nelayan. Adapun beberapa pihak yang turut bergabung membangun perusahaan ini antara lain: Telapak, Yayasan Bahtera Nusantara, dan Kelompok Nelayan Ikan
Hias Soansari sendiri. Perusahaan ini merupakan perusahaan eksportir ikan hias ramah lingkungan dan bersertifikasi PRL pada tahun 2006 nelayan penangkap
ikan hias telah disertifikasi oleh MAC.
Dalam perjalanannya perusahaan ini mengalami kendala pada pendanaan sehingga kolaps pada tahun 2008. Perjalanan lima tahun perusahaan ini, roda
perekonomian perusahaan ini lambat berputar karena keterbatasan dana yang ada. Kemampuan perusahaan mempersiapkan ikan berkualitas terbaik seperti yang
diminta oleh pihak importir juga berkurang. Biaya operasioanal yang tinggi tidak didukung oleh permodalan yang baik.
4.4 Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah penduduk Desa Les yang bermata pencaharian sebagai nelayan ikan hias. Rata-rata umur responden dalam penelitian
PelindungPenasehat Kepala Desa Les
Nengah Alus Kelian Adat
Jero Ketut Murai
KETUA: Made Merta
HUMAS Nyoman
Widia PEMASARAN
Made Partiana SEKRETARIS: Nyoman Triada
BENDAHARA Gede Gumiarta
ANGGOTA
Gambar 5. Susunan Kepengurusan Kelompok Nelayan Ikan Hias Mina Bhakti Soansari
ini adalah termasuk dalam kategori usia muda dan usia dewasa antara 18 hingga 49 tahun menurut Havighurts dan Acherman dalam Sugiah 2006. Berdasarkan
latar belakang pendidikannya mayoritas responden yang merupakan nelayan ikan hias di Desa Les berpendidikan rendah, yakni tidak pernah sekolah, tidak tamat
SD, atau hanya tamat SD. Sedangkan sisanya responden hanya lulus Sekolah Menengah Pertama. Tidak ada responden yang berpendidikan di atas Sekolah
Menengah Pertama. Tabel 9. Persentase Tingkat Pendidikan Responden
No. Tingkat Pendidikan
Jumlah Responden Orang
1. Rendah tidak sekolahtidak tamat
SDhanya tamat SD 10
67 2.
Sedang tamat SMPsederajat 5
43 3.
Tinggi tamat SMAsederajat Total
15 100
Rendahnya tingkat pendidikan nelayan juga mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan keluarga nelayan. Hal ini karena ketiadaan biaya keluarga
nelayan untuk menyekolahkan anak-anaknya dan motivasi untuk berpendidikan yang rendah. Salah seorang nelayan ikan hias memaparkan kondisi pendidikan
keluarganya: “… Saya cuma tamat kelas 3 SD, tidak apa-apa yang penting
saya sudah bisa membaca dan menulis. Itu yang penting. Anak saya yang pertama, peremepuan tamat SMA sekarang jadi
pelayan took di Denpasar. Anak saya yang kedua laki-laki, cuma tamat SMP saja. Dia akan menlanjutkan usaha saya mencari
ikan di laut, jadi tidak perlulah sekolah tinggi-tinggi. Istri saya saja tidak pernah sekolah.” NA,47
Terdapat dua tipe nelayan ikan hias di Desa Les berdasarkan cara penangkapan ikan hiasnya, yaitu nelayan pinggiran dan nelayan kompresor.
Nelayan pinggiran adalah nelayan ikan hias yang hanya menangkap ikan hias di wilayah pinggir pantai dengan kedalaman maksimum lima meter. Sedangkan
nelayan kompresor adalah nelayan yang menangkap ikan hias dengan menggunakan alat bantu pernapasan, kompresor. Biasanya nelayan kompresor
menangkap ikan di kedalaman lebih dari lima meter. nelayan kompresor yang
membutuhkan perahu untuk menangkap ikan. Nelayan pinggiran hanya dengan menggunakan alat bantu seperti masker dan fin. Nelayan ikan hias yang menjadi
responden penelitian ini sebanyak 67 persen adalah nelayan pinggiran, sedangkan 33 persen lainnya merupakan nelayan kompresor.
Berdasarkan kepemilikan perahu, dan kondisi tempat tinggal responden hanya tujuh persen yang memiliki kapal sendiri dan berkondisi tempat tinggal
permanen dan cukup luas. Sementara itu sebagian besar nelayan bertempat tinggal semi permanen, bahkan 34 persen responden yang bertempat tinggal non-
permanen. Tempat tinggal non-permanen ini biasanya berupa gubug dengan luas 10m
2
dengan dinding dan atap dari daun kelapa yang telah dikeringkan kemudian dianyam. Jumlah pendapatan responden cukup beragam antara Rp. 500.000 per
bulan hinggan Rp. 2.000.000 per bulan. Responden penelitian ini homogen dalam latar belakang agama, etnik, dan kependudukan. Responden merupakan penduduk
asli desa Les, yang beragama Hindu, dan beretnik Bali. Tidak ada pendatang yang menjadi nelayan ikan hias di Desa Les, sehingga responden penelitian ini juga
tidak ada yang merupakan warga pendatang.
BAB IX PENUTUP