2.2 Kondisi Geografis dan Demografis

Desa Les merupakan salah satu desa yang berada dalam Kecamatan Tejakula yang memiliki batas teritori wilayah, yakni: sebelah utara berbatasan dengan laut Bali, sementara sebelah selatan berbatasan dengan hutan Bangli, Kecamatan Kintamani. Sebelah timur berbatasan langsung dengan Desa Penuktukan, sementara di sebelah barat berbatasan dengan Desa Tejakula, kedua desa tersebut masih di dalam satu kecamatan yang sama, yakni Kecamatan Tejakula. Beberapa desa di Kecamatan Tejakula biasanya dibatasi oleh sungai musiman yang melintas diantara dua desa. Desa Les terdiri atas sembilan dusun, yakni dusun Kanginan, Butiyang, Panjingan, Tegallinggah, Kawanan, Selonding, Tubuh, Lempedu, dan Dusun Panyumbahan. Luas wilayah Desa Les adalah 769 hektar, termasuk di dalamnya hutan seluas 200 hektar dan wilayah pesisir seluas 135 hektar. Sebagian besar wilayah Desa Les merupakan tegalan atau ladang dan hutan lindung. Daerah persawahan hanya empat persen sedangkan wilayah pemukiman umum hanya enam persen dari total luas desa. Pantai Desa Les membujur dari barat ke timur sepanjang dua kilometer. Bentuk geografis Desa Les yang merupakan kombinasi dataran rendah dan dengan dataran tinggi membuat suhu udara dan mata air desa ini cukup unik. Tabel 6 menggambarkan persentase pemanfaatan wilayah Desa Les. Topografi Desa Les bila dilihat secara melintang, laut Bali berada di sebelah utara desa dan perbukitan di sebelah selatan. Hal ini membuat suhu rata- rata di daerah pesisir ini cukup sejuk. Suhu rata-rata Desa Les adalah antara 25 o C sampai 31 o C. Suhu akan sangat dingin bila malam dan pagi hari karena ada aliran udara yang berasal dari gunung. Sumber air Desa Les adalah mata air dari gunung yang berada di selatan desa dan air sumur bor. Kedua sumber air ini cukup berbeda, air dari pegunungan cenderung dingin dan segar dengan kadar salinitas nol. Berbeda dengan air sumur bor yang masih memiliki kadar salinitas yang cukup tinggi. Kondisi pantai berbatu mulai dari bongkahan batu ukuran kecil hingga sedang dan berpasir warna kelabu hingga hitam dimana warna kelabu ini merupakan hasil sisa dari letusan gunung api yakni Gunung Agung LINI, 2008. Mata pencaharian penduduk Desa Les beraneka ragam, seperti nelayan ikan konsumsi, nelayan ikan hias, pekerja bangunan, pedagang, dan beberapa pengusaha. Namun sebagian besar terkonsentrasi pada sektor pekerjaan non- formal bertani dan berternak. Jumlah nelayan ikan hias yang masih aktif ada sekitar 50 orang dan sekitar 100 orang lainnya merupakan nelayan ikan konsumsi. Ada empat kelompok nelayan di desa ini, salah satunya mengkhususkan diri sebagai kelompok nelayan ikan hias. Tabel 6. Pemanfaatan Wilayah Desa Les Tahun 2010 No Pemanfaatan Wilayah Luas Hektar Persentase 1 Pemukiman Umum 48 6 2 Sawah 30 4 3 TegalanLadang 394 52 4 Perkebunan 45 5 5 Hutan Lindung 200 26 6 Kuburan 3 0.40 7 Bangunan Umum 49 6 Total 769 100 Sumber: Data Monografi Desa Les, Kecamatan Tejakula, Bali 2010 Mata pencaharian terbesar di Desa Les adalah sebagai petani peladang, dengan luas lahan yang dimanfaatkan sebagai ladang di Desa Les sebanyak 394 hektar. Luas sawah yang terbentang di Desa Les hanya sebesar 30 hektar dengan 78 orang buruh tani yang tersebar. Hampir seluruh keluarga di Desa Les memiliki usaha ternak babi, ataupun ternak sapi. Sebagian besar masyarakat Desa Les merantau keluar desa, bagi perempuan menjadi karyawan perusahaan swasta dan menjadi pembantu di Denpasar, sementara laki-laki akan bekerja sebagai buruh kasar. Pada Tabel 7 terlihat persentase mata pencaharian penduduk Desa Les pada tahun 2010. Jarak tempuh menuju Desa Les dari ibukota Kabupaten Buleleng, Singaraja Kabupaten Buleleng adalah 35 kilometer sekitar satu jam menggunakan kendaraan bermotor. Akses mencapai Les dari Singaraja dapat menggunakan kendaraan umum yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan desa-desa lain sepanjang Bali utara. Jarak tempuh dari Desa Les menuju ibukota propinsi, Denpasar adalah sekitar 124 kilometer dengan waktu tempuh dapat mencapai empat jam dengan kendaraan bermotor. Tidak terdapat angkutan umum yang menghubungkan Les dan Denpasar, sehingga masyarakat Les akan mengandalkan kendaraan pribadi atau menggunakan jasa travel plat hitam. Tabel 7. Jenis Pekerjaan Penduduk Desa Les Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 No Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 Petani 1851 1368 3219 2 Buruh Tani 53 25 78 3 Pegawai Negri Sipil 49 30 79 4 Pedagang Keliling 1 1 5 Peternak 240 310 550 6 Nelayan 150 150 7 Pengrajin Industri Rumah Tangga 10 10 8 Montir 4 4 9 Pembantu Rumah Tangga 65 65 10 TNI 4 4 11 POLRI 5 5 12 Pensiunan PNSTNIPOLRI 7 4 11 13 Pengusaha Kecil dan menengah 5 2 7 14 Pengusaha Besar 2 2 15 Karyawan Perusahaan Swasta 356 483 839 16 Karyawan perusahaan Pemerintah 6 12 18 Jumlah Penduduk 2733 2309 5042 Sumber: Data Monografi Desa Les, Kecamatan Tejakula 2010 Potensi Desa Les antara lain potensi wisata bahari laut maupun gunung, industri rumah tangga jajan Bali seperti dodol dan kerupuk manuk, kerajinan anyaman bambu, dan pengrajin perak. Kondisi alam Desa Les mendukung untuk dikembangkan ekowisata. Ekowisata bawah laut yang sedang dikembangkan adalah taman terumbu karang, sedangkan ekowisata alam pegunungan yang menjadi perhatian adalah air terjun, Yeh Mampeh, dan pesona gua, serta wisata hiking atau mendaki gunung. Selain itu, garam adalah komoditas potensial dari Desa Les. Terdapat sebuah perusahaan pengolahan air laut menjadi garam tradisional di Desa Les yang bergerak sejak Desa Les berdiri. Jumlah penduduk Desa Les adalah sebesar 7453 jiwa pada tahun 2010. Jumlah penduduk perempuan sebesar 3712 jiwa atau sekitar 49 persen seimbang dengan jumlah penduduk pria 3741 jiwa sekitar 51 persen dari jumlah total penduduk Desa Les. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 8 berikut. Tabel 8. Perbandingan Jenis Kelamin Penduduk Desa Les Tahun 2010 No. Jenis Kelamin Jumlah Penduduk Jiwa Persen 1. Perempuan 3712 49 2 Laki-laki 3741 51 Total 7453 100 Sumber: Data Monografi Desa Les, Kecamatan Tejakula, Bali 2010 Tahun 2009 jumlah kepala keluarga yang menetap di Desa Les, adalah sebanyak 2094 KK. Keluarga tersebut tersebar di sembilan dusun di Desa Les. Penyebaran keluarga di Desa Les cenderung merata karena sumber air tersebar rata diseluruh desa. Keseluruhan warga Desa Les beretnik Bali. Mayoritas penduduk Desa Les, 99 persen beragama Hindu, sedangkan sisanya beragama Islam. Perbedaan agama bukan merupakan masalah bagi masyarakat Desa Les. Berikut pengakuan dari Kepala Desa Les mengenai fenomena ini: “…Tenggang rasa antar umat beragama disini begitu kuat sehingga tidak pernah tejadi perkelahian ataupun selisih paham antar umat Hindu dan Islam disini.” NA,52 Sarana pendidikan yang dimiliki Desa Les antara lain dua PAUD, satu Taman Kanak-Kanak, lima Sekolah Dasar Negeri dan satu Sekolah Menengah Pertama Terbuka sumber: www.kabbuleleng.go.id . Adapun Sekolah Menengah Atas terdekat berada di Desa Tejakula. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Les cenderung rendah, terutama pada keluarga nelayan dan buruh bangunan pekerja kasar. Nelayan ikan hias Desa Les, sebagian besar tidak menamatkan pendidikan menengah pertama. Kendala utama dalam pendidikan adalah ketidakmampuan ekonomi dalam memenuhi biaya pendidikan. Terutama pada keluarga nelayan ikan hias, pendidikan adalah sesuatu yang susah untuk dipenuhi. Pendapat mengenai hal ini disampaikan oleh salah satu nelayan ikan hias MP 31 tahun: “…Bahkan 50 orang dari nelayan ikan hias, hanya beberapa yang berhasil menamatkan SMP Sekolah Menengah Pertama, sisanya hanya tamat SD. Ada juga yang tidak pernah sekolah sama sekali dan buta huruf.” Kemiskinan membuat nelayan tidak mampu menyekolahkan anggota keluarga. Khusus untuk keluarga nelayan ikan hias, biasanya anak laki-laki yang telah menyelesaikan pendidikan menengah pertama akan membantu bapaknya bekerja di laut ataupun bekerja di proyek bangunan sektor non-formal tentunya. Lain lagi dengan anak perempuan yang setelah menyelesaikan pendidikan menengah pertama merantau ke kota Denpasar atau pilihan lainnya menikah. Pernikahan pada usia yang sangat belia 15-21 tahun akibat tuntutan ekonomi merupakan hal biasa di Desa Les. Gambar 4. Penduduk Desa Les Berdasarkan Agama

4.3 Profil Kelompok Nelayan Ikan Hias Mina Bhakti Soansari