BAB VII PELABELAN RAMAH LINGKUNGAN ECOLABELLING
7.1 Pelabelan Ramah Lingkungan PRL
PRL ecolabelling merupakan pemberian label pada produk sebagai penyedia informasi bagi konsumen untuk menunjukkan perhatiannya terhadap
lingkungan untuk menciptakan insentif berbasis pasar demi pengelolaan perikanan yang lebih baik Gardiner Visnawathan 2004; Nunes dan Riyanto 2005; FAO
2007; Wynne 1994; Leubuscher 1998 dalam Ibanez et,al 2008. PRL adalah sebuah instrumen pasar untuk memenuhi kebutuhan ‘green consumer’ konsumen
yang sadar lingkungan untuk pemasaran di pasar internasional. Pada dasarnya PRL sejalan dengan konsep fair trade perdangan yang adil, namun kenyataan di
lapang, dalam tulisan ini di Desa Les, Bali, perdagangan yang adil tidak terjadi. Hal ini akan dipaparkan pada sub-bab selanjutnya.
PRL dilakukan oleh eksportir sebagai pihak yang mendistribusikan ikan hias ke pihak importir. Nelayan pada posisi penangkap ikan hias yang menangkap
ikan sesuai dengan orderan permintaan dari pihak pengepul. Informasi yang dimiliki nelayan mengenai pelabelan lingkungan maupun harga jual ikan terbatas
sampai tingkat pengepul. Setelah ikan hasil tangkapan disetorkan kepada pengepul, nelayan mendapatkan upah. Nelayan tidak mengetahui apa yang terjadi
pada rantai perdagangan berikutnya. Sebagaimana diungkapkan salah seorang tokoh nelayan, MP 30 tahun:
“… kami nelayan tidak tahu banyak mengenai PRL, yang saya tahu PRL itu kalau ikan nya ditangkap dari hasil ramah lingkungan dan
ditngani dengan cara-cara terbaik dari laut hingga ke pembeli terakhir.”
Hal senada diungkapkan oleh NA 47 tahun dan NT 41 tahun, bahwa: “… PRL itu ya penanganan ikan yang baik. “
PRL merupakan sertifikat yang diberikan oleh lembaga sertifikasi kepada para mata rantai perdagangan ikan hias. Sertifikat ini diberikan kepada para
nelayan, pengepul, dan eksportir. Pemegang sertifikat ini sudah seharusnya menerapkan standar operasional yang ditetapkan MAC untuk mendapatkan hasil
produk yang ramah lingkungan dan dapat diberi label, ekolabel.
Perikanan ramah lingkungan merupakan praktek penangkapan ikan oleh nelayan ikan hias yang memperhatikan lingkungan. Dengan tidak menggunakan
bahan-bahan atau alat tangkap yang merusak lingkungan seperti potassium- sianida serta dengan penangkapan sesuai jumlah permintaan. Keseluruhan nelayan
yang menjadi responden penelitian ini, mengetahui bahwa sertifikasi ramah lingkungan dan praktek perikanan ramah lingkungan adalah dua hal yang berbeda.
Hampir seluruh responden menjawab: “… kalau PRL itu ikannya yang disertifikatin dan perdagangannya,
praktek perikanan ramah lingkungan itu cara penanganan ikan, menangkap ikan yang tidak merusak.”
PRL sebenarnya adalah perkawinan antara permintaan pasar ekonomi dan ekologi dalam segitiga antara ekologi, ekonomi, dan sosial.
Sementara itu untuk mendukung keberhasilan PRL dibutuhkan kekuatan sosial-ekologi berupa insentif. Insentif diperlukan agar memperkuat motif
ekonomi yang membuat aktor tetap menjalankan PRL. PRL, secara filosofis merupakan upaya untuk mengurangi eksternalitas negatif dalam kegiatan
eksplorasi sumberdaya alam. Eksternalitas sendiri merupakan efek yang ditimbulkan dari proses produksi dan dapat bernilai positif maupun negatif
Sankar, 2011. Eksternalitas negatif ini biasa disebut sebagai polusi, sedangkan yang menyebabkan polusi terjadi adalah poluter polluter.
Perikanan ikan hias Les, memperoleh eksternalitas negatif atas praktek perikanan yang eksploratif dan merusak akibat penggunaan sianida.
Terumbu karang rusak, keberagaman ikan hias menurun, serta keberlimpahan ikan juga menurun drastis merupakan beberapa bentuk polusi
yang terjadi di Les. Sebagai poluter, nelayan ikan hias sudah seharusnya melakukan perbaikan. Pada kasus nelayan ikan hias Les, para nelayan telah
mulai melakukan pengurangan eksternalitas negatif yang ditimbulkan sejak tahun 2000, sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial melayan kepada laut.
MAC sebagai lembaga sertifikasi, mulai mensertifikasi mata rantai perdagangan ikan hias Les pada tahun 2005. Pada tahun 2006, hasil
tangkapan nelayan ikan hias Les telah memperoleh PRL. PRL merupakan salah satu cara yang digunakan poluter untuk
menunjukkan bahwa poluter bersedia membayar eksternalitas negatif yang
dilakukannya, untuk mengurangi polusi kerusakan lingkungan. Sesuai dengan teori polluter pays principles yang menyatakan bahwa poluter harus
membayar eksternalitas negatif yang dihasilkan dari proses produksinya. Dengan PRL ini juga sebagai media promosi kepada konsumen, agar
konsumen mengetahui bahwa produk yang dikonsumsi merupakan produk hasil tangkapan ramah lingkungan serta merupakan produk yang dihasilkan
dari proses pembelajaran produsen untuk tidak merusak lingkungan lagi.
7.2 Pelaksanaan PRL Perikanan Ikan Hias di Desa Les